Tanpa banyak kata lagi ayo kita baca!!
***
Cuaca hari ini sangatlah buruk, langit berubah menjadi hitam, tak ada sorotan sinar sedikitpun dari sang Surya.
Namun hal itu tak dipikirkan oleh Senja, ia malah dengan santainya mengayuh sepeda untuk menuju toko sekaligus rumah milik Bibinya.
Semakin lama, sepeda itu semakin dekat dengan posisi tujuannya.
Belum sempat menstandarkan sepedanya secara sempurna Senja harus mendengar ungkapan seseorang yang memberitahu bahwa keadaan Bibinya sedang tidak baik baik saja.
"Ja, kamu sekarang ikut ibu ya," ungkap Bu Alya yang membuat Senja heran.
"Kemana Bu, Aku juga belum ganti baju," tanya dan balas Senja namun langsung dibales gelengan oleh Bu Alya yang membuat Senja terheran heran.
"Udah kamu harus cepet ikut ibu, ini darurat senja." Tekan Bu Alya.
Setelah mengucap kalimat itu tanpa berlama lama lagi, Bu Alya membawa Senja ketempat yang tak ingin Senja datangi namun terpaksa oleh keadaan.
"Bu, ini kenapa kita kesini?" Tanya Senja ketika telah memasuki bangunan yang bercat dominan putih itu.
"Udah Ja, kamu ikut aja, gpp kok." Balas Bu Alya dengan tenang. Ia tahu bahwa sebenarnya Senja sangatlah takut memasuki bangunan ini, namun ini hal yang sangat darurat tidak dapat ditunda lagi.
Saat sampai didepan pintu ruangan yang bertulisan 'melati 93' Bu Alya segera membuka knop pintu tersebut, terlihatlah ruangan yang serba putih dan bau obat obatan yang menyeruak di Indra penciuman Senja, hal inilah yang sangat ia benci, namun saat netranya menangkap sosok yang menggantikan peran orang tuanya itu terbaring diatas ranjang dengan lemah ia tak mempedulikan lagi dengan hal-hal yang ia benci untuk sekarang.
"Bi, Bi sum kenapa?" Tanya Senja dengan sendu karena melihat kepala Bibi nya yang terbalut kain kasa.
Mendengar suara yang ditunggunya, Bi sum membuka matanya dengan perlahan, dan itu membuat air mata milik Senja berlomba lomba untuk jatuh. Bi sum yang melihat Senja Menangis, menjulurkan tangannya lalu mengusap air mata milik putrinya itu.
"Almaa, janji ya sama bibi kalo nanti bibi Udah gk bisa nemenin kamu disini, kamu harus jaga diri baik-baik" ucap sang bibi dengan nada yang amat lemah.
"Bi, no jangan bilang gitu Bi," ucap Senja dengan menggeleng kan kepalanya.
"Da-n satu lagi, jika suatu sa-at nanti kamu berte-mu dengan ayah-mu jangan memben-ci-nya ya," ujar Bi sum dengan nada yang semakin lemah dan mulai terbata.
"Bi...." Rengek Senja.
Pernyataan dari Bibi membuat ia terheran ada apa ini? bukankah kedua orangtuanya telah meninggal saat ia masih berumur 6 tahun dan ia dititipkan ke rumah Bibinya.
"Bi-bi sa-ya-ng ka-mu Alma," ujar bi Sum sebelum akhirnya menutup mata.
Suara monitor mulai menggema di setiap sudut ruangan, tanda lurus terlihat dalam monitor itu. Tangisan pilu terdengar membuat semua orang yang melihat akan ikut meneteskan air matanya.
Hari ini Senja telah kehilangan sosok orangtuanya, Bi Sum telah tiada, ia telah kembali ke pangkuan sang tuhan.
'Selamat jalan Bi, Alma juga sayang sama Bibi.'
***
Hujan deras membasahi bumi, sudah tau bahwa hujan semakin deras bukan berteduh namun Senja setia didepan makan yang terlihat baru itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa yang lelah
Teen FictionNiskala Senja Almahera, seorang gadis yang ingin sekali memiliki rumah, namun definisi rumah yang tidak berbentuk bangunan. Akankah ia mampu mewujudkan keinginan itu? Start : 1 September 2023 Finish : -