Bagian 21

45 11 45
                                        

Happy reading sengkuu!!

***

Namun, sesampainya di dalam kelas, ia tak menemukan keberadaan senja, ia pun mulai panik mencoba untuk keluar pergi ke arah parkiran kali aja ia sudah menunggu disana namun nihil tak ada siapapun disana.

Sekarang muncul fikiran-fikiran negatif yang bersarang diotaknya.

'Nja kamu dimana' batin Afgar dengan perasaan frustasi karena tak dapat menemukan kekasihnya.

"Kenapa Gar, muka lo panik banget," bingung Putra melihat raut kepanikan pada wajah Afgar.

"Gimana gak panik orang Senja gk ada di sekolah," sahut Afgar tampak sedikit kesal akan pertanyaan yang dilontarkan oleh Putra.

"Oke, oke tenang bro, rileksin pikiran lo biar jernih dulu tu otak," saran Putra.

"Terakhir kali dia ada di mana?" Tanya Putra kepada Afgar.

"Tadi gue suruh senja nunggu di dalam kelas jangan kemana-mana sampai gue balik," jawab Afgar. Saat ini fikirannya sedikit tenang karena intruksi dari putra tadi.

"Kalo gitu gak mungkin dia keluar sekolah, kalo udah lo larang, pasti dia masih ada di lingkungan sekolah ini," tebak Putra dan itu ada benarnya.

"Senja ada bawa hp gak?" Tanya Putra.

"Ada," jawab Afgar, setelah ia mengerti apa yang dimaksud Putra segera ia mencari handphonenya lalu mulai menelfon kekasihnya itu.

"Gak diangkat Put," panik Afgar kembali karena kekasihnya tak mengangkat telefon darinya padahal panggilan tersambung.

"Yaudah kalo gitu kita telusuri aja semua sudut-sudut sekolah ini." Ucapan Putra terdengar baik untuk dilakukan. Tanpa pikir panjang Afgar segera berjalan menelusuri semua sudut-sudut sekolah begitupun dengan Putra yang mencari di lain tempat agar tidak memakan banyak waktu. Karena, matahari akan segera digantikan perannya oleh bulan.

"Gimana ada ketemu?" tanya Putra saat bertemu dengan Afgar di koridor dekat ruang guru.

Namun, balasan gelengan dari Afgar menandakan bahwa seseorang yang tengah dicari saat ini belum ketemu.

Mereka tak pantang menyerah, hingga saat ini mereka telah sampai di halaman luas yang tak ada bangunan melainkan hanya tumbuhan bunga serta rumput yang pendek-pendek menandakan bahwa itu telah di pangkas.

Afgar terus mengedarkan pandangannya hingga netranya  melihat seseorang yang sedang terkapai lemas di atas tanah.

Saat Afgar perhatikan lagi ternyata itu adalah kekasihnya. Senja.

Segera ia berlari menuju tempat dimana kekasihnya itu terkapai seraya berteriak menyebut nama kekasihnya.

Putra yang melihat aksi Afgar tersebut segera mengikutinya dari belakang.

Terlihat Senja saat ini terkapai lemas dengan darah yang telah mengering yang berada di bawah hidungnya, yang dapat diartikan bahwa senja tadi sempat mimisan.

Segera tanpa basa-basi Afgar mulai menggendong kekasihnya itu ala bridal style, untuk ia bawa ke parkiran.

Sedangkan Putra, ia membantu untuk membawakan tas senja yang tergeletak tak jauh dari tempat senja tadi pingsan.

Untung saja hari ini Afgar membawa mobil jadi tak menyulitkannya untuk pergi ke rumah sakit. Setelah menaruh kekasihnya itu di kursi bagian belakang Afgar kembali berkata pada putra.

"Lo ikut gue, setirin mobil gue, urusan montor tenang aja," kata Afgar lalu segera diangguki oleh Putra. Sebenarnya ia ingin protes namun, situasi dan kondisi saat ini tidak tepat.

Jiwa yang lelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang