Bersih-bersih adalah salah satu kegiatan mempersibuk diri yang ia pilih. Selain pikiran teralih pada debu dan kotoran dalam rumah, tempat yang ditinggali pun terasa nyaman dan sedap dipandang. Kebersihan rumah diambil alih olehnya, sudah kebiasaan sejak pertama ia datang Grisha ke rumah ini.[Name] meletakkan alat kebersihan pada tempatnya. Kini rumah telah bersih dengan cepat. Memangnya siapa lagi yang bisa mengganggu wanita itu di saat-saat menenangkan pikiran selain keponakan jahilnya, merengek meminta membantu. Hari itu masih cukup pagi untuk membuat keributan lagi. Cukup dirinya saja yang membuat Carla repot, meski dia tak ingin.
Kegiatan selanjutnya termasuk yang menjadi favorit. Memasak. Sejak kedatangan Carla di rumah ini dua bulan setelah dirinya. Ia dan kakaknya tak perlu repot mencari makan di luar atau memakan makanan gosong buatannya. Masakan buatan Carla saat itu hampir membuat wajah ketusnya sedikit memberi ekspresi. [Name] malu saat itu. Apalagi saat Grisha menceritakan pengalamannya pertama kali memasak.
"Hari ini akan masak apa?" tanya [Name].
"Seperti biasa." Carla menatap [Name], memberi sebuah senyum lebar.
Ia mengangguk, lalu teringat sesuatu, yang membuat paginya sedikit berantakan. "Apa kau mengambil sesuatu dari kamarku."
"Tidak." Carla menggeleng. [Name] mengangguk. Ia kehilangan sesuatu benda yang sangat berharga, sesuatu yang terus ia genggam sejak diambil oleh Grisha. Bukankah itu membuktikan kalau itu benda yang ada sebelum ingatannya hilang. Bahkan pertama ia membuka mata, ia sudah merasa benda itu adalah hal berharga juga terakhir yang dimiliki.
"Kau kehilangan sesuatu?" tanya Carla seraya meyiapkan bahan masakan.
"Belatiku hilang," jawabnya sedikit sendu.
"Belatimu? Tidak biasanya." Carla mengalihkan kembali wajahnya dari [Name]. "Mungkin terselip di suatu tempat di kamarmu."
Untuk kesekian kalinya, kepala [Name] mengangguk. Mungkin Carla benar, belati kesayangannya, benda terakhir yang dia punya sebelum hilang ingatan, ada disuatu tempat di kamarnya. Mungkin tanpa sengaja ia menjatuhkannya di suatu tempat di kamarnya saat penyakit yang kakaknya bilang halusinasi kembali kambuh. Lagipula tidak akan ada yang berani mengeluarkannya dari kamar. Tidak membuang detik, ia segera membantu Carla.
Tangannya meraih panci besar, mengisinya dengan air, diletakkan di atas tungku berisi kayu yang sudah dibakar. Wanita yang sedikit lebih kecil di sampingnya memotong kentang menjadi kotak-kotak kecil bersama bahan makanan lain yang akan dijadikan sup. Kaki kembali dilangkahkan, mengangkat roti dari panggangan dekat tungku, dipilah satu persatu ke mangkuk rajut kayu lalu dipindahkan ke meja makan.
Sesekali [Name] melirik wanita itu. Membantunya memotong sisa kentang. Dari lubuk terdalamnya, ia sangat kagum padanya. Sosok ternyaman yang pernah ia temui, mengajarkan dia banyak hal layaknya seorang ibu. Jika bukan karena dia, tidak ada yang akan membuatnya sadar penting merawat tubuh. Ditambah banyak lebam dan bekas sayatan di tubuhnya dulu, entah sebab apa, jawabannya ia tidak ingat. Sisi feminim yang kini melekat padanya akan terbuang sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflections Of Time (Levi X Reader)
FanfictionApalah arti masa depan bagi [Name], wanita yang tidak dia ketahui penyebabnya terbangun dalam keadaan tak memiliki apa-apa. Wanita yang tak sengaja terlempar jauh dari garis takdirnya. Setelah hari dirinya terbangun, rasa sakit tak terbaya...