22. patah hati

710 14 0
                                    

Sabtu sore luna dan gabriel menghabiskan waktunya bermain di taman kota, sebenarnya gabriel tidak suka di tempat ramai seperti ini apalagi bersama istrinya. Banyak pria yang menatap kagum istrinya membuat gabriel menahan cemburu.

Luna asyik makan sate yang tadi dibelikan gabriel, luna terus tersenyum lebar menatap sate yang ia makan terasa sangat enak di lidahnya.
Sedang asyik-asyiknya makan sate matanya tidak sengaja melihat pria yang sangat ia kenal sedang bermesraan.

Matanya membulat sempurna melihat pria yang ia kenal sedang berpelukan dengan wanita lain. "K-kak A-arif" cicit luna.

Ia menghampiri mereka berdua yang sedang berciuman tanpa rasa malu. "K-kak arif" panggil luna lirih.

Yang dipanggil menoleh matanya langsung melotot sempurna melihat luna yang berada tepat dihadapannya dengan tatapan kecewa. "L-luna, s-sayang" cicit arif. Mendorong wanita yang terus merangkulnya.

Luna tersenyum miris. "Jadi ini yang dinamakan setia?. Aku kira kakak serius ternyata, hahah pengkhianat" ucap luna.

Arif menggeleng. "I-ini enggak seperti yang kamu lihat, ini tidak ben---"

"Tidak papa. Lagian kita sudah tidak memiliki hubungan kita sudah putus" potong luna.

Gabriel menghampiri luna menatap mereka bertiga bergantian. "Sayang, astaga! Jangan lari-lari kamu lagi hamil" khawatir gabriel.

"Lun, tolong dengerin---"

"Semua laki-laki sama. Jangan pernah tunjukkan muka kakak lagi, jangan pernah bilang kalau kakak setia dan terimakasih sudah menyadarkan aku" setelah mengatakan itu luna langsung pergi.

Gabriel masih kebingungan, namun langsung tersenyum miring setelah melihat leher arif merah bekas ciuman "Wow. Ternyata kau bisa mendua, terimakasih sudah membuat luna sadar kalau yang paling setia di dunia ini cuma gue. Oh ya satu lagi, jangan pernah tunjukkan muka jelek lo di hadapan luna"

Puk.
Puk.

Gabriel menepuk pundak arif dua kali ia langsung menyusul istrinya yang sudah masuk mobil, walaupun istrinya sedih tapi ia tetap tersenyum. karena, kesedihan luna akan terbalas dengan kebahagiaan mereka berdua.

"SIALAN" marah arif mendorong wanita yang tadi.

***

Luna memeluk gabriel sungguh ia sangat amat sedih, walaupun ia sudah tidak memiliki rasa cinta lagi pada arif tapi tetap saja ia sakit hati karena arif selingkuh darinya.

"Sayang, nanti malam teman-teman aku BBQ di rumah faiz kamu mau ikut tidak?" Tanya gabriel.

Luna mendongak menatap gabriel. "Memangnya boleh?" Tanya luna polos.

Gabriel mengangguk. "Boleh. Asalkan kamu jangan sedih lagi, nanti bayi kita ikut sedih" jawab gabriel menghapus jejak air mata luna.

Luna mengangguk. "Ya. Aku tidak sedih lagi" ucap luna.

Gabriel tersenyum manis. "Mandi terus siap-siap, yang lain sudah pada kumpul" suruh gabriel yang langsung luna angguki dan beranjak dari duduk dan masuk kedalam kamar mandi.

Gabriel tersenyum miring. "Arif-arif. Kau tidak tau kau sedang berhadapan dengan seorang gabriel ettore." Gumam gabriel tersenyum penuh kemenangan.

Selesai mandi luna langsung siap-siap, sedangkan gabriel Sudah siap dengan pakaiannya yang serba hitam. Sungguh tidak ada kehidupan sekali. menurut luna. "Sayang. Memangnya ada acara apa tumben banget ajak aku biasanya enggak diajak?" Tanya luna melirik gabriel yang asyik mengecek ponselnya.

"Tidak ada. Cuma mau BBQ aja udah lama enggak bbq" jawab gabriel.

Luna menghampiri gabriel. "Aku sudah siap, ayok berangkat nanti kemalaman" ajak luna.

Gabriel mengangguk ia langsung menuntun luna keluar rumah. Kandungan luna sudah memasuki tujuh bulan jadi sedikit susah untuk berjalan. "Nanti di sana jangan kecapekan" ucap gabriel mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Luna mengangguk.

Tidak lama mereka sampai di rumah besar dan mewah. Luna lagi-lagi terkagum dengan rumah teman sahabat suaminya. Gabriel turun membukakan pintu untuk luna, menarik pinggang luna posesif. "Jangan lirik-lirik pria lain" bisik gabriel.

Luna hanya mengangguk ia menatap sekeliling yang sangat mewah. Menatap teman-teman suaminya yang sedang mengobrol sambil tertawa terbahak-bahak sampai terdengar keluar.

"Itu tuan dan nyonya Sudah datang" ucap faiz melirik gabriel dan luna.

Gabriel langsung duduk menarik luna lebih dekat. "Sorry telat, tadi macet" ucap gabriel sedikit tidak enak.

Mereka saling berpandangan satu sama lain. "Sejak kapan lo bilang sorry?. Selama gue berteman sama lo gue enggak pernah tuh denger lo minta maaf. Padahal lo sering salah" tanya Bambang heran.

"Sumpah kayanya gabriel Kesambet" imbah agung.

"Wahai setan yang merasuki teman kami, tolong keluar karena kami akan bersenang-senang. Tidak lucu si gabriel pria jahat ini kerasukan" ucap faiz.

"Serem juga." Ucap vino bergidik takut.

"Sayang. Sepertinya kita harus bawa gabriel ke orang pintar aku takut dia benar-benar kerasukan" ucap nia---pacar vino.

"Benar yang dikatakan nia, kita harus segera bertindak" imbah pita---pacat agung.

"Kita batalkan saja bbq nya. Kita ke dukun sekarang sebelum setan itu menguasai tubuh gabriel" kata amel---pacar faiz.

"Sayang seram" ucap amdiah---pacar Bambang.

Gabriel yang mendengar ucapan mereka mendengus kesal. "Gue kaga kerasukan setan!-----"

"Jangan kasar aku enggak suka" potong luna mengeplak paha gabriel.

Gabriel menoleh mengangguk pelan. "Gue kaga kerasukan, enak aja gue kerasukan. Kalian kali yang kerasukan" sewot gabriel tidak terima.

Mereka kembali berpandangan. "Wow. Ternyata gabriel tidak kerasukan. Gue yakin perubahan gabriel ini pasti luna yang ngebuat gabriel berubah menjadi lebih baik. Ah setidaknya gabriel tidak lagi menghabisi orang lain" ucap faiz.

"Berisik. Cepat BBQ nya gue malas lama-lama di rumah jelek, lo" ucap gabriel berjalan menuju taman sambil menarik luna.

Mata faiz membulat sempurna. "heh! Baru aja gue puji lo, eh udah menghina gue aja. Rumah gue tidak kalah bagus saka rumah lo" teriak faiz tidak terima.

Gabriel tidak menyahut ia duduk di kursi taman. "Kalau mereka bilang sesuatu tentang aku, kamu jangan langsung percaya mulut mereka asal bicara tidak ada rem nya" ucap gabriel khawatir teman-temannya mengadu yang tidak-tidak.

Luna mengangguk. "Kamu bantu mereka bakar-bakar biar aku tunggu disini" suruh luna.

Gabriel mengangguk, ia menghampiri teman-teman yang sedang membakar sosis dan daging. "Iz. Minuman untuk istri gue jangan yang ada alkohol nya" bisik gabriel.

Faiz menoleh. "Ya. Udah gue siapin. Tapi lo mimum, kan?" Tanta faiz.

Gabriel menggeleng. "Kaga. Gue kaga minum" jawab gabriel.

"Ck! Cupu banget, biasanya lo nomor satu kalau soal minum gini" ledek vino.

"Istri gue lagi hamil--"

"Istri lo yang hamil, bukan lo njir" potong agung.

"Suami takut istri, hahah" ledek Bambang.

Gabriel menoyor kepala mereka satu persatu. "Katanya suami kalau istrinya lagi hamil enggak boleh minum alkohol. Soalnya kalau gue bercinta sama luna nanti cairan gue kena rahim, terus kena anak gue di dalam perut luna. Secara tidak langsung anak gue mabuk-mabukan di dalam perut istri gue." Ucap gabriel asal-asalan.

"HAHAHAH. TEORI DARI MANA ITU ANIIR" tawa mereka.

"Gue" jawab gabriel malas.

***

Obsession Gabriel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang