Chapter 30 : Story of You

82 7 0
                                    

Ketika langit sudah cerah di situlah harapan-harapan ada untuk kembali dibangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika langit sudah cerah di situlah harapan-harapan ada untuk kembali dibangun. Armin duduk melipat kaki, memikirkan banyak hal dengan wajah yang sendu. Temannya, Eren, berhasil dibawa pergi oleh penghianat itu. Bahkan dengan serakah ikut membawa Ymir yang dalam keadaan sekarat.

Armin menoleh ke samping. Melihat Mikasa yang masih tak sadarkan diri juga bibinya yang ada di samping. Kulit wajah bibinya merah akibat terlalu dekat dengan lokasi jatuh titan tadi.

Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dipikirkan bibinya tadi sehingga bertindak terlalu nekat. Mungkin bibinya yang pertama kali sadar tentang titan itu. Saat pasukan yang ada di atas dinding memberitahu, bibinya sudah melaju dengan sekuat tenaga tanpa memikirkan risiko. Tapi titan itu terlalu cepat dan bibinya tidak sempat untuk berbalik arah. Pada akhirnya mereka semua yang ada di sana tidak bisa berbuat apa-apa. Armin sendiri tidak bisa selamat kalau tidak dilindungi Shasa.

Namun Armin juga bisa mengerti kenapa bibinya melakukan tindakan yang sangat berbahaya, terkesan tidak memperdulikan keselamatan diri sendiri. Ia hanya mencoba menyelamatkan Eren karena saat itu merasa tak ada orang lain yang bisa melakukannya. Dan bisa jadi saat itu Bibi [Name] sedang bertaruh dengan waktu.

Armin tahu, bibinya memanglah sangat cepat dan juga kuat. Tapi tidak cukup kuat untuk melawan hal yang diluar akal sehat manusia. Armin berasumsi bibinya sudah terlalu lelah sampai tidak merencanakan sesuatu dengan matang. Mau bibinya berubah sedrastis apa pun, bibinya tetaplah bibinya. Kalau kata Eren, bibinya orang yang sok kuat di luar tapi rapuh di dalam.

Paman Hannes datang untuk menyemangati Armin. "Bagaimana keadaan Mikasa?" tanyanya.

"... Tidak ada luka yang parah, kurasa dia hanya pingsan." Lalu Paman Hannes tiba-tiba saja mengusap rambut Armin.

"Kau belum makan, kan? Makanlah dulu." Sambil memberinya ransum biskuit.

"... Dan luka [Name] pasti lumayan," ujar Hannes lagi setelah memperhatikan beberapa bagian kulitnya dibalut perban. Pria itu juga sampai bisa melihat beberapa bekas luka yang belum hilang di sepanjang lengan wanita itu.

Sejak kapan [Name], wanita yang dulu digosipkan memiliki kulit mulus tanpa noda, menjadi sekacau ini. Seingat Hannes, wanita ini baru saja beberapa bulan lalu direkrut menjadi anggota, tapi luka sudah sebanyak ini. Apa yang sudah wanita ini lalui selama itu?

Dari dulu pun Hannes merasa ada yang berbeda dari [Name], hanya tertutup dengan gaya berpakaian feminim dan rambut yang dipanjangkan.

Dulu sekali, satu tahun sebelum Distrik Shiganshina di terobos oleh Titan Kolosal. Itu pertama kalinya Hannes melihat [Name]. Dia memang sangat cantik saat itu sampai ia lupa kalau sudah memiliki istri di rumah. Setelah hari itu, pandangan Hannes sering menangkap keberadaan [Name] yang hampir ada di mana saja setiap harinya.

Tetapi jujur selain dari wajah yang cantik, wanita itu tak lebih dari wanita biasa yang hidup apa adanya. Hannes tidak begitu bisa menjelaskan apa yang terbesit di kepala tentang wanita itu dulu. Wanita itu terlalu biasa sampai bisa membuat orang kehilangan ketertarikan padanya. Hingga terkadang orang sampai melupakan keberadaannya yang ada di sekitar. Bukan karena ia pandai berbaur, tapi ia seperti hilang di tengah-tengah kerumunan orang. Orang tidak akan sadar kalau saja wanita itu tidak menyapa duluan.

Reflections Of Time (Levi X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang