6 - Naughty girl

1.1K 32 11
                                        

Mohon memberikan dukungannya.....





Sabrina

Pukul 9 malam aku berdiam diri di kamar dan tadinya merasa lapar sehingga aku memutuskan untuk ke dapur. Namun dalam perjalanan aku melihat Stefan sedang berenang dan dalam keadaan topless. Stefan tampak sangat berkarisma dan tampan saat berenang yang membuatku semakin terpesona padanya. Tiba-tiba aku memiliki sedikit ide nakal dan memakai bikini yang kubeli awal tahun kemarin. Bikini tersebut tak pernah kupakai karena terlalu seksi dan aku merasa malu memakainya. Tapi aku beranikan diri memakai bikini tersebut didepan Stefan dan dia tampak kaget serta buru-buru memakaikanku bathrobe. Rasanya aku bangga pada diriku karena bisa menggoda Stefan.

Aku melepas bathrobe tersebut dan berenang sendirian, lucunya aku melihat Stefan berdiri mematung di pinggir kolam renang dalam keadaan rambut basah dan topless. Setelah puas berenang aku menghampirinya yang duduk di kursi dan mulai duduk disampingnya.

"Kamu berenang malam-malam gimana kalau sakit?" Dia membuka obrolan lebih dulu tapi tidak mau menatapku.

Aku memegang pipinya agar mau melihatku tapi kemudian dia menepisnya dan mengeringkan rambutku yang basah dengan handuk namun lagi-lagi tampaknya Stefan tak mau memandangku.

"Kamu kenapa gak mau liat aku hmm...?"aku mengalungkan kedua tanganku di lehernya dan dia menghembuskan nafas panjang.

"Kamu lagi ngegoda aku?" Stefan menatap mataku tajam.

"Aku..."

"Kamu tau kan aku udah nahan-nahan gak nyentuh kamu setaun lebih, jadi harusnya kamu bisa diajak kerja sama!!" sambil melepas tanganku dia pergi menjauh dan tampaknya Stefan marah besar.

Buru-buru aku memeluknya dari belakang sambil mencium punggungnya lembut, menyesap aroma alami tubuhnya. Ku rasakan tubuh Stefan menegang dan tangannya terkepal. Aku tahu aku salah dan tiba-tiba memiliki ide gila ini tapi aku ingin merasakan sentuhannya. Sambil membalikan tubuhnya aku mencium bibirnya duluan, sejujurnya aku tidak begitu ahli dalam mencium bahkan masih amatir. Tapi aku akan terus mencobanya sampai berhasil. Awalnya Stefan tidak membalas ciuman ini tapi aku nekat mencoba mencium sambil memasukan lidahku dalam mulutnya dan akhirnya dia mau membalas.

Balasan ciuman Stefan terlalu kasar dan menuntut, bahkan kurasakan giginya menggigiti bibirku dan tanpa sadar aku menautkan kaki ini di atas pinggangnya sambil berpegangan di belakang kepalanya. Aku tidak tahu akan dibawa kemana, sambil tetap berciuman aku merasakan Stefan berjalan terburu-buru. Ku rasakan juga dingin di kulit karena hanya memakai bikini dan Stefan mulai merebahkan tubuhku di kamarku sendiri. Setelah kehabisan nafas, Stefan melepaskan ciumannya dan pandangan matanya terlihat menggelap. Sambil terengah-engah aku menatapnya sendu sambil mengelus pipinya. Stefan pun menurunkan kepalanya dan mulai menjilati, mencium dan menggigit leherku di beberapa tempat. Aku mengerang merasakan sensasinya dan mulai meremas seprei.

Ciumannya terus turun sampai dada, karena nafsuku sudah berkobar aku membuka bikiniku sendiri sehingga terpampang tubuhku tanpa memakai sehelai benang pun. Stefan menahan nafasnya dan memejamkan mata menahan diri. Aku tak suka saat dia menahan diri lalu saat dia hendak pergi aku memeluknya lagi dari belakang.

"Sabrina why are you so naughty?" Dengan suara dinginnya dia membalikan tubuhnya.

Tidak berhenti sampai disitu, aku mulai melepas bikini bagian bawahku hingga aku telanjang bulat. Rasanya tatapan Stefan malah membuatku panas dingin.

Tanpa aba-aba Stefan langsung menciumku kasar sambil menyentuh tubuhku dimana-mana sedangkan aku hanya menerimanya saja. Ciuman kasarnya membawaku ke depan cermin dan dia mendudukanku di meja cermin. Aku terengah-engah dengan ciuman kasarnya dan stefan mulai mencium leherku lagi lalu terus turun sampai akhirnya aku mendesah keras.

Tak lama Stefan menghentikan semuanya dan terburu-buru keluar kamarku begitu saja. Usiaku memang masih 16 tahun tapi aku tidak sepolos itu, bahkan aku sendiri pernah menonton film dewasa sehingga seks bukanlah hal yang aneh bagiku. Meski aku masih perawan karena Stefan belum mau menyentuh tubuhku namun malam ini pertahanan Stefan pelan-pelan mulai runtuh.




.......................






Esok harinya pagi-pagi sekali dia sudah bersiap-siap berangkat. Padahal waktu baru menunjukkan pukul setengah 6 pagi dan dia berangkat tanpa memandangku sama sekali. Pagi ini terasa sangat dingin dan aku sama sekali tidak mendapatkan senyuman yang biasa diberikan Stefan padaku. Jelas Stefan terlihat menghindariku pagi ini.

Aku tahu tadi malam aku yang begitu keterlaluan karena menggodanya. Dengan suasana hati yang buruk aku sampai di sekolah, lagi-lagi ku lihat Jefan menghampiriku dan sejujurnya aku sedang tidak ingin diganggu olehnya.

"Bri kok muka kamu asem banget sih pagi-pagi?" Dengan keheranan Jefan bertanya padaku.

"Aku lagi pengen sendiri, kamu balik gih ke kelas..." aku mengusirnya secara halus dan ku harap dia paham.

Setelah Jefan pergi bel pun berbunyi dan aku berusaha untuk fokus di kelas. Namun pemandangan tadi pagi dan Stefan yang menghindar membuatku sedikit sedih. Belum apa-apa aku sudah rindu padanya dan bukannya fokus belajar yang ada aku malah banyak melamun di kelas pada hari ini.

Saat bel istirahat aku memutuskan pergi ke kantin bersama Joyce dan saat sampai kantin aku melihat Stefan sedang tertawa bersama bu Sonya dan makan berdua. Stefan melihatku dan kembali mengobrol dengan bu Sonya, tatapannya dingin dan aku merasa mulai ingin menangis.

"Bri, lo gak apa apa kan? Muka lo pucet loh" Joyce merasa khawatir padaku dan aku bilang semuanya baik-baik aja.

Suasana hati yang buruk ini membuatku malas belajar dan malah menghabiskan waktu di UKS. Aku berusaha tidur namun tiba-tiba ada orang lain yang masuk ke ruanganku begitu saja padahal aku hampir terlelap.

"Brina kamu sakit?" Kudengar suara Stefan memanggil dan saat ku buka mata dia terlihat cemas.

"Aku gak apa apa, kamu ngapain disini bukannya harusnya kamu ngajar?" Aku menjawab pertanyaannya dengan malas dan mengganti posisi berbaringku menjadi duduk.

Stefan memerika dahiku dengan tangannya dan aku langsung menepisnya. Entahlah rasanya aku ingin marah-marah padanya, untungnya saat kami berduaan di UKS, bu Retno perawat di UKS kami sedang ada dinas di luar kota.

"Ya udah kalau begitu aku pergi dulu!!" Stefan pun berdiri dan akhirnya pergi meninggalkanku dan air mata ini tiba-tiba keluar.

Stefan berbalik arah dan melihatku menangis, aku membuang muka dan tidak mau melihatnya. Memangnya salah kalau aku menginginkan Stefan menyentuhku tadi malam?

"Kamu kenapa nangis?" dia mengelap air mataku dengan sapu tangannya lembut.

"Kamu udah gak sayang sama aku!!" Ucapku kesal.

Sambil menghembuskan nafas berat Stefan mengunci pintu UKS supaya tidak ada yang bisa masuk dan mengganggu kami berdua bicara.

"Sabrina jangan menyimpulkan sesuatu dengan mudahnya tanpa mencari tahu fakta..." Stefan duduk tak jauh dariku dan dia tampak marah.

"Kamu tadi pagi ngindarin aku terus tadi siang ketawa dan makan bareng bu Sonya!!"

"Kamu lupa tadi malam kamu ngapain?" Stefan tampaknya benar-benar marah padaku dan aku menatapnya dengan nanar.

"Sabrina untuk beberapa hari ke depan aku gak bisa tinggal bareng kamu dulu, aku takut kejadian semalam terulang lagi...."

"Mungkin akan lebih baik lagi kita gak tinggal bersama sampai kamu berusia 18 tahun'' Stefan menambahkan ucapannya dengan mantap dan meninggalkanku seorang diri di UKS.

Seketika air mataku jatuh lagi dengan derasnya......




Bersambung.......

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang