10 - Dissapoint

599 33 9
                                    


Yang gak mau vote ada masalah apa ya wkkwkwkw







Sabrina

Setelah hari dimana Stefan menarik tanganku tampaknya Jefan semakin agresif mendekat. Padahal aku sudah memohon padanya untuk berhenti mengejarku tapi memang dia keras kepala sekali. Bahkan bantuan Stefan pun tidak membuahkan hasil sama sekali karena Stefan malah mengaku jika aku sepupunya. Memang sangat sulit mengaku jika kami suami istri karena pasti banyak pihak yang akan menentang dan bisa-bisa aku dikeluarkan dari sekolah. Setidaknya aku harus bersabar sampai lulus SMA dan setelah itu aku baru bisa mendeklarasikan diri sebagai istri Stefan.

Meski begitu aku merasa bahagia karena Stefan tidak lagi menghindariku dan kembali tinggal di rumah bersama. Bahkan saat berpapasan dia akan tersenyum dan membuatku berbunga-bunga hingga semangatku dalam menjalani hari-hari ini semakin berkobar.

Namun aku sejujurnya masih kesulitan menghindari Jefan dan aku merasa kebingungan bagaimana cara menghadapi dia. Jefan merupakan sosok laki-laki paling keras kepala yang aku kenal. Padahal aku sudah menolaknya sampai berkali-kali namun dia masih kekeuh dan membuatku lelah. Jefan baik dan hangat tapi aku sudah menikah dan tak etis jika aku tetap membiarkan dia dekat denganku.

Tidak hanya belajar di kelas saja, aku pun mengikuti eskul menyanyi. Awalnya aku tidak pede dengan suaraku sendiri namun atas dorongan Stefan akhirnya aku masuk club menyanyi di sekolah. Bahkan aku berkali-kali menang dalam sebuah perlombaan bergengsi hingga seringkali mendapatkan uang atau hadiah lainnya. Senyuman Stefan yang mengatakan suaraku bagus membuatku semakin percaya diri dengan kemampuan, ah dia memang segalanya di hidupku...

Ngomong-ngomong sebentar lagi aku akan naik kelas 3 sehingga jadwal sekolah pun makin padat. Aku harus mengikuti berbagai pelajaran tambahan agar mendapatkan nilai bagus. Terlebih Stefan ingin agar aku bisa kuliah di tempat yang bagus sehingga aku harus mengejar ketertinggalan ini padahal otakku sendiri sejujurnya kesulitan dalam menghadapi semua ini. Apalagi harus masuk kuliah negeri bisa-bisa otakku mati total karena tidak mampu belajar terlalu banyak.

"Bri elo mau daftar kuliah kemana emang?" Ujar Joyce teman sebangku yang berbisik saat bimbingan konseling bersama Bu Sri.

"Gue bingung tapi yang jelas gue usahain daftar di perguruan tinggi negeri" aku menjawab namun masih bingung dan sebenarnya aku tak begitu yakin bisa masuk ke perguruan tinggi favorit.

"Emang elo yakin bisa masuk negeri? Eh by the way elo besok ikut kan hang out bareng temen? Gue gak mau ikut kalau elo gak ikut" Joy saja ragu dengan kemampuanku apalagi diriku.

"Hm... gue usahain deh Joy.. Bu saya sama Joy keluar dulu ya kita sudah selesai mengisi kertas pilihan perguruan tinggi" ucapku sambil tersenyum.




.................................





Karena kelelahan dengan banyaknya tambahan belajar di sekolah aku pun memutuskan tidur lebih awal dan melewatkan waktu makan malam. Namun saat aku tengah tertidur aku merasa ada yang menyentuh tubuhku dan ketika aku sadar Stefan tengah melakukan hal yang iya iya.

Setelah kejadian di kolam renang tempo hari tampaknya hubunganku dengan Stefan makin panas saja. Meskipun kami belum melakukannya tapi Stefan sudah sering melakukan foreplay. Ah, semua sentuhannya memang seberbahaya itu dan membuatku ingin cepat- cepat berusia 18 tahun.

Stefan tidak pernah menyentuhku lebih dalam sehingga tentu saja aku masih perawan. Padahal sejujurnya aku sering bermimpi basah dan dalam mimpi itu Stefan bercinta denganku. Ini benar-benar memalukan tapi aku kan sudah sah menjadi istri Stefan, jadi bukan hal yang salah kan kalau aku bermimpi hal yang dewasa bersama dengannya?





.....................







"Bri ko elo bisa-bisanya nolak Jefan sih kan dia ganteng!!" Sera bertanya padaku yang saat ini kami semua tengah berkumpul untuk melepas kangen karena aku hanya satu SMA dengan Joyce namun yang lainnya tidak.

"Ya gue gak suka sama Jefan, Ser... elo tau kan rasa suka itu gak bisa dipaksain" ujarku mantap karena tentu saja cintaku hanya untuk Stefan seorang.

"Hmm.. kalau gue jomblo gue bakal gaet tuh si Jefan" sambil meminum boba drink favoritnya Joy berkata mantap dan aku hanya merotasikan mata malas.

"Loh bukannya elo jadian sama anak kuliahan Joy?" Refleks mulutku kupukul karena aku pernah melihat Joy sedang berduaan di mall bersama seorang laki-laki yang usianya jauh lebih tua.

"Kok lo tau Bri?" Sambil membulatkan Joy terkaget-kaget karena aku tahu tentang pacarnya.

"Ups... sorry.... Joy gue pernah liat lo lagi jalan sama cowok di mall" aku hanya menjawab sambil cengengesan dan Joy membalasnya dengan memberikan death glare nya. Dia pasti merasa malu karena ketahuan olehku.




...........................





"Kamu itu udah tau Jefan orangnya pemaksa tapi tetap aja gak bisa nolak kalau dia ngajak jalan!!" Stefan mengeluh padaku dan memang aku tergolong people pleaser sehingga sangat sulit mengatakan tidak pada orang lain.

Hmm.. aku minta maaf aku usahain bakal lebih tegas deh" sambil memeluk Stefan erat aku berjanji tidak akan mengecewakannya lagi.

Stefan melepaskan pelukannya dan memandangku intens lalu tanpa sadar dia mulai semakin mendekat dan mulai mencium bibirku dalam. Lidah Stefan mulai mengeksplorasi langit-langit mulutku. Ciumannya yang handal membuatku merasa sangat dicintai. Lalu saat kami kesulitan bernafas dia melepaskan ciumannya. Sungguh aku merasa seperti ada kupu-kupu di perut ini saat Stefan menciumku penuh kasih sayang.

"Bri.. kamu kapan sih ulang tahun yang ke 18?" Stefan bertanya padaku sambil mencium dahiku lembut.

"Hm.. mungkin dua bulan lagi, kenapa emangnya?" Tanyaku penasaran.

"Aku pengen nyentuh kamu Bri, aku udah gak tahan..." ujar Stefan yang membuatku merinding apalagi ciumannya di telinga membuatku mendesah.

"Kalau gitu sekarang aja... aku mau.." putusku final.

"Aku gak bisa... maafin aku Bri..." setelahnya Stefan kembali memelukku erat sambil menenggelamkan wajahnya di perpotongan leherku.

Padahal aku sama sekali tak keberatan kalau Stefan memang mau. Tapi sebagai seorang guru dia jelas banyak sekali perhitungan. Belum lagi Stefan mengeluh karena bisa saja aku hamil kalau bercinta dengannya sekarang-sekarang.

Esoknya seharian aku hanya berjalan-jalan di mall karena Stefan bilang dia sibuk. Apalagi ini hari libur tentu saja akan sangat membosankan bila berdiam diri di rumah saja bukan? Oleh sebab itu aku memutuskan jalan-jalan sendiri supaya tak merasa suntuk dan bosan.

Dibilang aku taak punya teman tentu saja itu tidak mungkin. Aku memiliki teman cukup banyak namun mereka semua sudah memiliki schedule masing-masing. Sempat terbesit ingin mengajak Jefan namun aku langsung mengingat Stefan yang tidak suka jika aku berdekatan dengan Jefan. Padahal Jefan merupakan sosok teman yang selalu ada untukku terlepas dia memang menyukaiku juga. Tapi aku merasakan ketulusannya dan sedikit sedih saat menolaknya. Apa aku memang terlalu kejam ya?

Di tengah aktivitas jalan-jalanku tiba-tiba aku melihat Stefan sedang bersama seorang wanita. Tidak berhenti sampai disitu, ternyata wanita itu memiliki seorang anak kecil bahkan Stefan mau mengendong anak itu. Mereka seperti keluarga bahagia... tapi tentu saja perasaanku tidak baik-baik saja apalagi melihat senyum stefan terhadap wanita itu.

Tak kuat dengan pemandangan ini aku memutuskan untuk pergi sejauh mungkin sambil menangis dan kecewa. Apa mungkin Stefan selingkuh bersama wanita lain?




Bersambung.......

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang