7- I wanna touch your body

725 22 8
                                    

Ditunggu komen dan vote nya 🥰





Stefan

Melihat Sabrina hanya mengenakan bikini yang seksi adalah hal tergila sepanjang hidup ini. Karena kami telah kenal dalam waktu yang begitu lama jelas aku sama sekali tidak menyangka dia bisa seberani ini. Juga bagaimana bisa dia dengan percaya dirinya bertelanjang di depanku meskipun ku akui tubuhnya membuat hasratku malah berkobar. Sesaat aku tidak bisa mengendalikan diri bahkan mulai menyentuhnya. Rasanya saat melihat dia begini aku menjadi gila dan sebelum kegilaan ini semakin melumpuhkan otakku akhirnya aku buru-buru meninggalkan kamarnya. Gila sekali bisa-bisanya aku menyentuh Sabrina yang baru berusia 17 tahun. Beruntung aku hanya melakukan foreplay tidak lebih dari itu....

Saat aku sampai di kamar kepalaku terasa berdenyut bukan main. Aku membutuhkan pelepasan dan ini semua ulah Sabrina. Seumur hidup aku tidak pernah memuaskan diri sendiri dan akibat ulah Sabrina tampaknya malam ini aku harus berteman dekat dengan sabun mandi. Aku tidak bisa membayangkan jika serumah dengan Sabrina dan dia menyerangku terus-terusan seperti tadi. Bisa-bisa benteng pertahanan yang sudah ku bangun sekuat tenaga ini runtuh dan aku menyerangnya membabi buta. Otak ini berkata tidak seharusnya aku bergairah pada anak yang baru berusia 17 tahun namun nafsuku berkata sebaliknya. Saat ini saja tubuhnya sudah tercetak didalam otakku dan membuat panas dingin. Sungguh membuatku hampir kehilangan akal sehat saja!!

Sabrina memiliki tubuh yang bagus dan lembut, sensasi saat menyentuhnya tadi membuat tubuhku semakin terbakar. Belum lagi pose sensualnya yang benar-benar membuatku tak habis pikir bagaimana bisa dia seperti itu. Ini sama sekali tak baik bagi jantungku. Jelas cobaan ini adalah hal yang paling sulit untuk ku jalani.

Karena gairah ini belum juga reda aku memutuskan menuntaskannya di kamar mandi sambil membayangkan tubuh Sabrina. Aku bayangkan bisa bercinta dengannya pasti sangat menyenangkan terlebih Sabrina masih perawan. Pikiran-pikiran nakal ini membuatku malu sendiri, belum lagi aku merupakan seorang guru. Bagaimana mungkin seorang guru bisa-bisanya berpikiran kotor begini. Ayolah kenapa aku malah jadi sinting begini sih?

"Ah Sabrina..." Akhirnya aku mencapai puncak dengan membayangkan tubuh Sabrina yang seksi.

Setelah menyelesaikan semuanya aku memutuskan untuk tidur terlebih waktu sudah malam. Pastinya esok hari aku harus siap-siap bekerja di pagi hari. Semoga saja untuk kedepannya tidak ada lagi kejadian seperti ini atau aku bisa saja berubah jadi binatang buas.



........................


Keesokan harinya aku menjalani aktivitas seperti biasa dengan memasak menu cepat saji karena tak ada waku lebih. Namun aku belum bisa tersenyum lagi pada Sabrina karena sikap fatalnya kemarin bisa membahayakan dirinya dan diriku. Kini aku hanya memandangnya dingin dan berniat untuk sementara waktu jaga jarak dulu supaya menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ku lihat wajahnya tampak sedih tapi ini semua demi kebaikan dirinya sendiri. Karena sebaik apapun diriku tetap saja aku adalah laki-laki tulen yang bisa berubah menjadi binatang buas saat dirangsang. Apalagi usiaku sudah 27 tahun dan dalam masa libido yang tinggu.

Saat bel berbunyi dan waktunya makan siang bu Sonya mengajakku untuk makan di kantin. Meski kami berdua akrab tentu saja kami hanya sebatas rekan kerja terlebih bu Sonya sudah menikah dan dikaruniai 2 anak yang sudah masuk TK. Obrolan pun hanya sebatas pekerjaan dan anak-anak SMA Pelita Dunia yang nakal. Saat aku tengah lahap makan siang aku melihat Sabrina baru datang ke kantin dan aku pun mulai membuang muka darinya. Tujuannya tentu saja untuk menjaga jarak darinya dan tekadku sendiri sudah bulat. Tapi saat mengajar di kelas Sabrina menghilang dan Joyce bilang jika Sabrina kurang enak badan hingga akhirnya berisitirahat di UKS. Karena tak tega aku pun menyempatkan diri untuk melihatnya. Wajahnya memang sedikit pucat dan hari ini dia tampak murung. Sabrina berkata dia cemburu dengan bu Sonya karena aku tampak akrab dengannya.

Sambil menghembuskan nafas panjang aku mengatakan diantara kita butuh jarak sampai Sabrina berada di usia legal tepatnya sudah 18 tahun. Aku tidak mau mengambil resiko lagi, untung saja tadi malam aku bisa mengendalikan diri, kalau tidak bisa tentu aku akan merasa sangat bersalah karena pekerjaanku ini sebagai seorang guru.



............................




Ketika waktu kerja telah berakhir aku memutuskan tidak pulang dulu ke rumah. Aku tahu aku memang sangat pengecut membuat istriku bersedih karena telah menghindarinya. Tapi ini semua juga demi kebaikan kita bersama tentunya. Ayolah selain sebagai suami, aku juga seorang guru dan tidak etis sama sekali jika hubungan guru dan murid terjalin terlalu intim.

Karena masih cemas dengan kondisi Sabrina aku meminta tolong ibu untuk mengunjungi rumah kami. Dengan hadirnya ibu setidaknya aku merasa lebih tenang.

Awalnya ibu marah-marah karena aku meminta izin supaya bisa pergi dari Sabrina untuk sementara waktu. Namun mendengar alasanku yang logis akhirnya ibu mendukung dan menyuruhku bersabar. Jelas aku memang harus bersabar karena memutuskan untuk menikahi Sabrina yang masih duduk di bangku sekolah.

"Stefan ibu ngizinin kamu tapi bukan berarti kamu terus-terusan kabur ya! Ibu cuma izinin kamu menenangkan diri selama 2 minggu selebihnya kamu harus kembali ke rumah kalian..." ibu berkata dengan tegas dan memang sebenarnya aku pun tidak mau menjauh terlalu lama dari Sabrina karena aku pasti merindukannya.

"Iya bu aku tahu.." ucapku singkat.

Selama menghindari Sabrina aku memutuskan tinggal di hotel namun sesekali berkunjung ke rumah orang tuaku. Tentunya aku berkunjung karena menanyakan kabar Sabrina. Ibu dan ayah akan menginap di malam hari di kamarku di rumah aku dan Sabrina namun di siang hari mereka akan pulang ke rumahnya. Ah, harusnya aku tidak merepotkan mereka di usia senja tapi karena kecerobohan ini tentu aku terpaksa meminta bantuan mereka. Sangat tidak etis sama sekali kan jika Sabrina harus hamil di bangku SMA.

"Sabrina baik-baik saja hanya dia sedih kamu tinggalin... ibu jadi gak tega!!" raut wajah ibu yang sedih membuatku sedikit menyesal harus memakai metode ini.

"Ok bu aku titip Sabrina ya... aku janji akan kembali secepatnya...."

"Harus! Kalau nggak ibu bakal pukul kepala kamu pake gentong!!!" di tengah-tengah pembicaraan serius kami ibu masih bisa melucu dan aku pun dibuat tertawa olehnya.




..............................




"Saya beli ini ya mba dan ini juga....."

Beberapa hari kemudian setelah sekian lama tidak pernah ke toko buku akhirnya aku menyempatkan diri untuk membeli buku-buku karya Dan Brown yang selalu hebat dan menjadi international best seller. Sejak dulu aku memang sangat hobi membaca tidak heran ibu sangat bangga padaku karena memiliki otak yang encer. Namun sifatku yang cenderung introvert tentu saja membuatku hanya memiliki sedikit teman sejak di bangku sekolah. Tak heran banyak yang menjulukiku cold man. Namun pribadiku malah cenderung ceria saat bersama Sabrina. Ah, mengingat Sabrina aku jadi merindukannya...

Saat berjalan-jalan di toko buku tanpa diduga aku melihat Sabrina sedang bersama dengan bocah cecunguk yang mengatakan suka padanya. Bahkan bocah itu merangkul Sabrina dan mereka tertawa. Bisa-bisanya aku melihat pemandangan menyebalkan ini padahal aku disini sedang berjuang untuk kebaikan Sabrina sendiri.

Tidak memakan banyak waktu aku mendatangi mereka berdua dan menarik tangan Sabrina untuk ku bawa pergi........... sudah kelewatan sekali Sabrina tertawa di kala aku menderita!!!



Bersambung.......





Kisah cinlok antar aktor dan aktris ini apakah berakhir bahagia?

Kisah cinlok antar aktor dan aktris ini apakah berakhir bahagia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang