Chapter 13 : Hust of Night

212 22 0
                                    

Sudah malam ketiga [Name] tak menginjakkan kakinya di markas pasukan pengintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah malam ketiga [Name] tak menginjakkan kakinya di markas pasukan pengintai. Berat sekali rasanya meninggalkan rumah ini barang berapa hari. Rumah yang menjadi saksi perjuangannya bertahan hidup untuk menghidupi dirinya dan ketiga sahabat kecil itu.

Senang rasanya melihat pertemanan mereka yang sangat erat. Dirinya pun katanya punya sabahat seperti yang Yan ceritakan. Suara yang seorang perempuan yang memanggilnya hangat. Kak [Name]. Juga kedua teman lelakinya. Jika yang partner kriminal berkata benar, maka ia sudah bertemu dengan satu temannya di pasukan pengintai.

Namun, ia tak bisa mengingat kehidupan sebelum hilang ingatan. Hanji sempat bilang padanya hilang ingatan adalah hal yang normal di pasukan pengintai, biasanya dipicu karena keterkejutan yang luar biasa saat pertama kali bertemu dengan titan. Lantas beberapa hari kemudian ingatannya akan kembali—sering terjadi pada pasukan rekrutan baru.

Sedangkan setelah sekian tahun berlalu, cukup sedikit yang dirinya ingat dibanding yang diceritakan orang-orang mengenai dirinya. [Name] sedikit khawatir. Bagaimana jika mereka semua berbohong mengenai itu? Atau orang yang mereka ceritakan memanglah orang lain.

Barangkali yang mereka ceritakan padanya adalah yang benar. Jika tidak bagaimana caranya menjelaskan keahlian menggunakan 3DMG layaknya profesional. Dan satu hal, suara baritone milik pria cebol itu jelas adalah suara yang sering muncul dalam mimpi buruknya. Ia sangat ingin mengetahui bagaimana dirinya yang dulu, tapi ia sedikit... Entalah, dia tidak tahu cara menjelaskan gejolak yang dirinya rasakan.

[Name] beranjak keluar dari kamarnya. Perutnya meronta meminta untuk diisi. Dia meraih sepotong roti di keranjang atas meja dan semangkuk sup kentang yang telah dingin. Wanita itu makan dengan damai, merasakan setiap detik tanpa suara nyaring mengganggu indra pendengaran. Hanya suara sobekan roti dan cairan sup. Kemudian beralih menatap setiap lekuk rumah kecilnya. Tenang saja. Dia tidak sepenuhnya meninggalkan tempat ternyaman ini. Dia akan sering pulang dan membersihkan rumahnya dengan baik.

Perasaannya berubah murung perlahan. Menatap sofa cukup lama, tempat yang sempat menjadi sangat ceria dalam beberapa jam berkat kedatangan anak-anak itu. Dia kehabisan akal mencari semuanya. Mungkin dia sudah harus menerima kenyataan pahit itu. Dirinya tahu cukup sulit untuk meninggalkan orang yang sudah terlanjur disayang. Wanita itu berharap waktu bisa menyembuhkan kesedihannya meski ia belum bisa menerima nasib para anak kecil itu. Dirinya sudah cukup dengan kehilangan.

Dengan bergabung ke pasukan pengintai, maka artinya dia siap untuk meninggalkan hidup yang damai sebagai guru, tak ada lagi tangis anak-anak lucu yang melihat wajah datar seram miliknya. Yang artinya dia bersiap menerima sakit kepala yang hebat untuk mendapatkan kembali ingatannya. Yang artinya mimpi buruk bertemu titan tak akan lagi menjadi mimpi belaka. Yang artinya dirinya siap mati kapan pun. Apakah semua ini yang memang dirinya inginkan?

Beda lagi ceritanya dengan [Name] menikmati waktunya sebaik mungkin di rumah, sedangkan orang-orang dalam markas panik dirinya tak pulang. Mungkin lebih tepatnya, hanya Hanji.

Reflections Of Time (Levi X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang