9. di restui?

1.1K 23 0
                                    

Gabriel menatap istrinya yang masih pulas tidur diperlukannya, semalam mereka berdua menonton drama Korea, lebih tepatnya hanya luna yang menonton sedangkan gabriel enggan.

Gabriel iseng mencubit pipi luna gemes membuat sang empu tidurnya terganggu. gabriel terus melakukanya sampai luna membuat matanya menatap gabriel kesal. tidak lama kembali menutup matanya sambil menahan tangan gabriel supaya tidak mengganggunya.

"Bangun udah pagi" bisik gabriel.

Luna menggeleng mengeratkan pelukannya. "Aku mengantuk, jangan ganggu aku" cicit luna mengantuk berat.

Gabriel melepaskan pelukannya membiarkan luna tidur kembali, berjalan ke dapur apartemennya membuatkan sarapan untuk sang istri. Sayangnya bahan makanan sudah habis. "Ngapain repot-repot bikin, beli aja" cicitnya. Kembali masuk kamar duduk di sofa menatap luna tidur telentang.

Gabriel duduk di pojok kasur menatap luna lekat, menarik luna ke dekapannya. mencium bibir luna brutal membuat sang empu membuka matanya sempurna. "Morning kiss sayang" bisik gabriel.

"K-kak, apaan sih pagi-pagi mesum" gugup luna.

Gabriel semakin menjadi-jadi mencium luna membuat luna terkekeh geli. "Bau asem" ledek gabriel menutup hidungnya berpura-pura bau.

Luna mendorong gabriel menatap gabriel kesal sekaligus malu. "Sembarangan, aku enggak bau, ya" sewot luna.

Gabriel tersenyum manis senyuman yang pertama kali ia lihat kan pada luna, hanya pada luna. membuat luna terhipnotis sekaligus kagum. "Ya, deh, harum." Pasrah gabriel takut istrinya marah dan mengamuk.

Luna menatap gabriel. "Kenapa kakak jadi dosen di kampus aku?" Tanya luna penasaran.

Gabriel mendudukkan luna di pangkuannya. "Emang dari dulu aku dosen, walaupun hanya satu bulan dan enggak betah. Eh sekarang aku jadi dosen lagi karena di kampus ada istri aku, sekalian awasi kamu biar enggak dekat-dekat pria lain" jelas gabriel.

Entah keberanian dari mana luna menyentil kening gabriel, membuat sang empu sedikit kesal. "Dasar psikopat jahat, cemburuan, nyebelin" sinis luna.

Gabriel menatap datar istrinya. "Dasar istri tidak tau diri" sinis gabriel.

Luna menatap lekat wajah gabriel membuat sang empu salah tingkah. "Kalau aku minta sesuatu sama kakak apa kakak bakal wujudkan?" Tanya luna serius.

"Apa? asalkan jangan macam-macam" kata gabriel penasaran.

Luna mengalungkan tangannya dileher gabriel. "Aku mau kakak jadi manusia normal, manusia yang tidak membunuh manusia. Paham?"

Gabriel melepaskan tangan luna dari lehernya menatap luna lekat. "kamu kira saya bunuh orang tanpa sebab  gitu?. saya bunuh orang juga ada sebabnya" kesal gabriel.

Luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "contoh sebab yang buat kakak bunuh orang apa?" Tanya luna penasaran.

Gabriel tersenyum miring. "Orang yang berani kabur dari saya, orang yang mengusik ketenangan saya dan orang yang saya cinta, orang yang bermain merebut hak saya" jawab gabriel serius.

Deg

Luna turun dari pangkuan gabriel. "A-aku mau m-mandi dulu" pamit luna takut.

"Kau kenapa terlihat takut, kau ada niatan buat kabur?" Tanya gabriel berpura-pura polos.

"Tidak!" Jawab luna cepat dan sedikit berteriak.

***

Mereka saat ini ada dir rumah mamah dan papahnya gabriel, sebenarnya gabriel tidak ingin menginjakkan kakinya ke dalam rumah milik kedua orangtuanya tapi paksaan dari papah dan istrinya ia jadi luluh.

"Ngapain suruh gabriel ke sini? Mau hina istri gabriel lagi?" Tanya gabriel sinis menatap kedua orangtuanya.

"Papah sama mamah sudah menyetujui pernikahan kalian berdua, dengan syarat kalian harus tinggal di sini" kata della.

Gabriel menggeleng cepat. "Enggak! Kami berdua tidak ingin tinggal disini" tolak gabriel mentah-mentah.

"Kamu harus nurut kalau kamu enggak mau istri kamu celaka" ancam rozak melirik luna.

Gabriel yang mendengar ancaman papahnya, langsung menyodorkan pistol kehadapan rozak membuat semua orang melotot sempurna. termasuk luna. "Kau berani menyentuh istriku, maka kau akan mati ditangan anakmu sendiri" bentak gabriel.

"Silahkan" kata rozak tidak ada takut-takut nya.

Luna menepis tangan gabriel sampai pistol ditangan gabriel terlempar jauh. "Kau gila! Dia papah kamu" teriak luna menatap tajam gabriel.

Gabriel menatap tajam istrinya. "Jangan bela dia saya tidak suka" marah gabriel. Mengambil kembali pistol yang terlempar jauh.

Luna memeluk gabriel dari belakang. "Kita selesaikan dengan cara baik-baik jangan seperti ini, aku enggak suka, kak" lirih luna.

Gabriel menghela napas kasar. "Saya tidak suka kau di ancam" lirih gabriel duduk di sofa.

"Kau tidak suka ada orang yang mengancam aku, tapi kamu suka mengancam aku" sahutnya.

"Beda" sinis gabriel.

"Gimana? Kalian setuju?" Tanya della pemasaran.

"En---"

"Ya. Kami setuju" potong luna.

Gabriel menatap tajam luna. "Kau apa-apaan sih, saya tidak mau" kesal gabriel.

"Satu Minggu disini, satu Minggu di apartemen. Aku tidak mau kamu sama kedua orang tua kamu pisah dan bertengkar gara-gara aku" ucap luna lembut.

"Tap---"

"Om rozak tidak akan menyakiti aku, kak, kalaupun aku disakiti ada kamu yang bela dan jagain aku" potong luna.

Hati della dak rozak tersentuh mendengar ucapan menantunya. "Kau tidak usah panggil saya om, panggil saya papah, dan mamah' kata rozak menatap luna.

Luna menoleh mengangguk kecil. "Ya. P-papah, m-mamah" gugup luna.

Gabriel tersenyum tipis. "Baiklah. Jika istri gabriel kenapa-kenapa gabriel tidak akan memaafkan kalian berdua" tegas gabriel.

"Asal kamu tau, luna sembuh gara-gara kami, walaupun semua kehendak tuhan" sinis rozak.

***

Luna menatap seisi kamar suaminya yang serba warna hitam dan putih. "Enggak ada kehidupan sama sekali" cicit luna.

Tiba-tiba sebuah tangan kokoh melingkar sempurna di pinggang luna membuat sang empu kaget. "Kalau kamu tidak nyaman kita pulang ke---"

"Aku nyaman ko, lebih baik kita tidur" ajak luna mengalihkan pembicaraan.

Gabriel mengangguk langsung merebahkan tubuhnya di kasur. memeluk luna erat. "Kapan kamu bisa terima saya sebagai suami kamu?" Tanya gabriel.

Luna mendorong wajah gabriel menjauh dari wajahnya. "Sampai aku benar-benar mencintaimu" jawab luna.

"Kalau gitu kamu harus cinta sama saya, sekarang juga"

Luna memutar bola matanya malas. "Mana ada gitu. Pemaksaan namanya" sinis luna.

Gabriel mengelus pipi luna lembut. "Bisa tidak kamu setiap hari enggak bikin syaa kesal, contohnya seperti ini kamu lemah, lembut, nurut" kata gabriel.

"Tergantung kakak, kalau nyebelin, ya, aku marah" sewot luna.

Gabriel menatap tajam luna, baru saja dipuji baik, malah berubah menyebalkan lagi. "Kenapa kau sewot seperti tadi, kamu mau saya marah, hah?" Marah gabriel.

Luna yang melihat tatapan tajam suaminya ia langsung memeluk gabriel, menyembunyikan wajahnya di leher gabriel. "M-maaf. Jangan marah dong, aku takut" cicit luna.

Gabriel tersenyum miring. "Beri aku satu tanda" pinta gabriel mengelus punggung luna.

"Enggak" tolak luna.

***

Obsession Gabriel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang