Chapter 22 : Tenderness For Insomnia

162 16 0
                                    

"Lalu kau akan kemana setelah ini?" tanya Erwin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lalu kau akan kemana setelah ini?" tanya Erwin. Sebagai basa-basi penutup pembicaraan mereka.

"Mungkin aku akan menemui Eren setelah memastikan Armin dan Mikasa baik-baik saja," jawab [Name] yang selalu bernada datar.

"Kau tak perlu mengkhawatirkannya, Levi tak akan melepaskan pengawasan sedikitpun dari Eren."

Kau diam sebentar kemudian berkata lagi. "Biar aku yang memastikan."

Erwin sedikit tersenyum. "Baiklah." [Name] membalas dengan anggukan dan memberi komandannya hormat sebelum keluar dari ruangannya.

"Maaf kalau selama ini aku selalu bersikap seenaknya, Erwin."

Belakangan ini [Name] menjadi sangat terbiasa menjadi anggota Divisi Pasukan Pengintai. Apalagi setelah kejadian hari ini yang menampar mereka semua. Lorong-lorong markas tidak sesibuk tadi pagi. Memilih merehatkan tubuh di atas kasur yang tak begitu empuk untuk melepaskan penat dari banyak kejadian tadi. Sebagian mungkin sedang menangisi teman seperjuangan yang telah mendedikasikan jiwa dan raganya dalam upaya mengungkap kebenaran dunia. Sebagian yang lainnya memikirkan diri sendiri yang nyaris saja kehilangan nyawa. Kemudian ada sebagian kecil lain yang memilih untuk tidak meratapi kejadian hari ini dan mensyukuri dirinya bisa kembali dengan selamat masuk ke dinding.

[Name] salah satunya. Harus kembali menghadapi apa yang ada di depan, bukan malah terus menatap ke belakang dan mengabaikan masa depan.

Ia tak begitu lama berbincang dengan kedua ponakannya. Armin menangis dalam pelukan [Name] setelah mendengar bagaimana dirinya bertahan hidup saat setelah pertarungan pertamanya dengan Titan Wanita.

Dari sana pula pemuda dengan rambut blonde ini menceritakan sesuatu yang dirinya sadari saat ekspedisi tadi. Penyataan [Name] dan Armin bisa menguatkan satu sama lain. Sebelum itu, biarlah dirinya tidak memberitahu ponakannya apa yang dirinya tahu, cukup Erwin yang memikirkan rencananya. [Name] meminta Armin untuk melaporkan hal yang dia ketahui pada Komandan secepat mungkin. Kemudian beranjak, bersiap menuju kastil tua tempat Eren berada. Meski perjalanannya tak begitu jauh, tapi ia harus bergegas.

[Name] segera memacu kuda coklatnya keluar dari markas menuju kastil tua. Malam yang sunyi. Orang-orang tengah berduka atas kepergian saudara atau keluarga yang baru saja pergi dari dunia ini. Lebih sakit lagi ketika pasukan pengintai hanya bisa membawa nama orang yang telah mendedikasikan jantungnya untuk upaya yang dianggap sia-sia ini.

Wanita berambut hitam ini mengerutkan dahi. Dia tidak mengerti kenapa dirinya saat ekspedisi tadi sangat impulsif. Sesak kembali menjalar dari perutnya hingga mencekik leher. Hanya akan ada si cebol bersama keponakannya di kastil tua yang besar itu. Keempat orang yang lain tak lagi membersamai. Padahal minggu lalu saat terakhir dirinya membersamai suasana yang hangat.

Seperti apa keadaan dalam kastil tua itu sekarang?

Rambut hitamnya terkepang rapi mengilat disiram cahaya bulan. Dia meringis selagi fokus menunggangi kuda. Tersisa hanya kesedihan dan kesal terhadap diri sendiri yang terlalu egois. Kejadian sore tadi yang semakin membuatnya merasa keputusan yang dia ambil tidak seharusnya tidak benar.

Reflections Of Time (Levi X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang