18. pindah rumah & drama ulang tahun tahun

756 18 0
                                    

Gabriel dan luna masuk kedalam rumah yang sangat mewah berlantai dua. Sungguh luna tidak menyangka kalau suaminya ini sangat kaya raya.
gabriel menatap luna yang masih kaget menatap rumah mereka.

Memeluk luna dari belakang, sungguh ia ingin bermanja-manja dengan luna. Akhir-akhir ini ia sangat tergantung dengan luna. "Suka?" Tanya gabriel.

Luna mengangguk pelan. "Rumah sebesar ini cuma kita berdua yang nempatin?" Tanya luna.

Gabriel mengangguk ia menarik luna duduk di sofa. "Ya. Ada pelayan juga yang akan beres-beres rumah ini. Dan kamu jangan pernah menyentuh alat bersih-bersih rumah, aku tidak mau kamu kecapekan" ucap gabriel.

"Lebay, kandungan aku masih kecil---"

"Bibi, sini" panggil gabriel menatap wanita paruh baya.

Yang dipanggil mengangguk. "Ya den. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya bibi.

Gabriel menggeleng. "Aku mau kenalin mbok sama istri aku. Ini namanya luna. Dia lagi mengandung anak gabriel mbok kalau lihat luna bersih-bersih rumah jangan dibolehin" ucap gabriel.

"Kenalkan nama mbok amel, non bisa panggil bibi" ucap mbok.

Luna tersenyum tipis. "Jangan panggil aku non, panggil aja luna" ucap luna tidak enak.

Mbok menggeleng. "Tidak bisa. Ini sudah menjadi kebiasaan bibi memanggil majikan dengan sebutan non dan den" ucap mbok.

"Aish. Yaudah deh" pasrah luna.

Gabriel menatap mbok amel. "Karena mbok yang menjaga gabriel dari bayi, jadi mbok orang kepercayaan gabriel untuk menjaga luna saat gabriel kerja" ucap gabriel.

Luna menoleh menatap suaminya. "Aku bukan bayi yang harus di jaga, aku udah dewasa bahkan aku hamil anak kamu. Aku em---"

"Diam!. Sebelum makanan dimakan luna bibi harus pastikan makanan itu sehat an bergizi, dan pastikan seluruh rumah selalu bersih, Terutama kamar mandi." Ucap gabriel.

"baik den" ucap mbok patuh.

"Semuanya kumpul" teriak gabriel memanggil semua orang yang berkerja di rumahnya.

Semua pelayan dan satpam langsung datang menghampiri gabriel. "Ya, tuan" ucap mereka.

Gabriel menatap satu persatu mereka. "Saya mau kalian kerja yang benar, saya tidak ingin ada orang lain datang ke rumah saya, termasuk mamah dan papah saya kecuali saya izinkan" ucap gabriel tegas.

"Baik tuan" ucap mereka serampak.

"Silahkan kembali kerja" suruh gabriel. Mereka mengangguk dan langsung pergi dari hadapan gabriel.

Luna menatap suaminya. "Aku bisa jaga diri aku sendiri, jangan kaya gini. Astaga!" frustasi luna.

"Ayok kita lihat kamar kita" ajak gabriel mengabaikan ucapan istrinya, menarik pelan luna. Mereka masuk kedalam kamar yang sangat luas dan mewah. Lagi dan lagi luna terkagum-kagum dengan kamarnya.

"Besar banget" cicit luna.

"Suka?" Tanya gabriel.

Luna mengangguk. "Suka, tapi----"

"Tapi apa?" Tanya gabriel cepat.

Luna menggeleng. "Terlalu besar untuk kita berdua" ucap luna.

Gabriel tersenyum tipis, mengelus perut luna yang buncit. "Nanti kita bertiga" ucap gabriel.

Luna berjalan menatap lemari kamarnya yang sangat besar dan mewah. Membuka Semua lemari yang ada di sana. Matanya membulat sempurna melihat pakaiannya berubah. "Ko ini seksi banget?" Tanya luna melihat baju yang ia pegang.

Gabriel tersenyum miring. "Itu baju untuk tidur berdua sama aku, baju biasa disini" gabriel menunjuk lemari Disampingnya.

Luna menggeleng cepat. "Enggak. Enak aja aku disuruh pakai baju beginian." Tolak luna kembali memasukkan baju yang ia pegang ke lemari.

Gabriel menarik luna ke pojok lemari. Mengelus pipi luna. "Mau tidak mau, kamu harus mau. Aku tidak suka penolakan kalau kamu lupa" bisik gabriel.

Luna mendengus kesal. "Kenapa kau mesum sekali, atau jangan-jangan sebelum menikah kamu suka tidur berdua sama wanita lain?" Tanya luna curiga.

Gabriel langsung menatap datar luna. "Jaga ucapan kamu, saya belum pernah menyentuh wanita lain. Kecuali kamu, bahkan saya belum pernah merasakan cinta kecuali sama kamu" bentak gabriel marah.

Luna yang dibentak ia langsung memejamkan matanya takut. "M-maaf" cicit luna takut. Tubuhnya bergetar ketakutan.

Menyadari istrinya ketakutan gabriel langsung memeluk luna. "Jangan bicara seperti itu tanpa bukti. Aku tidak suka di fitnah" bisik gabriel.

Luna mengangguk pelan.

***

Makan malam dengan hening luna asyik dengan makannya, sedangkan gabriel asyik menatap luna. "Pelan-pelan enggak ada yang minta" ucap gabriel.

"Enak banget, aku jadi pengen nambah terus tapi aku takut gendut" ucap luna.

Gabriel mengendorkan nasi ke piring luna. "Makan lagi, mau kamu gendut atau kurus kamu tetap cantik. Kamu harus makan banyak supaya anak aku yang kamu kandung sehat" ucap gabriel.

Luna menatap nasi di piringnya ia jadi kenyang melihat nasi yang suaminya sendokan begitu banyak. "Jadi kenyang, kamu aja deh yang makan" ucap luna.

Gabriel menggeleng. "Aku mau ke acara ulang tahun teman aku, di sana pasti aku di suruh makan min....ngobrol" ucap gabriel. Hampir saja keceplosan.

"Dimana?" Tanya luna.

"Klub. Aku siap-siap dulu" ucap gabriel beranjak dari duduknya masuk kedalam kamarnya.

Luna mengikuti suaminya ia langsung masuk kamar menatap gabriel yang sedang ganti baju. "Kak aku ikut, aku enggak mau sendirian di rumah baru ini" pinta luna.

Gabriel menggeleng. "Enggak boleh. Tempatnya enggak baik buat kamu" tolak gabriel sambil menyisir rambutnya. "Aku pergi dulu, acaranya pasti sudah dimulai" ucap gabriel mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur, berjalan melewati luna yang terus menatapnya.

"Kak aku mau ikut" pinta luna mengikuti gabriel dari belakang.

"Enggak boleh. Tempatnya enggak cocok buat kamu" tolak gabriel.

Luna berlari ia berdiri di depan pintu utama, menghalangi gabriel keluar. "Kalau aku tidak boleh ikut, berarti kamu juga tidak boleh pergi" ucap luna.

Gabriel mendengus. "Sayang, tempatnya enggak baik buat kamu. Apalagi kamu lagi hamil" ucap gabriel selembut mungkin.

Luna menggeleng. "Pokonya aku mau ikut" kekuh luna.

Gabriel menatap luna tajam. "Nurut apa kata suami, saya tidak mau kamu kenapa-kenapa disana" marah gabriel.

Mata luna berkaca-kaca menatap gabriel. Ia menggeser tubuhnya menjauh dari pintu, mempersilahkan gabriel pergi. "M-maaf" cicit luna ia langsung lari masuk kamar meninggalkan gabriel.

Gabriel meraup wajahnya kasar. "Sial!" Umpat gabriel. Berlari menghampiri luna. Menatap luna yang menangis terisak. "Sayang, maaf---"

"Sana pergi. Aku tidak kenapa-kenapa di sini sendiri biarin aja aku di goda setan, sekalian aku selingkuh sama setan yang ada di rumah ini" teriak luna kesal sambil menangis.

Bukannya marah gabriel malah terkekeh geli. "Mana ada setan di sini. Oke aku enggak jadi datang, aku di sini nemenin kamu" putus gabriel. Daripada ia harus mengajak istrinya ke tempat yang tidak bagus untuk istrinya yang sedang hamil muda seperti ini.

***

Obsession Gabriel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang