30. terbongkar

769 14 0
                                    

Luna duduk di sofa sambil menatap queen yang tertawa pelan khas bayi. Luna bisa melihat jelas kalau gabriel sangat menyayangi queen. Ia tidak perlu khawatir kalau queen akan kekurangan kasih sayang.

Memegang perutnya yang kembali sakit. Luna berusaha menahan sakit di perutnya. Setelah satu bulan lamanya ia tidak lagi ke rumah sakit, ia hanya membeli obat pereda rasa sakit.

Gabriel menatap luna. "Saya minta maaf sudah menyakiti perasaan kamu, saya cuma tes kamu seberapa kamu bertahan bersama saya saat ada queen. Bukan berarti saya hanya mencintai queen, rapi saya juga sangat mencintai kamu, luna. Demi tuhan" ucap gabriel menatap luna.

Luna hanya tersenyum mengangguk kecil. Ia tidak bisa bicara apapun sakit diperutnya semakin menjadi-jadi.

"Ucapan saya di Italia itu bohong. Saya tidak mempermasalahkan uang. Malahan saya suka kamu boros, saya mohon maafkan saya" gabriel menaruh luna di sofa besar, setelah memastikan aman ia langsung menghampiri luna memeluk luna yang hanya diam. "Tolong maafkan perkataan saya. Demi tuhan itu hanya  ucapan yang saya buat-buat dan asal-asalan." Ucap gabriel.

Luna mengangguk. "T-tidak m-masalah." Jawab luna lirih.

Gabriel melepaskan pelukannya menatap luna heran. "Kenapa suara kamu seperti menahan sakit? Apa kamu sakit?" Tanya gabriel khawatir.

Luna menggeleng. "T-tidak." Jawab luna cepat.

Gabriel kembali memeluk luna. "Saya sangat mencintaimu, luna. Saya tidak tau kalau kamu meninggalkan saya selamanya hidup saya seperti apa. Mungkin saya akan hancur sehancur-hancurnya" lirih gabriel. Yang tidak dihiraukan luna yang sudah tidak sadarkan diri. "Saya beruntung punya kamu di hidup saya, hidup saya lebih berwarna dibandingkan dulu sebelum mengenal kamu" bisik gabriel.

Hening.

Gabriel tidak merasakan pergerakan dari luna. "Sayang, kamu kenapa cuma diam jawab aku?" Ucap gabriel heran. Ia melepaskan pelukannya matanya melotot sempurna melihat luna yang pucat dan tidak sadarkan diri. "LUNA" teriak gabriel kaget. "Mbok, tolong jaga queen" ucap gabriel yang langsung di angguki mbok amel.

***

Dokter arya langsung memeriksa keadaan luna, ia geleng-geleng kepala melihat kondisi luna semakin memburuk. Seluruh alat bantu pernapasan dan kabel-kabel yang bisa membantu luna untuk bertahan hidup ia pasang. Seluruh tubuh luna dipenuhi kabel.  "Luna-luna. Kau tidak sayang pada dirimu sendiri" gumam dokter langsung keluar ruangan menghampiri gabriel.

Cklek

"Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya gabriel cepat.

"Ikut ke ruangan saya" ucap dokter berlalu dari sana. Masuk kedalam ruangannya. Menatap gabriel yang terlihat cemas. "Apa anda belum tau luna memiliki penyakit yang sangat serius?" Tanya dokter arya.

Gabriel menggeleng. "Memangnya istri saya memiliki penyakit apa?" Tanya gabriel cepat.

Dokter arya tidak langsung menjawab ia menyodorkan berkas ke hadapan gabriel. "Silahkan baca" ucal dokter.

Gabriel langsung membacanya dengan telaten, jantungnya berdegup kencang setelah membaca berkas itu. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, rasanya ini seperti mimpi.

"G-gagal g-ginjal" cicit gabriel.

Dokter menatap gabriel. "Sebenarnya luna memiliki penyakit itu sudah lama, sebelum kamu mengenal luna, hanya saya manatan pacarnya, arif dan dirinya yang tau. Bahkan kedua orangtuanya tidak tau anaknya memilki penyakit yang serius" jelasnya.

"K-kenapa luna tidak memberitahu saya dari dulu?" Tanya gabriel lirih.

Dokter tersenyum tipis. "Saya sedikit tau tentang pernikahan kalian berdua. Mungkin luna takut menceritakan ini semua, atau bahkan dia tidak memiliki waktu untuk menceritakan semuanya, sebenarnya luna tidak mengizinkan saya ceritakan ini semua sama siapapun termasuk kamu"

"Kenapa?" Tanya gabriel lirih.

"Entahlah. Tanyakan sendiri pada luna. Saya tau ini berat untuk kamu, tapi saya sebagai dokter yang mengobati luna dari dulu sampai sekarang saya mohon sangat supaya kamu bisa membahagiakan luna di akhir-akhir hidupn----"

"Jaga ucapan anda. Istri saya tidak akan meninggal, dia akan terus bersama saya selamanya" marah gabriel tidak terima.

Dokter menatap gabriel. "Say---"

"Saya harus berbuat apa supaya luna bisa sembuh total?" Tanya gabriel memotong ucapan dokter.

"Saya sudah berusaha mencari donor ginjal yang cocok untuk luna, tapi sayangnya tidak ada, semuanya gagal. Say---"

"Saya akan membawakan donor ginjal yang cocok untuk luna, dia pasti akan sembuh" ucap gabriel keluar kamar menghampiri istrinya. Menatap luna yang sudah sadarkan diri.

"K-kak....eh. say---"

"Kalau tidak bisa panggil aku sayang tidak papa. Aku tidak maksa" potong gabriel memeluk tubuh luna, air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya. "Kenapa kamu menyembunyikan ini semua dari aku, lun. Hiks. Saya takut kehilanganmu, saya takut kamu meninggalkan saya untuk selamanya, saya tidak bisa hidup tanpa kamu, daya tidak bisa berada di dunia ini tanpa kamu, hiks" Isak gabriel.

Luna cukup terkejut mendengar ucapan gabriel sebelum ia mengangguk kecil. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, dan queen. Jangan nangis gitu jelek tau" ledek luna.

Gabriel menatap luna lekat. "Janji tidak akan meninggalkan aku dan queen?" Lirih gabriel.

Luna tersenyum tipis.."jangan cengeng gitu, nanti enggak bikin aku takut lagi" ucap luna mengalihkan pembicaraan.

"Luna, jawab aku" ucap gabriel tahu istrinya sedang mengalihkan pembicaraan.

Luna menatap langit-langit ruangannya. "Aku tidak bisa janji. Tapi aku akan berusaha untuk bertahan hidup, aku ingin menemani queen sampai tumbuh besar minimal sampai dia bersekolah dasar" jawab luna.

Gabriel semakin menangis sesenggukan. "Aku tidak mau kehilangan kamu. Tolong maafkan aku sayang, aku janji aku akan mencarikan donor ginjal untuk kamu" ucap gabriel.

Luna menggeleng cepat. "Jangan. Aku tidak mau, jangan lakukan itu" tolak luna cepat.

"Kenapa?" Tanya gabriel heran.

"Aku tidak membutuhkan itu, kalau aku sudah tidak ada aku titip queen sama kamu, rawat dia, jangan bikin dia merasakan kesepian" lirih luna.

Gabriel menggeleng. "Aku tidak suka kamu bicara seperti itu, aku akan Carikan ginjal supaya kamu bisa bertahan hidup sampai aku mati"

Luna tersenyum tipis. "Mending kamu pulang jagain queen" suruh luna mengalihkan pembicaraan.

Gabriel menggeleng cepat. "Tidak. Aku tidak mau pulang sebelum dokter mengizinkan kamu pulang" tolak gabriel.

**

Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit akhirnya luna diperbolehkan untuk pulang. Gabriel membukakan pintu untuk istrinya menuntun luna.

"Aku udah sembuh, jangan seperti ini" ucap luna menepis pelan tangan gabriel.

"Kamu belum sembuh karena aku belum mencarikan ginjal untuk kamu" sahut gabriel.

"Ngeyel banget" kesal luna berjalan meninggalkan gabriel. Menghampiri mbok amel yang sedang mengendong queen. "Anak mamah, sayang, mamah kangen banget sama kamu" ucap luna mengambil alih queen dari gendongan mbok amel.

"Ingat apa kata dokter, kamu jangan kecapekan" ucap gabriel mengambil alih queen dari luna

***

Obsession Gabriel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang