Chapter 26 : Nightfall

144 12 0
                                    

Derap langkah kaki ramai di mana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Derap langkah kaki ramai di mana-mana. Segera tanpa membuang waktu sebelum lebih banyak orang yang tercabut nyawanya. Sorak semarai menyuruhkan bergegas karena akan berangkat tidak lama lagi. Menuju neraka bagi mereka yang memiliki rasa perjuangan yang kecil. Dahulu yang sebelumnya tidak berani masuk ke divisi rela mati saat setelah lulus pelatihan militer. Pada akhirnya mau tidak mau tetap harus menghadapi tempat sumber ketakutan atas perintah dari atasan.

Pertarungan bersama Titan Wanita ini bukan hanya menghabisi sebagian besar pasukan pengintai tetapi juga para warga sipil Distrik Stohess yang tidak tahu apa-apa. Pun belum lama ini kehilangan pasukan dari ekspedisi sebelumnya yang menelan korban tak kalah banyak. Lantas tanpa memberi jeda, lagi-lagi, titan kembali menerobos dinding pelindung ke dua setelah sebelumnya juga menerobos Distrik Trost tapi dicegah dengan titan milik Eren.

Atas ketidaksiapan dan kurangnya pasukan pengintai. Komandan Pasukan Penjaga Dinding, Dot Pixis, memerintahkan pasukannya untuk bergabung dalam bersama mereka sampai keadaan berikutnya terkonfirmasi.

Seluruh pasukan pengintai tengah sibuk dengan kabar yang sudah dibawakan beberapa jam yang lalu. Mempersiapkan segala amunisi serta hal lain untuk membantai titan-titan yang menerobos Dinding Rose. Setidaknya sampai warga evakuasi ke tempat aman. Menurut [Name] itu hal yang paling mungkin terjadi untuk saat ini. Kepulangannya belum mendapat berita apa-apa.

Datang tiba-tiba di malam hari menuju Distrik Hermiha. Tidak peduli sesiapapun yang tengah memanggil. Pendengarannya entah kenapa bisa ia tulikan, saking terkejutnya ia. Yang hanya ada dalam kepala saat ini bertemu dengan Komandannya untuk melapor. Beberapa yang ia lewati sampai terperangah dengan penampilannya yang acak-acakan. Terlebih dengan benda terbungkus kain usang yang sedari datang dirinya pegang dengan erat.

[Name] langsung mengetuk pintu tempat Erwin kini berada. Sedikit kencang sebab sesuatu yang ada dalam dirinya mendesak untuk bertemu. Wanita itu kehilangan ketenangannya.

"Erwin!" panggil [Name] setelah masuk dan menutup pintu.

Sorot biru pria itu tenang. Namun tidak bohong ia terkejut melihat penampilan wanita itu. Pakaian serta jubahnya bersimbah darah, juga rambut hitam yang selalu rapi kini bahkan sama buruknya ketika ia tertangkap waktu itu. Erwin mengerti apa yang akan wanita itu lakukan jika datang mendesak seperti ini. Apalagi dengan darah yang terus menetes dari bungkusan yang ia bawa.

"[Name], katakan apa yang terjadi."

Bibir bawahnya gemetar meski sudah menyusun dengan baik apa yang akan dirinya katakan. Dadanya sesak seolah ia tengah berdiri di ruangan hampa udara. Mengingat apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Ketika mendapat perintah membawa berita pembobolan dinding yang diberikan olehnya juga beberapa orang lain.

[Name] waktu itu memang pergi bersama Toma dan yang lain untuk membawakan berita ini pada Erwin. Tetapi entah kenapa ia sangat gelisah. Memang berita dinding diterobos ini akan membuat siapa saja bergidik ngeri, apalagi untuk orang yang pernah berhadapan langsung dengan musuh manusia itu.

Reflections Of Time (Levi X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang