Bagian 03

123 81 7
                                    


Happy reading!

***


Kemarin adalah hari dimana Senja kehilangan sosok Bibinya, entahlah apakah setelah ini ia masih memiliki gairah untuk bertahan hidup atau malah justru sebaliknya, dia sendiri pun tak tahu. Jawabannya mungkin ia hanya bisa menjalani hari dengan seiring berjalannya waktu, ya mungkin itu yang terbaik untuk saat ini.

"Kemarin Bibi nya baru meninggal, tapi hari ini udah aja sekolah," ujar cewek dengan rambut pendek berwarna pirangnya biasa dipanggil Sindi.

"Gk ngerasa sedih banget ya mbak?" Ujar cewek sebelahnya lagi dengan muka lonjong dan pipi yang chubby dan biasa dipanggil Sinta.

"Iyatuh padahal biaya sekolah juga ditanggung oleh bibinya," sahut satunya lagi yang berada ditengah diantara mereka bertiga, dan dia dikenal sebagai ketua circle itu juga—Sani.

Saat melewati 3 segerompolan ciwi-ciwi atau yang biasa disebut circle 3S itu, Senja mendengar ucapan ketiga temannya itu, ah... Mungkin tidak teman karena baginya hanya ada satu teman didunia ini yaitu Azura.

Saat ingin membalas, Azura ditahan oleh Senja, dengan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa, takut neng, gak bisa jawab pertanyaan kita?" Tanya satu diantaranya dan itu semakin membuat Azura geram namun lagi dan lagi harus dibiarkan karena larangan dari Senja. Azura pun hanya mengikuti kemauan Senja dengan cara mereka pergi dari situ untuk segera menuju kelas.

Sedangkan circle S tadi tertawa terbahak bahak sampai saat langkah Azura dan Senja mulai menjauh suara itu baru hilang bak ditelan bumi.

Sesampainya mereka berdua dikelas XI IPS 2 dan menuju ke meja tempat mereka menimba ilmu didalam kelas.

Saat ingin mengajari Azura pr bahasa Inggris yang diadakan kemarin, harus tertunda karena panggilan seorang cewek untuk dirinya.

"Ja, dipanggil Bu Ani suruh keruang guru," ujar cewe itu yang diyakini satu kelas dengannya.

"Iya," balas Senja lalu berbicara pada Azura agar menunggunya kembali dan Azura pun mengangguk menyetujuinya.

"Permisi," ucap Senja ketika telah memasuki ruang guru dan posisinya saat ini adalah didepan meja Bu Ani tapi Bu Ani belum sadar akan kehadirannya.

Setelah Senja mengucapkan kalimat 'permisi' beliau baru menyadari bahwa Senja telah ada dihadapannya.

"Senja," panggil Bu Ani ragu ragu.

"Iya Bu?" Tanya Senja karena bingung akan kalimat yang ingin dilontarkan Wali kelasnya itu.

"Begini, saya tahu bahwa bibi kamu kemarin baru saja tiada dan bukannya ingin menambah beban kamu tapi SPP bulan ini harus dibayar," ucap Bu Ani menjelaskan tujuan ia memanggil senja untuk kesini.

"Iya Bu, gpp nanti akan saya usahakan cari uang agar bisa bayar SPP bulan ini secepatnya," balas Senja dengan tenang namun tidak dengan hatinya.

"Yasudah, cuman itu yang ingin saya sampaikan ke kamu, kamu bisa kembali kekelas," suruh Bu Ani dan dituruti oleh Senja.

Sepanjang jalan ia memutar otaknya bagaimana caranya ia mendapatkan uang untuk membayar SPP bulan ini sedangkan ia tidak pernah menabung, begitu pula dengan almarhum Bibinya, untuk makan saja pas Pasan apalagi harus dibuat menabung.

"Ada apa Ja," tanya Azura setelah mengetahui bahwa Senja memasuki ruang kelas.

"Gk, gpp," alibi Senja padahal kalimat gpp itu hanyalah sebuah alibi saja dari Senja agar temannya itu tak terus terusan merasa kasihan kepadanya.

"Yaudah mana tadi pr lo," tanya Senja.

"Telat Ja, udah gpp paling juga gk dinilai," jawab Azura ketika melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 06.54.

"Yaudah lah," balas Senja.

"Apa perlu nanti dirumah Lo aja ngajarin nya?," Tanya Senja.

"Boleh sih, tapi nanti toko Lo sepi," jawab Azura.

"Bakalan sepi juga Ra, kan gw gk bisa buat roti yang bisa cuman almarhum bibi gw," jawab Senja dengan menatap papan tulis kosong didepan.

Azura pun mangut mangut saja menanggapi pernyataan dari Senja, namun ia teringat bahwa hari ini adalah awal bulan dan jatah bayar SPP bulanan, mengingat karena sekolahnya adalah sekolah swasta, kalo Senja gk jualan dapat uang dari mana? Namun saat ingin menanyakan kan hal itu kepada Senja, Pak Ardian keburu masuk kelas dan memulai sapaan paginya seperti biasa dan dilanjut dengan pembelajaran hari ini.

Bel istirahat berbunyi pertanda semua siswa dan siswi dapat mengisi ke keroncongan perut mereka di kantin. Seperti yang dilakukan oleh dua anak yang terlihat akur satu sama lain, ya mereka adalah Azura dan Senja saat ingin keluar kelas, tiba tiba terdapat panggilan dari seorang anak laki-laki dibelakangnya ia pun menoleh kebelakang dan betapa kagetnya karena yang memanggilnya adalah Afgar.

"Kenapa Gar?" Tanya Senja penasaran apa yang ingin dikatakan oleh cowok itu.

"Sebelumnya gw turut berduka cita ya, sama ini ada titipan dari ibu gw," ucap Afgar dan itu membuat Senja bingung.

"Ha??"

"Udah Ja terima aja rezeki gk boleh ditolak," ujar Azura dengan menyenggol lengan Senja dan itu menyadarkan Senja atas lamunannya.

"Eh... Iya makasih," balas Senja. Afgar pun hanya bisa mengangguk sebagai balasan lalu ia pergi keluar kelas mendahului Senja yang masih bingung ditempatnya.

"Btw apa ya isinya?" Tanya Azura melihat kotak bekal yang masih dipegang oleh Senja.

"Gk tau," balas Senja masih mencerna apa yang terjadi pada hari ini.

"Gk usah kekantin ya Ja, gw penasaran itu apa," ucap Azura dan dengan kepekaannya Senja kembali ketempat duduk mereka diikuti oleh Azura dibelakangnya.

"Woahh, sandwich," Azura memekik kesenangan karena isi didalam kotak bekal tersebut.

"Ada 2, gw satu Lo satu," ujar Senja membagi sandwich itu pada temannya.

"Thank you friend," ucap Azura.

"You're welcome,"

Mereka berdua pun memakan sandwich itu dengan nikmat tanpa gangguan dari siapapun karena semua penghuni kelas lebih memilih untuk pergi kekantin atau ketempat lainnya.

"Gila, ini enak banget," ucap Azura setelah selesai mengunyah sandwich miliknya.

"Kek gak pernah makan aja Lo Ra," jawab Senja.

"Bukan begitu Ja, tapi kek beda dari yang lain, mami aja buat nya gk seenak ini," ujar Azura.

"Gimana kalo kita kerumah nya Afgar," saran Azura, namun langsung dibalas tolakan mentah mentah oleh Senja.

"Heh, cewek kok main kerumah cowok," ujar Senja tak suka.

"Bukan gitu Ja, tapi cuman mau ketemu sama ibunya buat ngajarin ini buat sandwich." Azura mencoba memberi pengertian kepada Senja agar sahabatnya itu tak berpikir yang macam macam.

"Berarti gk jadi ngajarin Lo bahasa Inggris dong?" Tanya Senja mengingat janji dia tadi pada Azura.

"O iya, yaudah lah kapan kapan aja minta resep nya," ucap Azura dengan menyengir menampilkan giginya, sedangkan Senja hanya bisa diam melihat kepikunan temannya itu.

***

See you next part

Jiwa yang lelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang