Suara langkah sepatu pantofel berwarna hitam di kaki jenjang lelaki bertubuh tinggi tegap, terdengar samar berada di antara langkah-langkah kaki lain yang hilir mudik di gedung serba putih itu. Ditambah suara roda ranjang yang beradu dengan lantai keramik menambah riuh lalu lintas dalam gedung rumah sakit berlantai lima tersebut.
Setiap orang di dalam gedung itu sibuk dengan urusannya. Tak akan ada yang sempat memperhatikan lelaki bertubuh tinggi tegap dengan setelan blazer formal tadi dan satu orang lainnya dengan setelan sama yang berjalan di samping lelaki itu, tampak tergesa menuju lift di tengah ruang lobi rumah sakit.
"Kapan Angga akan kembali dari bulan madunya?" tanya lelaki tinggi tegap itu yang separuh wajahnya ditutupi masker medis dibarengi langkah kakinya masuk ke lift yang terbuka beberapa detik tadi.
"Sekitar dua pekan lagi,Pak. Saat ini Pak Angga sedang di kapal pesiar," jawab lelaki tinggi kurus berkacamata yang sama-sama memakai masker medis, sambil memijit tombol lift di angka 5, menuju lantai tertinggi rumah sakit itu.
Hanya selang beberapa menit, pintu lift itu terbuka di lantai yang dimaksud. Keduanya kemudian mengatur jejak langkahnya agar lebih terlihat santai. Si lelaki berkacamata kali ini mengambil langkah lebih dulu, menuju meja perawat di lantai itu.
"Ruang ICU VVIP," kata lelaki tersebut pada perawat yang sedang berjaga di sana, hendak memberi kabar kunjungan.
"Oh, keluarga pasien Chandra. Tunggu sebentar Pak, saya akan panggilkan dokter," tanggap si perawat yang sepertinya sudah hapal dengan kehadiran lelaki berkacamata itu.
Walaupun seringkali menggunakan masker medis, lelaki berkacamata itu menjadi satu-satunya keluarga pasien dimaksud yang sering mengunjungi kamar ICU VVIP tersebut. Tentunya seluruh perawat dan dokter yang bertugas sudah tak asing dengan kedatangannya. Ditambah hanya ada 3 kamar ICU VVIP di rumah sakit itu, membuat kehadiran keluarga pasien terlihat kontras.
"Selamat malam Pak. Saya dokter yang berjaga malam ini. Mari saya antar ke kamar pasien untuk melihat perkembangan kondisinya."
Suara seorang wanita yang mungkin berusia pertengahan 30-an menyapa si lelaki berkacamata. Tanpa perkenalan lebih lanjut, sang dokter menggiring keluarga pasien tersebut menuju ruangan yang dimaksud sambil menjelaskan secara rinci perkembangan pasien.
Ruangan ICU VVIP itu seluas 50 meter persegi diisi dengan peralatan medis terbaik, di mana disana tergeletak sesosok tubuh dengan selang dibagian-bagian vital tubuhnya. Tubuh yang hampir 2 tahun terbaring di sana tanpa ada tanda-tanda kehidupan lanjutan.
"Seperti yang pernah kami infokan sebelumnya, tanda-tanda vital dari pasien sedikit demi sedikit berjalan dengan normal dari bulan lalu. Dan tadi pagi, perawat kami mencatat perkembangan lebih baik lagi. Kondisi denyut jantung dan pernafasan sudah sangat membaik, bahkan ada sedikit pergerakan jari," jelas sang dokter.
"Bagaimana dengan kesadaran pasien?"
Kali ini suara bariton dari lelaki bertubuh tegap itu terdengar. Tak tampak ekspresi apa yang ditunjukkan di balik masker medis yang menutupi sebagian wajahnya, yang jelas hanya terlihat tatapan dingin dari mata elang milik lelaki itu.
"Dari respon pembukaan mata, tingkatannya masih sangat lemah. Tentunya kami akan terus memantau lebih intensif lagi. Dibandingkan dengan kondisi beberapa bulan lalu, perkembangan saat ini merupakan berita baik," tambah sang dokter, terdengar nada antusias dari suara riang itu.
Namun tak seperti suara antusias dan riang yang terdengar itu, tatapan mata dingin, masih menyelimuti retina mata elang lelaki bertubuh tegap tersebut.
"Untuk memberikan stimulus, sebaiknya pasien lebih sering dijenguk dan diajak berbincang. Itu akan memberikan dampak positif terhadap kesadarannya," lanjut sang dokter lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/351832087-288-k151070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Men in Secrets
Romance{On Going} Terbit setiap Sabtu dan Minggu. Nothing is fair in love and war. *** Publish : 8 September 2023