Happy reading!!
***
"Terimakasih," balas Senja dengan tersenyum juga dan menerima uluran tangan dari Afgar, setelah itu mereka pun berjalan menuju kelas dengan posisi kedua tangan mereka yang saling menggenggam.
Perhatian manis yang diberikan Afgar pada Senja itu tak luput dari pandangan tiga gadis yang baru saja datang dan salah satu diantaranya terlihat tak suka dengan pandangan yang ada di depannya ini.
"Tunggu aja lo Ja, berani banget deketin crush gue," ujar salah satu diantara mereka.
"Ayo masuk dulu ..., nanti kita pikirin hukuman apa yang setimpal buat tuh anak," usul salah satu diantara mereka dan diangguki oleh yang lainnya. Mereka pun berjalan beriringan bersama menuju kelas XI IPA 1.
***
"Gue baru pertama kali ini jatuh cinta, dan juga pertama kalinya gue jatuh cinta sama seseorang secara mandiri kayak gini," kata itu terucap kala Putra telah sampai di taman sekolah SMA mahardika, tepatnya saat ini mereka tengah duduk dibangku panjang yang disediakan di sana.
"Maksud Lo?" tanya Azura tidak mengerti apa kalimat yang diucapkan oleh Putra tersebut.
"Lo tau kan Zur, gue udah suka sama lo dari dulu, tapi kenapa lo gak pernah respon gue?" Akhirnya, hari ini, di tempat ini Putra berhasil mengutarakan pertanyaannya yang terus menggerogoti hatinya.
"Sorry Put, gue gak bermaksud gitu, tapi gue gak bisa, gue takut," jawab Azura dengan menundukkan kepalanya sembari memilin kedua tangannya sendiri.
"Apa yang Lo takutin Zur, gue janji kalo lo milik gue, gua akan selalu ada buat lo kapanpun lo butuh, gue akan selalu jagain lo Zur...," ujar Putra dengan sungguh-sungguh dengan menengokkan kepalanya ke arah Azura yang masih terus menatap ke bawah.
"Gak Put, gue udah benci sama janji kayak gitu, stop, jangan bikin trauma gue kembali put...," lirih Azura dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"kenapa Zur, cerita sama gue," pinta Putra dengan berusaha menggenggam tangan Azura.
"Gue gak bisa Put, gue gak bisa buat ngejalanin suatu hubungan kayak gitu lagi, gue trauma, gue takut put...," ucap Azura, hal itu berhasil membuatnya tambah menangis sehingga badannya ikut bergetar, sedangkan Putra yang melihat kondisi perempuan yang selalu ada di pikirannya itu kondisinya sedang buruk ia berinisiatif untuk segera memeluk tubuh perempuan itu, berusaha menenangkannya walaupun hanya sejenak.
"Oke, gue gak akan maksa lo buat cerita, tapi kalo Lo butuh temen curhat selain Senja gue akan jadi pilihan itu Zur," ujar Putra dengan mengelus-elus punggung Azura yang masih terus bergetar.
Azura yang mendapatkan pelukan itu ia merasa sedikit tenang lalu dengan perlahan ia melepaskan pelukan itu dan beranjak pergi dari sana. Putra yang melihat punggung Azura terus berjalan hanya bisa memandang dengan pandangan lurus pada satu objek tersebut.
***
"Udah?" tanya Senja kala melihat temannya itu masuk kelas.
"Apanya?" tanya balik Azura karena tak mengerti.
"Udah lo ungkapin semua yang ada diisi hati lo?" ungkap Senja pada Azura setelah Azura mendudukkan bokongnya ke bangku miliknya.
"Udah."
"Terus-terus gimana?"
"Ya, gitu..."
"Lo nyembunyiin sesuatu dari gue ya Ra?" curiga Senja pada Azura dengan melihat wajah Azura intens mencari kebohongan di sana.
"Apaan sih, gak ada kok," balas Azura tenang.
"Cerita aja Ra, kalo lo butuh tempat cerita," ujar Senja pada temannya itu, karena ia berhasil melihat ada kebohongan yang tengah disembunyikan oleh temannya itu.
"Iya Ja."
"Satu lagi, jangan lo cuma anggap gue sebagai sahabat Lo, tapi anggep gue juga sebagai saudara lo," ucap Senja, dan diangguki oleh Azura.
