11 - Love you no matter what

473 29 6
                                    

Mohon memberikan dukungannya.....






Stefan

Pertemuanku yang mendadak dengan Rossy terasa sangat mengejutkan. Dia sebenarnya bukan hanya teman kampus di masa lalu tapi kami pernah berpacaran namun akhirnya putus tentu saja. Ya... Rossy sebenarnya berusia tiga tahun lebih tua diatasku dan aku sama sekali tidak menyangka dia sudah memiliki anak sekarang. Sebenarnya aku cukup senang bertemu dengan Rossy lagi, meski tidak banyak berubah ku akui Rossy semakin dewasa sekarang dan jiwa keibuannya pun tampak semakin besar.

"Aku gak nyangka kita bisa lagi ketemu disini Stefan.. sudah lama sekali ya kita gak bertemu" perkataan Rossy memang benar bahkan diantara kami sudah lost contact.

"Kamu benar.. terakhir kali kita ketemu pas kelulusan kamu kan?" Ucapku mengenang masa lalu, ah tidak terasa waktu berlalu begitu cepat.

"Kamu banyak berubah ya... sekarang kamu makin ganteng..." puji Rossy.

"Hmm.. siapa nama anak kamu? Dia lucu banget ya!!" aku mengalihkan pembicaraan karena sudah terlalu banyak orang yang mengatakan aku ganteng dan sejujurnya aku sudah bosan. Mau ganteng atau tidak kan kita sama-sama manusia.

"Damian.. dia sekarang berusia 5 tahun dan sedang masuk Tk...."

Karena suka anak-anak tentu saja aku mudah akrab dengan Damian. Dia sangat lucu dan aku mulai membayangkan di masa depan saat Sabrina melahirkan anak. Pasti anak-anak kami sangat lucu dan manis, ah aku jadi tak sabar menantikannya......



..........................






"Kalian tinggal memasukkan persamaan garis lurus ini lalu nanti kalian bisa mendapatkan nilainya, tidak sulit sama sekali...."

"Bapak bagaimana kalau misalnya soal ujian lebih sulit daripada soal try out??" salah satu murid kelas 3 yang cerdas bertanya sambil cemas-cemas.

"Saya rasa tidak mungkin hal tersebut terjadi karena kesulitan soal sudah menyesuaikan standar sekolah ini...." ujarku meyakinkan para murid.

Hari ujian kelas 3 memang sebentar lagi terjadi, sekarang para murid kelas 3 sedang sibuk-sibuknya. Begitu juga dengan para guru yang sibuk mengajar, memberikan tambahan pelajaran sampai sore juga membuat soal ujian yang bobotnya disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tak heran akupun setiap hari pulang pukul 7 malam dan disambut dengan raut wajah kesal Sabrina karena dia merasa tidak diperhatikan lagi olehku.

Mau bagaimana lagi sebagai seorang guru jelas tak mungkin juga aku menolak pekerjaan. Terlebih aku pun masuk sebagai panitia penyelenggara ujian akhir sekolah. Sampai tiba di rumah ternyata Sabrina masih merajuk karena waktuku bersamanya berkurang.

"Sayang.. kok kamu cemberut terus?" Sambil mencium pipinya gemas aku bertanya pertanyaan yang sudah aku ketahui.

"Aku kesel kamu gak pernah ada waktu buat aku..." sambil menjauhkan tubuhnya dariku Sabrina tampak marah.

"Maaf ya.. kamu tahu kan kerjaan aku lagi banyak.. jadi aku gak bisa fokus ke kamu!" dengan menyesal aku memberi tahu soal kesibukanku padanya dan bagaimanapun dia harus memakluminya.

"Yaudah.. tapi belikan aku boba milk sekarang juga" akhirnya Sabrina luluh dan mulai lagi bermanja-manja denganku.

"Siap sayangku....."

Bahkan kalau Sabrina mau akan ku belikan boba drink sampai satu kardus. Tapi tentu saja itu berlebihan dan aku tak mau istriku terkena diabetes di usia muda.





...........................






"Hei aku dengar kamu udah nikah ya Stefan?" Lagi-lagi tanpa direncanakan aku malah bertemu Rossy di mall dua hari kemudian yang rencananya aku berniat membeli Sabrina sepatu saat ini karena sudah usang.

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang