25. kabar buruk

691 12 0
                                    

Dua hari tanpa luna sudah berhasil membuat gabriel hancur, ia duduk di sofa rumah kedua orangtuanya. Kenapa ia datang ke rumah kedua orangtuanya?. Karena anak buah papahnya lebih banyak darinya dan tentunya memiliki kemampuan melacak keberadaan luna.

Sudah dua hari ia tidak makan dan tidur, rasanya hampa tanpa luna di sisinya m air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Kedua kalinya ia kehilangan luna seperti ini. "Bodoh, harusnya gue enggak kasar gitu. Harusnya gue enggak jahat seperti itu" teriak Gabriel menyalahkan dirinya sendiri.

Della memeluk gabriel. "Jangan sedih. Anak buah papah kamu lagi lacak keberadaan luna, dia pasti ketemu" ucap della menengkan anaknya.

"Bagaimana kalau luna kenapa-kenapa, dia lagi hamil besar. Mah" lirih gabriel.

"Dikabarkan ada seorang perempuan hamil yang terjatuh di sungai yang kedalamannya sangat tinggi. Sekitar pukul 03.00 dini hari"

Deg.

Jantung gabriel berdegup kencang. "L-luna" gumam gabriel menatap televisi yang sedang menyiarkan langsung. "M-mah. L-luna" ucao Gabriel lemas.

Sama halnya dengan della ia syok. "Sayang itu pasti bukan luna....gabriel mau kemana kamu?" Teriak della menatap anaknya yang berlari keluar rumah. Della langsung menelpon suaminya. Selesai menelpon ia langsung menyusul gabriel.

Gabriel mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Air matanya terus mengalir. "Luna, sayang kamu janji tidak akan meninggalkan aku, kamu janji akan terus sama aku. Sama anak kita juga" ucap gabriel.

Memarkirkan mobilnya asal ia menerobos masuk kedalam kerumunan. Menatap Polisi yang sedang memegang sebuah kain. Sepertinya sobekan dres. Merebut paksa kain itu. Gabriel memejamkan matanya mengingat tadi malam luna menggunakan dres. "L-luna" gumam gabriel terduduk lemas sambil memeluk kain itu. "LUNA" teriak gabriel histeris.

"Gabriel" Rozak dan della duduk disamping gabriel yang menangis histeris. "Kamu kenapa sayang?" tanya della.

"Mah, pah. Ini kain dress luna ini yang digunakan luna tadi malam. Ini punya luna, pah, mah" ucap gabriel menunjukan kain itu pada orang tuanya.

Rozak berdiri menatap polisi. "Ciri-cirinya seperti apa?" Tanya rozak.

"Saya yang melihatnya" ucap pria menatap rozak.

"Coba kamu ceritakan" suruh rozak.

"Perempuanya cantik, rambutnya di gelung, hamil besar sekitar 8 bulan. Dan dia menghampiri dress itu" ucapnya menunjuk kain sobekan yang sedang gabriel genggam.

Rozak mengeluarkan ponselnya menunjukkan poton luna. "Ini bukan orangnya?" Tanya rozak.

Pria itu menatap potonlu luna. "Saya tidak tau pasti orangnya seperti apa karena saya melihatnya dari belakang. Tapi dia berteriak membenci suaminya karena telah menyakitinya" jelasnya.

DEG

Gabriel berdiri ia menatap air yang cukup deras. "Aku mau cari luna, aku mau ketemu sama luna" ucapnya.

Rozak yang mendengar itu ia langsung menarik gabriel menjauh dari sungai. "Jangan gila! Kau bisa mati" marah rozak.

"LUNA TENGGELAM, PAH, GABRIEL HARUS TOLONG LUNA DIA LAGI HAMIL ANAK GABRIEL" teriak gabriel.

Rozak melirik anak buahnya untuk membantunya menyeret gabriel masuk mobil. "Kita cari luna, tapi tidak disini. Mungkin itu bukan luna itu hanya mirip luna" ucap rozak.

"LEPAS, HUE MAU CARI ISTRI GUE SIALAN" marah gabriel berusaha melepaskan cekalan anak buah papahnya.

Karena kesal rozak menyuntikkan obat tidur. "Karena cinta kau kehilangan akal seperti ini" ucapnya menyuntikkan obat tidur ke leher gabriel yang langsung tidak sadarkan diri.

***

Luna menatap luar jendela. Sekarang ini ia tidak tinggal di apartemen milik arif. Ia lebih memilih tinggal di rumah bibinya dari pihak ayahnya yang berada di kampung terpelosok. "Aku membencimu gabriel ettore" gumam luna air matanya mengalir deras.

Luna tipe perempuan yang tidak gampang jatuh cinta, namun gampang membenci orang lain. Makannya itu ia sangat gampang membenci gabriel. Ia meluapkan cintanya terhadap gabriel, yang sekarang ini digantikan dengan rasa benci.

"Luna. Kamu makan dulu kasihan anak kamu dia buruh asupan makanan" ucap bibi luna yang bernama yuyun.

Luna menggeleng pelan. "Luna tidak mau, bi. Luna kenyang" sahut luna.

"Kenyang darimana, kamu saja belum makan dari pagi" ucap yuyun.

Tok.tok.tok.

"Masuk" teriak yuyun.

"Permisi tante, lunanya ada?" Tanya arif masuk kedalam.

"Tuh. Dia tidak mau makan" jawab yuyun menunjuk luna yang sedang melamun.

"Arif izin masuk, nya" izin arif yang langsung yuyun angguki.

Arif masuk kedalam kamar luna, menatap luna yang terus menangis tanpa suara. "Luna" panggil Arif.

Luna menoleh kaget. "kak arif. Kakak kenapa kesini lagi? Aku udah bilang kalau kakak tidak udah repot-repot datang kesini, aku tidak mau mer---"

"Suttt....jangan bawel, aku sama sekali tidak repot aku malah senang datang kesini, oh, ya, aku bawain mertabak kesukaan kamu" arif membuka paper bag menunjukkan pada luna. "Dulu kamu suka banget sama mertabak, sampai-sampai tiap hari aku bawain ini" ucapnya sambil mengambil potongan mertabak menyodorkan ke mulut luna yang langsung luna lahap.

"Makasih" ucap luna.

Arif mengangguk. "Kamu boleh membenci suami kamu yang jahat itu. Asalkan jangan menghukum diri kamu sendiri dengan cara kamu tidak makan, bayi dikandungan kamu butuh gizi. kalau kamu tidak makan bagaimana dia bisa mendapatkan gizi" ucap arif terus menyuapi luna.

"Terimakasih sudah baik" ucap luna.

Arif mengangguk. Menatap tangan luna. "Perbannya belum di ganti, ya. Sini aku ganti" ucap arif menarik pelan tangan luna.

"Eh, tidak usah. Biar aku saja" tolak luna tidak enak.

Arif menggeleng ia kekuh ingin Menganti perban luna. Mau tidak mau luna menurut. Perlahan tapi pasti arif membuka perban itu, mengobatinya dengan salap yang sudah diresepkan dokter. "Selesai" ucap arif.

"Makasih" ucap luna.

Arif mendengus. "Makasih mulu bosen dengernya." Ucap arif.

"Terus apa?" Tanya luna.

"Aku mau kamu jangan sedih lagi, perjalanan hidup kamu masih panjang. Kamu harus lawan rasa sedih kamu" ucap arif lembut.

"Aku benci sama dia---"

"Jangan di sebut lagi, kamu harus bisa melupakannya ada banyak orang yang menyayangi kamu termasuk aku sendiri. Jangan sedih-sedih kamu lagi hamil nanti janin kamu kenapa-kenapa" potong arif.

Luna menatap Arif. "Kenapa kakak baik banget saka aku? Padahal aku sudah mengkhianati kakak" tanya luna.

"Karena aku cinta sama kamu apa adanya. Dan soal di taman itu---"

"Aku tidak mau bahas itu lagi. Aku sudah melupakannya" potong luna cepat.

Arif tersenyum tipis. "Apa kamu mau kembali sama aku?" Tanya arif penuh harap.

Luna menggeleng pelan. "Aku tidak bisa kembali sama kakak, tapi aku mau kita sahabatan seperti dulu sebelum kita pacaran" jawab luna.

Arif tersenyum miris. "Baiklah. Tapi kamu harus ingat kalau aku tetap mencintaimu selamanya" ucap arif.

***

Obsession Gabriel [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang