12. gabriel sakit

1K 19 0
                                    

Gabriel benar-benar sakit setelah pulang dari rumah kedua orangtuanya. Sakit gabriel membuat luna pusing sendiri, ini pertama kalinya ia mengurus orang sakit semanja dan secengeng gabriel.

Gabriel menggenggam tangan luna erat membuat sang empu mendengus kesal. "Dingin" cicit gabriel.

Luna menarik selimut sampai menutupi tubuh gabriel yang langsung dilempar gabriel. "Kenapa?, Katanya dingin" tanya luna.

Gabriel menatap luna, menarik luna ke pelukannya. "Anget" cicit gabriel memeluk erat tubuh luna.

Luna menatap gabriel. "Ish. Jangan peluk-peluk gini, gerah tau" kesal luna mendorong pelan tubuh gabriel.

Gabriel menatap luna datar. "Ko kamu gitu sih, suami kamu lagi sakit enggak perhatian banget" sinis gabriel.

Luna menarik napas panjang. Ia kembali memeluk gabriel yang tersenyum manis. "Yaudah istirahat. Jangan bawel kalau lagi sakit gini" ucap luna.

Gabriel mengangguk. "Sayang" panggil gabriel lirih.

"Hm?" Gumam luna.

"Pengen punya bayi, saya pengen punya anak" ucap gabriel.

Luan yang mendengar itu ia langsung menatap gabriel kaget."A-anak?" Cicit luna.

Gabriel mengangguk. "Hm. Saya pengen merasakan pelukan anak kecil, pengen dipanggil papah. Pengen denger suara bayi nangis" ungkap gabriel.

Luna meneguk ludahnya susah payah. "Mending tidur, jangan bicara ngaur gini" suruh luna.

Gabriel menyatukan hidungnya dengan hidung luna, menatap manik mata luna. "Saya tau kamu belum siap hamil. Saya juga tidak akan memaksa kamu hamil, tapi kalau Tuhan ngasih kamu hamil saya tidak bisa menolaknya" ucap Gabriel.

Luna memejamkan matanya menikmati hembusan napas hangat gabriel. "Semua sudah terbongkar, bahkan rahasia yang selama ini aku tutupi sudah terbongkar. Jadi jika aku hamil itu tidak masalah, hubungan aku dengan pacar aku saja sudah hancur." Lirih luna

"Mantan, bukan pacar" koreksi gabriel.

Luna mengangguk pelan. Ia membuka matanya menatap gabriel. "Kalau aku hamil apa kamu tidak akan kasar sama aku?" Tanya luna takut-takut.

Gabriel menjauhkan wajahnya dari wajah luna, menatap luna dingin. "Kalaupun kamu tidak hamil kalau kamu tidak buat saya kesal saya tidak akan marah dan kasar. Begitupun sebaliknya" jelas gabriel.

Luna mengelus kelopak mata gabriel. "Kurangin emosinya, biar aku betah dekat-dekat kamu" ucap luna.

Gabriel mengangguk, ia mencium lembut luna. "Saya sebenarnya baik dan lembut, kamu nya saja yang nakal" ucap gabriel.

"Ko aku sih?, Kamu lah" sewot luna.

Gabriel mengelus pipi luna. "Cewek selalu menang" pasrah gabriel ja langsung mencium luna lembut membuat sang empu menikmati ciuman panas pagi hari. Tanpa sadar mereka sampai di tahap akhir inti.

***

Luna merasakan hembusan pegal-pegal, menoleh menatap suaminya yang masih tidur pulas. Menatap jam dinding yang menunjukan pukul 12.23 wib.

"Astaga! Aku belum masak makan siang" panik luna.

Gabriel menoleh menatap istrinya yang sibuk memakai pakaian. "Saya sudah pesan makan siang, sebentar lagi sampai kamu jangan kemana-kemana" kata gabriel.

Luna menoelah menatap gabriel. Menyentuh kening gabriel, matanya langsung membulat sempurna. "Astaga! Demamnya semakin tinggi, ayok kita ke rumah sakit" panik luna.

Gabriel tersenyum tipis. "Tidak mau. Saya cuma demam biasa, mending disini saja" tolak gabriel.

Luna menggeleng cepat. Buru-buru ia mengambil pakaian ganti gabriel. "Pakai cepat, aku tidak mau mengambil resiko kalau sampai terjadi sesuatu" ucap luna.

"Tidak mau," tolak Gabriel.

Luna yang kelewat kesal ia naik keatas tubuh gabriel, menindih tubuh gabriel, membuat sang empu melotot kaget. Buru-buru luna memakaikan baju gabriel. "Ayolah nurut, kali ini aja nurut sama aku" ucap luna sambil mengancingkan baju gabriel.

"Pemerkosaan, haha" tawa gabriel.

Luna tidak menyahut ia turun, menggelung asal rambutnya. Yang sialnya membuat gabriel terpesona. "Kenapa harus sakit sih, kan jadi bingung gini" kesal luna pada dirinya sendiri.

"Uhuk.uhuk"

Luna menoleh menatap gabriel yang terbatuk, berjalan menghampiri Gabriel. "Kita ke rumah sakit, aku pesan taksi sekarang" luna mengambil ponselnya yang langsung gabriel rebut.

"Tidak usah. Luna, saya tidak ken---"

"Tolong nurut sama aku kali ini aja". potong luna.

"Saya tidak kenapa-kenapa, minum obat biasa saja langsung sembuh" Gabriel menatap wajah khawatir luna. "Saya tidak mau kamu membantah" lanjut gabriel.

Luna menepis tangan gabriel, berdiri dari duduknya, menatap gabriel dengan air mata yang mengalir. Membuat gabriel keheranan. "KAU MAU DITURUTI SETIAP PERINTAH KAMU, TAPI KENAPA KAU TIDAK MAU NURUT SAMA AKU?, PADAHAL AKU CUMA MAU KAMU KE RUMAH SAKIT. AKU TIDAK MAU KAMU KENAPA, AKU TIDAK MAU DISALAHKAN SAMA KEDUA ORANG TUA KAMU, AKU TIDAK MAU DI CAP MENANTU TIDAK BECUS MENJAGA SUAMINYA SENDIRI. AKU TIDAK MAU DIHINA MEREKA LAGI, TOLONG NGERTIIN AKU" bentak luna kesal.

Gabriel menatap tajam luna. "Berani sekali kamu membentak suami kamu sendiri, ajaran siapa HAH?" marah Gabriel tidak terima.

Luna terisak ia duduk dilantai menunduk takut. "Aku mohon sama kamu---"

"AKU TIDAK KENAPA-KENAPA, KAU JANGAN KHAWATIR"

Luna mendongak menatap gabriel, mengusap air matanya kasar. "Kalau kamu masih tidak mau ke dokter, aku akan meninggalkan kamu lagi, aku akan pergi ja---"

PRANG....
PRANG....

Gabriel melempar ponselnya dan ponsel luna sampai hancur. "JANGAN ANCAM SAYA SEPERTI ITU, SAYA TIDAK SUKA DIANCAM SEPERTI ITU. YANG BOLEH MENGANCAM HANYA SAYA, DAN KAU HANYA PATUH PERINTAH SAYA, SIALAN!" Murka gabriel.

Luna memejamkan matanya. "Kau egois, kau mau aku menuruti setiap perintah kamu, tapi kau sendiri tidak mau menuruti kemauan aku, padahal aku cuma mau kamu ke dokter hanya itu" lirih luna. menahan isak yang ingin keluar.

Gabriel menarik dagu luna menatap tajam luna. "Lihat saya. Luna. Saya baik-baik saja, saya tidak sakit saya hanya demam biasa" ucap gabriel merendahkan suaranya.

Luna mencengkram perutnya yang tiba-tiba terasa sakit. "Aku tidak percaya kalau belum di periksa" lirih luna semakin mencengkram perutnya.

Gabriel menatap tangan luna, dan menatap wajah luna yang pucat. "Kenapa wajah kamu pucat? Kamu sakit?" Tanya gabriel khawatir.

Luna menggelung pelan. "T-tidak, aku cuma mau kamu ke rumah sakit" lirih luna.

Gabriel tahu luna sakit, mengangguk pelan.."baiklah saya mau priksa, ayok kita ke rumah sakit" pasrah gabriel.

Luna tersenyum tipis, ia berdiri dari duduknya berjalan pelan keluar apartemen. Ia tidak boleh pingsan, ia harus membawa gabriel ke rumah sakit. "Biar aku yang setir" ucao luna.

Gabriel menggeleng. "Kita pesan taksi saja" tolak Gabriel.

Tidak lama taksi datang mereka langsung masuk kedalam taksi, luna memejamkan matanya menahan sakit diperutnya. Gabriel mengelus perut rata luna membuat sang empu nyaman dan ajaibnya sedikit berkurang rasa sakitnya. "Aneh" gumam luna merasakan nyaman.

***

Obsession Gabriel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang