10. milikku

1.3K 22 0
                                    

Haiiiiiiiiiiiiii

Gabriel memeluk istrinya yang sedang menjemur pakaian, sebenarnya gabriel tidak mengizinkan istrinya repot-repot mengerjakan kegiatan seperti ini. Tapi luna kekeuh. Alhasil gabriel menyerah ia tidak mau bertengkar di pagi yang cerah ini.

Setelah menginap satu minggu di rumah kedua orangtuanya, mereka langsung pulang. Gabriel tidak mau berlama-lama di rumah kedua orangtuanya. "Jorok banget belum mandi" ledek gabriel.

Luna tidak menjawab ia terus menjemur pakaian. Hampir semua baju gabriel berwarna hitam, membuat luna takut. "Tidak ada kehidupan sama sekali, nih baju" kata luna.

Gabriel melepaskan pelukannya menatap luna. "Dari pada kamu, baju warna-warni seperti pelangi" ledek balik gabriel.

Luna berjalan masuk kedalam. "Tandanya indah." Kata luna. Tidak mau kalah.

Gabriel menarik luna sampai terbentur dada bidang tegasnya. "Yang indah itu berdua denganmu, sayang" bisik gabriel mencium luna.

Luna tersenyum miring. "Benar yang dikatakan kakak. Tapi, bagi aku berdua dengan kakak itu musibah yang paling besar" bisik luna.

Tatapan gabriel berubah datar. "Bernai kamu bicara seperti itu, kamu mau say---"

Luna mengalungkan tangannya dileher gabriel. "Jangan marah-marah, nanti cepat tua. Haha" kekeh luna.

Gabriel yang mendapat serangan mendadak dari istrinya ia langsung diam. Mematung menatap luna yang tersenyum jahil menatapnya, menggeleng pelan. "Berani sekali kau cium saya, kau mau saya hukum. Hm?" Tanya Gabriel. Tidak lupa senyum miringnya.

Luna mendorong pelan wajah Gabriel. "Diam. Aku mau beres-beres, kakak mending nonton film, atau main sama teman-teman kakak" kata luna.

Gabriel menggeleng. "Tidak mau. Saya mau berduaan sama kamu aja" tolak gabriel. Tidak lupa tangannya yang mulai meraba-raba kemana-mana.

Luna duduk di sofa menyalakan televisi. "Kalau gitu jangan mesum. Aku lagi enggak mood" kata luna.

Gabriel mencengkeram pergelangan tangan luna, membuat sang empu kaget, sekaligus takut. "Kau tidak boleh menolak, karena lo istri gue" marah gabriel. Ia merasa tersinggung dengan ucapan istrinya.

Luna meringis pelan. "I-iya. T-tapi---"

Gabriel mendorong luna sampai jatuh ke sofa. Menindih tubuh luna. "aku mau kamu----"

Tok...tok..tok...

Luna dan gabriel mengalihkan pandangannya ke pintu yang diketuk dari luar. "Siapa sih, pagi-pagi gini nenamu ganggu" kesal gabriel.

Luna bernafas lega setidaknya gabriel menunda aksi bruntalnya. "Aku buka pintu dulu" luna mendorong tubuh gabriel. Membuat sang empu kesal.

Cklek...

Tubuh luna mematung menatap pria tinggi tepat dihadapannya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, tatapan yang bisa luna lihat. Tatapan kecewa dan terkejut. "A-arif" cicit luna.

Arif mengangguk pelan. "Ya. Ini gue arif" ucap arif tersenyum hambar.

Luna meraih tangan arif yang langsung Arif tepis pelan. "Arif. Kamu ngapain kes----"

"Pergoki kamu selingkuh" potong Arif.

Deg.

Luna menggeleng pelan. "Kamu bicara apa sih, sayang. Aku enggak sel---"

"Sayang, siapa yang datang?" Tanya gabriel menghampiri mereka. Lebih tepatnya menghampiri luna yang terkejut.

Luna dan arif menoleh menatap gabriel. "Kak. Ngapain kesini. Masuk" suruh luna mendorong tubuh gabriel yang menatap arif dengan tatapan dingin.

"Siapa dia?, Teman cowok kamu? Berani sekali kamu berteman dengan pria, tanpa sepengetahuan saya" marah gabriel menatap tajam luna dan arif yang sama-sama diam.

Luna maju ia berdiri tepat di samping arif, menggenggam tangan arif erat. "Dia bukan teman aku, kak. Tapi dia pacar aku, pria yang sangat aku cintai" jelas luna.

Deg.

Gabriel langsung menatap tajam arif yang hanya menampilkan wajah biasa saja. "Kau---"

"Ya. Aku pacarnya luna. Dan kau merebut milikku" potong arif.

Rahang gabriel mengeras otot-otot ditangannya menonjol melihat luna bersentuhan dengan pria lain. Menarik luna kasar. "JANGAN BERSENTUHAN DENGAN PRIA LAIN LUNA. KAU ISTRIKU" marah gabriel.

"AKU MEMANG ISTRI KAMU. TAPI AKU TIDAK CINTA DENGAN KAMU. KAK. AKU CUMA CINTA SAMA KAK ARIF" bentak luna berusaha menepis tangan gabriel yang semakin kuat mencengkram.

Arif menatap tangan luna yang sedikit merah. "Jangan sakiti dia. Kau tidak berhak atas luna, mending kau kembalikan luna pada saya" kata arif tega.

Mendengar ucapan arif Gabriel langsung menatap tajam arif, mendorong luna masuk kedalam. Menghalangi pintu. Menatap tajam arif. "ITU HANYA MIMPI. KAU TIDAK BISA MENGAMBIL LUNA DARI SAYA. KARENA LUNA MILIK SAYA. SELAMANYA" marah gabriel.

Bugh
Bugh
Bugh
Bugh

Gabriel langsung memukul wajah arif sampai babak-belur. "JANGAN PERNAH TUNJUKKAN WAJAH KAU LAGI DIHADAPAN GUE ATAUPUN LUNA. KALAU KAU TIDAK MAU MATI SEKARANG" bentak gabriel terus memukul wajah arif tanpa ampun.

Luna yang melihat arif babak-belur dan mendengar ancaman suaminya ia langsung menarik gabriel dari atas tubuh arif. "JANGAN PUKUL DIA KAK. AKU TIDAK MAU DIA KENAPA-KENAPA! STOP" teriak luna.

Gabriel mendorong luna sampai terbentur ujung meja, dan mengeluarkan darah segar tepat di dahinya. "KAU JANGAN BELA DIA. ATAU KAU MAU PRIA INI MATI DIHADAPAN KAMU" marah gabriel.

Luna menggeleng cepat, air matanya mengalir deras melihat arif yang sudah tidak sadarkan diri. "AKU MOHON JANGAN PUKUL DIA. KAK. DIA BISA MATI" teriak luna ia bersujud di kaki gabriel memegang kaki gabriel.

Gabriel merogoh saku celananya mengelus pisau kecil. Mengarahkan ke dada arif, sontak luna melotot sempurna melihat suaminya yang akan menghabisi arif. "Dia harus mati" gumam gabriel.

"K-kak. Jangan" luna menahan tangan gabriel. "Jangan lakukan itu, aku mohon. Jangan bunuh arif" tanpa sadar luna menganggam pisau itu sampai tangannya mengeluarkan darah segar. "Aku akan menuruti kemauan kakak. Asalkan kakak jangan bunuh dan sentuh arif. Dia pria baik dia pria yang sangat aku cintai" lirih luna menatap arif yang pingsan.

Gabriel tersenyum miring. "Tidak mudah. Gue tetap bunuh dia apapun itu. Gue bakal lakukan apapun demi lo tetap sama gue" kata gabriel.

Luna menggeleng cepat. "Kalau kakak mau bunuh arif. Kakak bunuh aku lebih dulu, supaya aku tidak merasakan dunia aku hancur selamanya" lirih luna.

Deg

Gabriel mengangguk kecil. Ia melepaskan pisau itu. Merogoh saku celananya. "Gue lepasin dia, asalkan lo harus nurutin kemauan gue. Lo harus jadi milik gue" kata gabriel sambil mengotak-atik ponselnya menghubungi seseorang.

Luna menggeleng cepat. "Aku----"

"Atau dia mati?" Potong gabriel menatap arif.

Luna menggeleng cepat. "J-jangan---"

Gabriel langsung membopong tubuh luna masuk kedalam. Meninggalkan arif yang masih pingsan, ia langsung melakukan sesuatu yang selama ini ia tunggu-tunggu. Jeritan luna membuat seisi ruangan terasa berpenghuni.

Ya.  Gabriel melakukannya. Sekarang luna miliknya, seutuhnya, tidak ada orang yang bisa mengambil luna darinya. "Terimakasih" bisik Gabriel setelah menyelesaikan kegiatannya.

Luna sudah tidak lebih dulu, tubuhnya terasa lemas. Gabriel melakukannya sampai jam 04.12 wib.

***

Obsession Gabriel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang