Luna duduk di taman belakang rumah, selagi queen di asuh mbok amel ia harus memikirkan bagaimana caranya ia bisa mendapatkan uang tapa harus minta dari suaminya.
Luna memegang perutnya yang terasa nyeri. Ia tahu penyebab ia merasakan sakit seperti ini, luna berjalan pelan masuk kedalam kamar ia membuka tumpukan baju mengambil obat yang ia sembunyikan di sana, tanpa sepengetahuan suaminya. Meminumnya cepat.
Luna masuk kedalam kamar mandi menyalakan shower, supaya gabriel tidak mendengar ia menangis kesakitan. "Ya tuhan, s-sakit" cicit luna.
Setengah jam lamanya ia kamar mandi, setelah dirasa lebih baik ia keluar kamar mandi dengan sedikit ringisan. "Apa aku ke rumah sakit saja" gumamnya.
Cklek..
Luna menoleh mendapati suaminya yang baru pulang kerja di pagi hari. Menetralkan raut wajahnya yang terlihat menahan sakit. "Kenapa kembali sakit lagi, padahal Sudah minum obat" batin luna. "Ahk.." ringis luna memegang perutnya.
"Kenapa?" Tanya gabriel dengan suara khawatirnya.
Luna menggeleng cepat. "A-aku izin keluar sebentar, queen l-lagi bersama mbok a-amel" izin luna menahan sakit.
"Mau kemana?, Kau mau kabur lagi?" Tanya gabriel curiga.
Luna menggeleng cepat, bibirnya sudah terlihat pucat. "A-aku tidak akan kabur walaupun kita lagi bertengkar karena aku memiliki queen" jawab luna.
"Lalu kau mau kemana?". Tanya gabriel masih penasaran, mencengkeram pergelangan tangan luna. "Jangan seperti anak kecil, kau boleh marah sama saya tapi kau tidak boleh lepas tanggung jawab sebagai istri" lanjutnya dingin.
Luna memegang tembok kamar. Memejamkan matanya. "A-aku mohon jangan bahas ini sekarang, aku lagi butuh sesuatu" lirih luna.
"Kat----"
Luna mendorong gabriel ia berlari turun dari tangga dengan tubuh yang bergetar. Ia langsung masuk kedalam taksi memegang perutnya yang semakin sakit. "Rumah sakit xxxz" ucal luna pada sang supir yang mengangguk.
Luna turun dari taksi berjalan pelan masuk kedalam rumah sakit. Kebetulan ia tahu dokter yang sering menanganinya. "D-dokter t-tolong aku" lirih luna masuk keruangan.
Dokter yang bernama arya menatap luna kaget. "L-luna, astaga kamu kenapa?" Tanya pria itu khawatir.
"P-perut saya s-sakit" jawab luna.
BRUK.
Luna jatuh pingsan yang langsung arya tahan dan ia bawa ke ruangan khusus. Memeriksanya dengan telaten. "Astaga! Semakin parah saja" gumam arya khawatir dengan kondisi pasiennya.
Tidak lama luna terbangun dari pingsannya menatap dokter yang menatapnya khawatir. "Dokter, saya tidak kenapa-kenapa, kan?" Tanya luna lirih.
"Kenapa kamu tidak menuruti saya?. Sudah saya katakan sama kamu kalau kamu harus rutin ke sini, kamu harus di periksa. Dan lihat sekarang kondisi kamu semakin memburuk. Ginjal kamu melemah" ucap dokter.
Deg
Luna tersenyum tipis, senyum yang membuat dokter arya heran. Luna menatap lurus. "Dokter tenang saja. Saya sudah memiliki alasan untuk hidup lebih lama lagi, saya mau memilih anak saya tumbuh besar setidaknya sampai dia usia 1 SD supaya saya bisa merasakan menyiapkan keperluan dia sekolah" sahurnya lirih.
"Apakah suami kamu tau masalah ini?" Tanya dokter arya hati-hati.
Luna menggeleng. "Tidak....tidak ada yang tau selain dokter dan mantan pacar saya, arif. Lalu apa yang saya harus lakukan supaya saya bisa lama bertahan hidup?" Tanya luna.
"Hanya Tuhan yang tau kapan kamu tiada. Saya saran kan kamu harus cuci darah minimal 2 minggu 1 kali" ucap dokter.
Luna menggeleng. "Saya tidak memiliki banyak uang untuk cuci darah, apakah ada cara lain?" Tanya luna.
"Kau memiliki suami yang sangat kaya raya, kenapa kau tidak minta saja?" Tanya dokter heran.
Kuna memejamkan matanya. "Saya tidak mau merepotkan mereka. Katakan apa yang harus saya lakukan selain itu?" Tanya luna lagi.
"Hanya itu, kalau kamu masih ingin hidup lebih lama" jawab dokter.
**
Luna mengelus pipi queen lembut. "Queen anak mamah yang paling cantik, kalau umur mamah tidak panjang mamah pesan sama kamu, ya, sayang. Kamu harus jadi anak baik, jadi anak yang pintar, dan jangan pernah jahat sama orang lain, jangan turuti printah papah kamu yang tidak baik---"
"Maksud kamu apa?, Kenapa kamu mengajak bicara anak saya seperti itu? Saya ayahnya mana mungkin saya mengajari anak saya seperti itu" marah gabriel tidak terima.
Luna menatap gabriel dengan tatapan pasrah, ia tidak akan melawan gabriel jika suaminya ini menghabisinya. "Aku berkata jujur---"
Gabriel menarik luna ke tembok membenturkan kepala luna ke tembok. "SEMAKIN HARI KAU SEMAKIN MELAWAN, SAYA TIDAK SUKA PEREMPUAN PEMBANTAH SEPERTI KAMU SIALAN!" marah gabriel terus membenturkan kepala luna ke tembok.
Luna hanya diam tidak melawan sama sekali, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya kecuali air matanya yang mengalir. "Tuhan tolong aku" batin luna.
Luna terduduk lemas di lantai berbarengan dengan bercak darah di tembok. Luna memeluk kedua lututnya menyembunyikan wajahnya di lipatan lutut. "Kenapa kamu begitu jahat sama aku?" Tanya luna lirih. "Kau memaksaku menikah, kau menghamilku, kau memisahkan aku dengan kekasihmu, kau membuatku jatuh cinta, lalu kau menyiksaku seperti ini. Apakah ini sudah kamu rencanakan?" Tanya luna lirih.
Gabriel diam ia menatap tangannya yang ada darah luna. "L-luna. A-aku t-tidak bermaksud menyakitimu aku----"
"Tidak papa. Ini cuma luka kecil, aku masih bisa bertahan. Luka besar saja aku masih bisa bertahan sampai sekarang ini" potong luna tersenyum tipis.
***
Luna mengendong queen menatap queen yang tersenyum manis menatapnya sambil menarik-narik bajunya. Tanpa terasa air matanya menetes. "Queen ettore. Perempuan yang sangat mamah sayangi, sumber bertahannya mamah, sumber kebahagiaan mamah. Kamu tau tidak kalau mamah sangat tersiksa di sini. Rasanya mamah ingin pergi dari sini tapi mamah tidak bisa karena ada kamu di hidup mamah. Dan mamah juga tidak bisa membawa kamu, karena....hiks. kalau mamah tidak bisa bertahan hidup kamu tidak ada yang mengurus kamu, lagian papah kamu sangat mencintaimu, kehadiranmu membuat papah kamu senang. Hiks. Kalau mamah meninggal mamah mohon kamu jangan sedih, kata orang walaupun anak masih bayi tapi dia bisa merasakan kesedihan jika ditinggal orang tuanya" ucap luna.
Gabriel yang memang lewat menoleh melotot sempurna mendengar ucapan luna. "Kau bicara seakan kau akan meninggal akhir-akhir ini saja" ucap gabriel.
Luna menoleh kaget. "Astaga! Kau muncul tiba-tiba" ucap luna.
"Kenapa bicara seperti itu?" Tanya gabriel mengambil alih queen.
"Karena aku benar-benar akan meninggal akhir-akhir ini" jawab luna seadanya.
"Hahah. Kau bicara seakan kau tuhan" ucap gabriel tertawa.
Luna Tersenyum tipis. "Kalau aku meninggal apakah kau akan sedih?" Tanya luna menatap gabriel.
"Tidak" jawab gabriel cepat.
Deg.
"Kalau begitu aku pergi dengan tenang" ucap luna. Kecewa dengan ekspetasi nya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Gabriel [TAMAT]
Teen FictionGabriel Ettore pria yang tampan dan kejam, siapa sih yang tidak kenal gabriel pria yang tidak tersentuh dengan perempuan lain kecuali, Luna, wanita yang sangat cantik dimatanya. ia memiliki sisi gelap yang membuat siapapun bergidik ngeri Langsung ba...