"Udah ah, gue gak mau melow dua kali," jawab Azura.
"Lah, lo tadi abis melow? Why?" kepo Senja.
"Ya itu, putra," jawab Azura dengan lirih dan menunduk kebawah.
Haha, lucu kali sahabatnya ini. Tapi, Senja masih terheran apa yang membuat Azura melow tadi. Tidak biasanya ia seperti ini. Apa ia harus mencari tahu lewat Putra? Atau lebih baik menunggu Azura bicara?
"O iya Ra, gue mau cerita." Tapi, belum juga Senja memulai ceritanya bel masuk telah berbunyi yang berarti Senja harus menunggu bel istirahat nanti.
"Nanti aja Ja, waktu istirahat," sahut Azura.
***
Flashback on
Di kelas ini, tepatnya kelas XI IPS 2 Kesempatan karena Azura masih berada di taman dengan Putra, Afgar menghampiri Senja di tempat duduknya.
"Eh... Mau ngapain Gar?" tanya Senja setelah melihat Afgar, temannya itu duduk di bangku milik Azura.
Sedangkan yang ditanya malah tersenyum. "Gak papa, cuma mau merhatiin lo aja sambil buat tugas," jawab Afgar hal itu pun membuat senja malu. Ia heran kenapa Afgar akhir-akhir ini gemar sekali membuat ia Salah tingkah.
"Jangan dilihatin terus Gar, gue malu," lirih Senja dengan menundukkan kepalanya sambil berpura-pura membereskan buku-buku yang tadi berserakan di meja. Namun, sayangnya pendengaran Afgar sangat tajam jadi walaupun Senja berkata dengan lirih sekalipun, Afgar masih tetap dapat mendengarnya.
"Iya, maaf ya," kata Afgar.
Sekarang Senja makin tambah dibuat malu oleh kelakuannya sendiri, kenapa ia bisa sebodoh itu.
"Ini mau ganti bulan kan ya?" Untuk menghilangkan rasa malunya itu, Senja menanyakan hal demikian yang bahkan ia sudah tahu jawabannya tanpa bertanya.
Tidak mau membuat Senja malu lagi akan kelakuannya sendiri ia hanya bisa menjawab. "Iya."
"Bingung deh gue," celetuk Senja tiba-tiba yang membuat otak Afgar tidak nyambung.
"Apanya Ja," tanya Afgar.
"SPP." Singkat, padat, dan jelas bagi Afgar.
"Gue ada ide," seloroh Afgar tiba-tiba.
"Lo bikin aja DIY kayak gini, mudah kok kalau lo gak bisa nanti gue ajarin," lanjut Afgar menyelesaikan ucapannya.
"Gak ada modal Gar, lo bantuin aja gue cari kerjaan," pinta Senja.
"Gak, mana ada orang yang memperkejakan anak SMA yang belum lulus kayak lo."
Kalimat yang diucapkan Afgar ada benarnya tapi kalau ia jualan ia dapatkan modal darimana? Uang tabungan sisa penjualan emas milik almarhum Bibinya aja tinggal Rp. 150.000 mana cukup.
"Santai, nanti gue bantuin." Setelah berucap seperti itu, Afgar mulai melangkahkan kakinya keluar kelas bermaksud menghindari penolakan dari Senja.
Senja yang melihat Afgar bersikap sagat keras kepala ingin membantu dirinya hanya bisa pasrah.
Namun, tiba-tiba terdapat notifikasi masuk di handphone Senja. Setelah Senja cek itu pesan dari Afgar.
Tunggu di rumah, nanti gue mau mampir
Begitulah isi dari pesan yang dikirim Afgar, tapi sekarang ia tak mengerti apa maksud Afgar ingin berkunjung kerumahnya?
Flashback off
***
Hai-hai ketemu lagi sama akuu
Semoga tetep betah ya sama cerita gabut ini ><
See you next part gayss

KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa yang lelah
Fiksi RemajaNiskala Senja Almahera, seorang gadis yang ingin sekali memiliki rumah, namun definisi rumah yang tidak berbentuk bangunan. Akankah ia mampu mewujudkan keinginan itu? Start : 1 September 2023 Finish : -