14

2.9K 297 11
                                    

Ruangan itu sekarang penuh dengan suara kericuhan anak-anak.

Anak-anak panti ikut menyusul ke Rumah Sakit setelah menyelesaikan sarapan pagi.

Dan jangan lupakan juga para lansia yang ikut menemani anak-anak untuk mengunjungi Alvaro.

Alvaro sekarang sibuk menjawab segala pertanyaan random yang anak-anak tanyakan padanya.

Setelah percakapan singkat antara Alvaro dan Linda tadi. Alvaro tidak sempat menanyakan lagi hal yang membuatnya sangat penasaran.

Tapi, hal itu tidak penting lagi saat ini.

Karena setelah Alvaro selesai menjawab pertanyaan mereka semua. Anak-anak itu pergi meninggalkannya akibat kedatangan si kembar Gibran dan Deon.

Kenapa?!

Tentu saja karena Gibran dan Deon yang datang dengan aura tak sedap.

Deon dan juga Gibran saat ini menatap penuh intimidasi kepadanya.

Kedua anak kembar  yang sangat ramah kepadanya kemarin malam sekarang menatapnya dengan tatapan yang tajam.

Alvaro meneguk ludahnya, ia tidak tahu kenapa Deon dan Gibran menatapnya sampai sebegitunya.

Kesalahan apa yang dibuatnya hingga si kembar menatapnya tajam.

"ALVARO!"tekan keduanya sambil menahan kedua tangan Alvaro seperti seorang tahanan.

"Ya?"tanya Alvaro memiringkan kepalanya bingung.

Dalam hati Alvaro ia sudah berusaha menahan tangis, yang ingin dia keluarkan.

Alvaro takut, apakah ia membuat kesalahan yang fatal sehingga kedua teman sekamarnya itu menatapnya marah.

"Jangan Mati!"lirih Deon.

"A—apa?"ucap Alvaro merasa pendengarannya bermasalah.

"Deon bilang kamu jangan Mati, Alvaro!"Ulang Gibran menatap manik coklat Alvaro yang menatap mereka bingung.

"Aku tidak akan mati"jawab Alvaro cepat melihat kedua anak itu yang mengkhawatirkannya tetapi hanya bisa mengutarakan nya dengan tatapan tajam tidak ingin Alvaro membantah mereka sedikitpun.

"Alvaro"panggil Deon.

Alvaro menoleh menatap bingung ke arah Deon yang memandangnya dengan sebuah tekad?

"Iya?"

"Jangan pernah mengikuti siapapun itu...  bahkan jika itu bundamu!!!"ucap Deon Serius.

"Bunda?"tanya Alvaro yang tidak mengetahui arah pembicaraan ini.

"Iya, bunda mu... Kau mengatakan rindu tentangnya  tadi malam sebelum hilang kesadaran."

Ucapan Deon membuat Alvaro, menatapnya tak percaya.

"Apakah aku mengingatnya dalam tidurku?!"

Spontan sekali, tangan Alvaro entah yang ada infus ataupun tidak menggenggam tangan Deon yang sedikit lebih besar darinya.

"Apa yang kubilang saat itu Deon? Bisakah kau mengatakannya kepadaku? Aku mohon!!!" Bujuk Alvaro menatap memelas Deon.

Alvaro bukanlah orang yang cerewet.

Dia lebih sering diam dan menurunkan hawa keberadaannya agar orang lain tidak menganggunya.

Walaupun hal itu malah membuat dirinya sering terkena masalah.

Tapi, ada satu keadaan dimana Alvaro bisa berubah menjadi sangat cerewet.

Dan itu seperti pertanyaan bertubi-tubi yang Alvaro tanyakan.

the rebirth of an alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang