26. pulang

731 14 0
                                    

Mereka masuk kedalam rumah yang langsung disambut senang kedua orangtuanya gabriel. Luna langsung duduk di sofa sedangkan gabriel menghampiri kedua orangtuanya sambil menggendong queen yang baru bangun dari tidurnya.

Luna menatap lurus depan ia jadi rindu kedua orangtuanya, berjalan menghampiri gabriel. "Aku mau ketemu ibu dan ayah aku" ucap luna.

Gabriel menoleh. "Biar aku suruh anak buah aku jemput mereka, kamu diem di sini" ucap gabriel.

Luna menggeleng. "Biar aku saja yang kesana" tolak luna.

"Kamu baru pulang dari rumah sakit, pokonya biar aku suruh anak buah aku jemput ibu dan ayah kamu" kekuh gabriel ia langsung menelpon anak buahnya menyuruhnya menjemput mertuanya. "Kamu duduk saja mereka lagi di perjalanan jemput ayah dan ibu kamu" ucap gabriel.

"Gabriel mamah sama papah tidak bisa lama-lama disini, kami harus berangkat keluar negeri kamu tidak papa kan?" Tanya della.

Gabriel mengangguk. "Tidak." Jawab gabriel cuek.

Mereka mengangguk dan langsung pergi dari sana. Tersisa lah mereka bertiga. Gabriel duduk di samping luna sambil mengelus pipi queen. "Sayang. Kamu ada niat buat bikin adik baru buat queen tidak?" Tanya gabriel.

Luna melotot sempurna. "Kau gila! Aku baru saja melahirkan. Dan kau menanyakan hal yang sangat aneh" heran luna.

"Siapa tau kamu mau" ucap gabriel.

"Gila" kesal luna.

Gabriel terkekeh kecil. "Kita istirahat dulu" ajak gabriel yang langsung luna angguki. Mereka masuk kedalam kamar yang sekarang diisi tiga orang.

Luna merebahkan tubuhnya di kasur, gabriel menaruh queen di kasur bayi sampai mereka. Gabriel ikut merebahkan tubuhnya di samping luna memeluk luna yang terus memberontak. "Lepas, apaan sih peluk-peluk' sewot luna.

"Kamu istri aku, jadi sah-sah saja" jawab

"Oek. oek. oek"

Gabriel menoleh kearah kasur bayi. "Astaga! Baru saja papah mesra-mesraan sama mamah kamu" lirih gabriel.

"Queen kamu pintar banget sih, tau aja mamah kamu lagi malas di peluk papah kamu, haha" ucap luna tertawa terbahak-bahak melihat wajah mesem suaminya.

Gabriel mengangkat anaknya yang menangis m menciumnya gemes. "Papah tau kamu nangis karena kamu ingin punya adik, ya, kan sayang?" Tanya gabriel pada anaknya yang menatapnya polos.

"Sembarangan" sewot luna melempar punggung suaminya menggunakan bantal.

Gabriel terkekeh ia mengayun-ayunkan tubuh mungil anaknya yang tidak lama kembali tertidur, menaruhnya di ranjang kecil. Memastikan anaknya nyaman dengan posisi tidurnya. "Sayang, aku sudah lama tidak melihat tubuh kamu, mari kit----"

"Gila! Aku baru saja melahirkan, orang yang baru melahirkan tidak boleh berhubungan suami istri, untuk beberapa bulan kedepan" potong luna sewot.

"Lama amat" cicit gabriel.

"Aku bicara sesuai ucapan dokter, bapak gabriel" ucap luna malas.

"Aku belum jadi bapak-bapak sayang" rengek gabriel.

"Terserah kau" pasrah luna capek.

Gabriel duduk di kasur menarik napas panjang. "Selama kau kabur aku kehilangan arah hidup aku, benar-benar aku hampir gila" ucap gabriel.

Luna menatap sinis gabriel. "Kau yang membuat aku kabur, kau yang membuat aku seperti ini---"

"Aku minta maaf. Waktu itu aku benar-benar khawatir sama kamu dan bayi kita makannya aku seperti itu. Dan aku menyakiti kamu, aku kehilangan kendali aku sudah lama tidak melihat darah aku ben....maksudnya ah sudahlah" ucap gabriel keceplosan.

"Benar-benar piskopat" gumam luna.

Tok.tok.tok.

"Luna, ini ibu sama ayah" ucap kedua orangtuanya luna.

Luna tersenyum lebar ia turun dari kasur membukakan pintu untuk orang tuanya m memeluk mereka erat. "Luna rindu banget sama ibu dan ayah" lirih luna mencium kedua pipi mereka bergantian.

"Kami juga" ucap Mereka.

"Sayang tidur udah malam" ajak gabriel menghampiri mereka.

Luna menoleh. "Ish. Aku mau manja-manja sama kedua orang tua aku dulu" ucap luna.

Gabriel melirik mertuanya. Mereka yang paham mengangguk. "Sayang, kamu istirahat dulu, besok kita kumpul lagian kami berdua menginap ko di sini" ucap ayah.

"Tuh dengerin" ucap gabriel.

Luna mengangguk pasrah ia langsung masuk kedalam di susul gabriel. Menatap luna yang cemberut. "Kenapa sih sayang, hm?" Tanya gabriel lembut.

"Mau tidur" ucap luna merebahkan tubuhnya di kasur menarik selimut Sampai atas dada.

Gabriel ikut merebahkan tubuhnya memeluk luna dari belakang. "Perut kamu sudah rata, beda sama waktu perut kamu besar" ucap gabriel mengelus perut luna.

Luna menahan tangan gabriel yang mulai nakal. "Tidur. Jangan mesum" sinis luna menepis tangan gabriel.

"Mesum sama istri sendiri sah-sah aja" kata gabriel. Sambil membalikkan tubuh luna menghadapnya menatap wajah luna dalam. "Jangan tinggalkan aku lagi" ucap gabriel lirih.

Luna menatap mata teduh gabriel. "Tergantung kamu" sahurnya.

Gabriel mengelus bibir luna. "Dari banyaknya wanita yang berusaha mendekati aku, yang berusaha menggoda aku tapi kenapa hanya kamu yang tidak mau menggoda aku. Maksudnya gini lho, Semua cewek mau jadi pacar dan istri aku bahkan mereka terang-terangan mau jadi selingkuhan aku, cuma aku tolak semua. Karena aku tidak memiliki rasa pada perempuan lain, tapi pas ketemu kamu di waktu itu aku langsung jatuh cinta sejatuh-jatuhnya bahkan aku juga heran sama diri aku sendiri kenapa aku jatuh cinta sama perempuan yang tidak mencintai aku bahkan menolak menikah dengan aku." Ungkap gabriel.

Luna cukup terkejut mendengar ungkapan gabriel. "Sombong banget. Mentang-mentang ganteng" ucap luna mendorong wajah gabriel.

Gabriel tersenyum miring. "Nah gitu dong ngaku kalau aku memang ganteng" ucap gabriel.

Tok.tok.tok.

Gabriel menoleh menatap tajam pintu. "Siapa lagi sih ganggu aja" kesal gabriel beranjak dari kasur berjalan menuju pintu. "Ya. Mau apa lagi?" Tanya gabriel menatap mertuanya.

"Kami tidak bisa menginap, adik luna tiba-tiba sakit" ucap ibu.

Luna langsung menghampiri mereka. "Kenapa. Bu?" Tanya luna.

"Kami tidak bisa menginap adik kamu sakit" jawab ayah.

"Lho, yasudah nanti ibu sering-sering datang kesini, nanti luna ke sana" ucap luna khawatir dengan adiknya.

Mereka mengangguk.

"Minta antar sama penjaga rumah. Dan ini buat ke rumah sakit kalau masih kurang telpon saya" ucap gabriel mengambil uangnya di dompet menyerahnya ke ibu mertuanya.

"Astaga! Ini terlalu banyak" ucap ibu.

Gabriel menggeleng. "Tidak sebanding dengan kau melahirkan luna. Sekarang kau boleh pergi" ucap gabriel.

Mereka mengangguk. Sebelum pergi mereka memeluk luna. "Jaga diri baik-baik, sehat-sehat" ucap Mereka langsung keluar rumah.

Luna masuk kedalam kamar dengan wajah cemberut. "Padahal mereka baru sampai" cicit luna sedih.

Gabriel tersenyum tipis. "Jangan sedih dong, nanti aku ikut sedih" ucap gabriel memeluk luna dari belakang. "Nanti kita ke sana" bisik gabriel lembut.

Luan mengangguk.

***

Obsession Gabriel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang