1 - A secret married

1.4K 42 18
                                    

Ditunggu komen dan vote nya!







Stefan

Aku Stefan Raditya saat ini bekerja sebagai seorang guru SMA di Jakarta. Sebagai seorang guru tentunya aku bertanggung jawab mendisiplikan murid-murid meski cita-citaku sebenarnya bukanlah menjadi guru. Semua jalan ini aku pilih karena aku ingin menjaga Sabrina, seorang gadis yang kunikahi satu tahun yang lalu. Sabrina masih berusia 17 tahun dan dia saat ini masih duduk di bangku SMA. Keputusanku menikahinya tentu sudah ku pikirkan dengan matang karena sejak kecil aku mengenal Sabrina. Dia merupakan tetanggaku yang usianya sepuluh tahun lebih muda. Aku sendiri sudah mengenal Sabrina bahkan sejak dalam kandungan karena ibunya tante Raisa sudah mengenalku dengan baik sejak aku masih berusia 8 tahun.

Tante Raisa merupakan sosok bidadari yang baik hati, dia selalu menolongku di saat kesusahan. Bahkan aku sudah menganggapnya sebagai ibuku sendiri saking dekatnya dengan beliau. Di usiaku yang ke 10 tahun tante Raisa hamil dan dia sangat bahagia. Tante seringkali tersenyum dan berkata dia bahagia akan menjadi seorang ibu.

Saat tante Raisa melahirkan bayinya yang berjenis kelamin perempuan, dia menamainya "Sabrina Mentari" dengan harapan bayi kecil tersebut akan menerangi hidupnya. Sabrina sangat mirip dengan tante Raisa dia memiliki kulit yang putih, hidung yang mancung dan wajah kebule-bulean. Aku seringkali menemani Sabrina dan tante Raisa berjalan-jalan di taman dan tante Raisa berharap aku bisa melindungi Sabrina saat dia tiada. Aku tak mengerti kenapa Tante Raisa berkata seperti itu....

Sayangnya kebersamaanku dengan tante Raisa harus berakhir karena tante Raisa dan Om Darmawan meninggal dalam kecelakaan mobil. Kenyataan menyakitkan ini membuatku sangat sedih terlebih Sabrina si bayi perempuan mungil ini ternyata harus menjalani hidup sebatang kara. Dia tidak mempunyai siapa- siapa lagi sehingga akhirnya kedua orangtuaku dan aku yang mengasuhnya sebagai tetangganya. Saat itu aku jelas sangat terpukul karena telah kehilangan sosok ibu kedua dalam hidup.

Berkat Sabrina pula aku yang bercita-cita sebagai dokter malah mengambil kuliah di jurusan pendidikan matematika dan bertekad untuk menjadi guru saja agar bisa melindunginya. Saat Sabrina baru masuk SMA dan berusia 16 tahun aku memutuskan untuk menikahinya agar bisa melindunginya lebih maksimal.

Awalnya tentu saja orang tuaku menentang keputusan ini karena Sabrina masih dibawah umur. Namun Sabrina tidak memiliki wali sehingga satu-satunya cara adalah dengan menikahinya. Dari kecil aku mengenalnya tentu saja aku sangat menyayanginya. Dia tumbuh dengan baik dan menjadi sosok gadis manis dan ceria.

Jika ditanya apakah aku mencintainya atau tidak jelas aku tidak tahu. Tapi aku sangat menyayanginya dan berharap dia bahagia. Karena Sabrina masih dibawah umur tentu saja kamar tidur kami terpisah. Aku tidak pernah menyentuhnya selain memeluk dan mencium keningnya. Meski aku sudah sah menjadi suaminya namun aku juga gurunya di sekolah sehingga jelas aku masih ragu untuk menyentuhnya.

Tak terasa setahun berlalu dan Sabrina sudah berusia 17 tahun. Meski masih berusia 17 tahun Sabrina bukanlah gadis yang manja. Dia tidak pernah menghambur-hamburkan uang yang aku kasih bahkan selalu ia tabung. Meski sudah bekerja tentu saja aku tidak bisa menghambur-hamburkan uangku karena harus membiayai sekolahnya dan kelak kuliahnya. Kondisi ini membuatku berusaha untuk berhemat bahkan aku sendiri jarang membeli sepatu atau tas kantor.

Kondisi ini jelas membuat Sabrina bersedih dan pernah berkata untuk tidak melanjutkan kuliah. Tapi sebagai seorang suami tentu saja aku harus memberikan yang terbaik untuk istriku termasuk soal pendidikannya. Sebenarnya orang tuaku sendiri sosok yang berada dan orang tua Sabrina mempunyai beberapa peninggalan berupa uang yang ditabung di bank. Hanya saja aku tak mau menggunakan uang tersebut karena berusaha menjadi suami yang bertanggung jawab. Biarlah Sabrina menggunakan harta warisan orang tuanya kelak....

Hari ini sudah pagi dan seharusnya Sabrina bersiap-siap berangkat ke sekolah. Hanya saja aku belum membangunkannya dan sedang bersiap-siap membuat sarapan untuknya.

"Stefan harusnya kamu bangunin aku pagi-pagi biar aku bisa masakin sarapan buat kamu....." dengan wajah mengantuknya dia memeluku dari belakang dan aku hanya tersenyum. Aku sangat suka dengan tingkah manjanya karena dia sangat menggemaskan.

"Kamu kan gak bisa masak, nanti semua masakan malah gosong!!" aku menggodanya sambil mengusap rambutnya.

"Aku kan mau belajar jadi istri yang baik...." sambil mendudukkan diri di tempat makan Sabrina langsung menyendok nasi goreng buatanku dan kulihat wajah lucunya berbinar.

"Kamu makan banyak yang banyak ya!!" aku mengusap pipinya lembut.

Secara kebetulan aku juga menjadi wali kelas Sabrina dan mengajar matematika dikelasnya. Sayangnya Sabrina cukup payah dalam matematika dan beberapa kali aku melihatnya malah menguap dan tertidur. Selama belasan tahun aku mengenal Sabrina memang aku belum tahu di bidang mana bakat yang ia miliki. Yang kutahu jika dia memang pandai bergaul dan ramah sehingga mempunyai teman yang banyak. Aku bahagia jika Sabrina memiliki banyak teman, meskipun saat ini aku tentu saja berstatus suami rahasianya.

Setelah sarapan dan mempersiapkan segalanya kami pun berangkat ke sekolah sendiri-sendiri. Hal ini untuk meminimalisir kecurigaan orang-orang di sekolah apalagi pernikahan yang sifatnya penuh pro kontra ini berjalan rahasia.

"Pak Stefan gak keluar untuk makan siang?" bu Sonya guru sosiologi mendekat saat istirahat tiba dan duduk di dekatku.

"Nanti saja bu saya masih kenyang lagipula saya membawa bekal...." sambil menolaknya halus aku menunjukkan bekalku padanya-nasi goreng yang kumasak tadi pagi.

"Ya ampun bapak kalau tiap hari makan nasi goreng mana ada gizinya pak!!"

Memang hampir setiap hari aku masak nasi goreng karena tidak sempat membeli bahan masakan. Selain itu kesibukan sebagai guru tentu membuatku berpikir memasak nasi goreng adalah langkah tercepat supaya perut tetap kenyang. Toh Sabrina juga tidak protes dengan hal ini....

"Kasian banget ya bapak masa istri bapak cuma bisa masak nasi goreng aja, mendingan saya dong yang bisa masak segala makanan!!" bu Sonya memandangku prihatin.

Aku tidak membalas ucapannya dan hanya tersenyum saja mengingat istriku yang tidak bisa memasak. Sabrina memang terlalu muda untuk menjadi istri dan aku sama sekali tidak keberatan makan apapun karena bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan. Lagipula aku menikahinya bukan untuk menjadikan dia tukang masak di rumah.

Saat berada di sekolah kami berusaha untuk tetap profesional dan menjaga hubungan sebatas guru dan murid. Pernikahan kami yang sudah berjalan setahun cukup dibilang lancar walaupun tetap saja Sabrina masih mengeluh jika hubungan kami tidak ada kemajuan. Aku masih menahan diriku untuk sebatas memeluk dan mencium pipi saja. Bahkan aku bertekad baru akan mencium bibirnya saat ia lulus sekolah.

Karena kami bisa bekerjasama dengan baik akhirnya pernikahan ini berjalan dengan baik dan hanya beberapa orang saja yang tahu. Tak terasa waktu sudah sore dan kami sudah pulang ke rumah....

"Stefan aku kesel banget deh banyak yang naksir sama kamu!" Saat sampai di rumah Sabrina langsung duduk dan cemberut dan aku hanya memandangnya sekilas karena aku harus membuat bahan ajar.

"Brina aku lagi sibuk, sana kamu mandi dulu dan istirahat!!" di sela-sela kesibukanku tentu saja Sabrina masih menjadi prioritas karena aku sudah berjanji akan menjaganya seumur hidupku.

"Stefan menurut kamu aku cantik gak?" Tanyanya penuh harap.

"Cantik...."

"Tapi aku pendek" lagi-lagi dia cemberut.

Sabrina tidak tahu jika dia sudah sempurna untukku dan tentunya aku tidak tertarik mencari perempuan lain. Dia bersinar dengan caranya sendiri bahkan memilki kecantikan khas dan sangat mirip ibunya. Hanya saja Sabrina memang masih SMA dan kecantikannya belum terpoles. Lagipula aku menikah dengannya bukan karena dia cantik, salah satu alasannya aku sudah berjanji pada Tante Raisa kalau aku akan menjaganya.

Di sela-sela waktu istirahatnya aku seringkali memandang gadis ini. Saat tertidur memang Sabrina terlihat sangat manis, namun aku saat ini hanya mampu memandanginya saja hingga aku pun tertidur lelap di kamar sebelah, tepatnya kamarku sendiri.



Bersambung..........






Cerita ini terinspirasi dari komik jepang yang berjudul Oh My Darling mengenai pernikahan rahasia yang fenomenal, yang pernah baca pasti anak 90 an 🤭🤭🤭🤫

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang