Kita tinggalkan suasana tegang di luar sana.
Mari melihat kedalam ruangan rawat Alvaro setelah Ayundia memasukinya.
Ayundia berjalan pelan mendekati brankar rumah sakit.
Manik matanya menatap sosok seorang anak kecil yang berhari-hari ia rindukan dan khawatirkan.
Alvaro Putra Bungsunya.
Alvaro-nya yang saat ini terbaring lemah dengan perban yang melilit kepalanya.
Perasaan Sedih dan bersalah menghantam batin Ayundia ketika melihat luka di tubuh kecil putranya.
Tangan Ayundia terulur gemetar, menyentuh pipi lembut Alvaro-nya yang masih sama menghantar suhu hangat yang selalu dapat menjadi penghibur batin Ayundia.
Ayundia merasa kekuatan hilang di kakinya, membuatnya terkulai lemas setelah memastikan keadaan Alvaro.
Ayundia menangkup wajahnya sedih, menangisi kegagalannya sebagai seorang ibu yang seharusnya melindungi buah hatinya.
Tangisannya begitu pelan, tidak ingin menganggu tidur sang buah hati.
Namun, hal itu tidaklah mencegah Alvaro untuk tersentak bangun mendengar suara tangisan pelan tersebut.
Kepala Alvaro terasa sedikit pusing, ketika Alvaro tersadar setelah belum lama ini tertidur nyenyak.
Pemikirannya sedikit tumpul ketika mendengar suara tangisan yang entah datang dari mana.
'Ah? Apakah itu Hantu?'batinnya sambil menutup mata sejenak lalu membukanya kembali.
'Apakah ini benar-benar suara hantu?'suara tangisan itu tidak berhenti bahkan setelah Alvaro membuka matanya.
Mata Alvaro akhirnya melihat kesekeliling kamar rawat inapnya dan pada akhirnya mendapati sosok seorang wanita yang seperti nya sedang menangis.
'Sepertinya itu masih manusia'batin Alvaro melihat wanita itu secara jelas.
Mendapati suara tangisan itu dikeluarkan oleh wanita itu. Alvaro juga menyadari bahwa Kenneth tidak ada di dalam ruangan ini.
Laki-laki Dewasa itu pergi meninggalkan nya bersama wanita yang sedang menangis ini.
Alvaro secara perlahan merubah posisi nya yang tadinya tiduran menjadi duduk. Kakinya yang masih pendek menjuntai ke arah bawah.
Ia mengambil ancang-ancang untuk turun ke bawah lantai.
Buk.
Kaki Alvaro dengan tepat menyentuh permukaan keramik rumah sakit.
Ia berhasil mendarat dengan aman.
Tangan kanannya menekan dahi-nya ketika nyeri akibat guncangan ia meloncat sedikit terasa.
Apalagi dirinya baru bangun dari tidurnya jujur kesadaran Alvaro masih linglung.
Akan tetapi, Alvaro tetap melangkahkan kakinya mendekati Ayundia.
Tangan kecil Alvaro menepuk pelan bahu Ayundia yang bergetar.
Tidak keras dan juga tidak lembut cukup membuat Ayundia menyadari tangan siapa yang memegang pundaknya.
"Nyonya, apakah anda baik-baik saja?"tanya Alvaro menatap sedikit khawatir Ayundia.
Ayundia mengusap cepat air mata yang jatuh di pipinya.
Dirinya mendongak menatap Alvaro yang mengkhawatirkan dirinya.
Suaranya yang sedikit parau, berkata.
"Ti—tidak, Bunda baik-baik saja. Sayang!"
DEG!
KAMU SEDANG MEMBACA
the rebirth of an alvaro
FantasyIni kisah tentang Alvaro. Seseorang dari masa depan yang kembali ke masa lalu. Namun dirinya tidak memiliki ingatan masa depannya. Apakah dirinya yang telah kembali tapi tidak mengingat ingatan masa depannya. Dapat merubah ending hidupnya?