19 - Complicated

316 23 13
                                    

Author hanya memakai visualisasi idol dan cerita ini murni fiksi. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan idol di dunia nyata ya!

Jangan lupa vote dan komennya🥰






Stefan

Masalahku dengan Rossy tampaknya masih belum berakhir juga. Aku merasa bersalah padanya jika memang Damian adalah anakku karena Rossy harus membesarkan Damian seorang diri saja. Tapi di satu sisi aku juga sudah punya istri dan Sabrina itu sosok yang cemburuan terlebih usianya masih remaja. Alhasil aku sering dibuat kebingungan harus bagaimana karena aku ingin menjadi ayah sekaligus suami yang baik.

Tapi ku akui Rossy memang akhir-akhir ini sudah bersikap keterlaluan dan membuatku tak habis pikir bagaimana mungkin dia ingin kami tidur bertiga dengan Damian sedangkan aku sudah beristri. Untungnya Sabrina tidak diam saja dan melawan sehingga masalah ini tidak semakin runyam. Padahal Rossy sudah berusia matang namun tingkahnya seperti anak kecil saja.

Saat ini aku sedang berpelukan dengan Sabrina di kasur, bahkan Sabrina memelukku sangat erat seolah takut aku akan pergi. Aku mengusap punggungnya lembut dan menenangkannya supaya dia bisa segera tertidur. Meski Sabrina masih remaja aku tidak pernah menganggapnya anak kecil, kurasa justru yang bertingkah kekanakan itu Rossy.

"Sayang.. tidurlah aku gak kemana-mana kok!" Sambil mencium rambutnya yang wangi stroberi aku menenangkannya.

"Awas aja pas aku tidur kamu pergi ke kamar Rossy" ancam Sabrina menggembungkan pipinya hingga membuatku ingin tertawa karena tingkahnya yang menggemaskan.

"Sabrina.. percayalah aku sangat mencintaimu....."

Kami pun akhirnya tertidur pulas meski aku merasa sedikit khawatir dengan kondisi Damian. Semoga firasat burukku tentang hubungan kami di masa depan tidak terjadi. Aku hanya ingin menjalani hubungan ini dengan tenang dan bahagia.




..........................





Pagi harinya seperti biasa aku memasak dan Sabrina membantu. Meski kemampuan memasaknya meningkat pesat aku belum menyerahkan tugas memasak padanya karena takut dia tidak fokus dengan sekolahnya. Lagi pula tugas istri sendiri bukan memasak tapi patuh pada suami. Wajahnya yang serius membuatku ingin mencubitnya gemas hanya saja aku menahan diri.

"Stefan bagaimana bisa kamu malah memasak pagi-pagi begini, bukannya harusnya Sabrina yang memasak makanan untukmu?" Rossy dan Damian bergabung bersama dan saat ini mereka tengah duduk di ruang makan.

"Aku belum bisa menyerahkan tugas memasak untuk Sabrina" jawabku singkat.

"Memang anak kecil seperti Sabrina mana bisa jadi seorang istri!!" lagi-lagi Rossy memulai pertengkaran di pagi hari dan membuat Sabrina mulai emosi.

Tapi aku menenangkan dia dengan mengusap rambutnya dan ku rasakan dia menghela nafas panjang. Emosi memang harus dibalas dengan ketenangan jangan dibalas dengan emosi juga.

"Sebaiknya kita makan dulu.. bagaimana kabar Damian?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan dan menyiapkan makanan di meja makan.

"Dia rindu ayahnya.. tapi sayang sekali ayahnya gak mempedulikannya!!" ucap Rossy menyindirku.

"Maaf ya Damian.." aku berbicara pada Damian dan tidak terpengaruh dengan ucapan Rossy.

"Kamu ini gak tau malu sekali sudah numpang tidur, numpang makan terus sekarang malah protes pagi-pagi!!" akhirnya Sabrina mengeluarkan suara.

"Damian itu anaknya Stefan mana mungkin kamu lupa?" Balas Rossy sambil tersenyum miring.

"Siapa tahu bukan...." tampaknya Sabrina membuat suasana makin memanas dengan tuduhannya.

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang