17 - I can't stop

493 28 11
                                    

Mohon memberikan dukungannya.....




Stefan

Semua masalah yang datang silih berganti membuat kepalaku rasanya ingin pecah. Apalagi saat Rosy mengatakan jika Damian adalah anakku. Jelas saja otak ini merasa begitu lelah seolah tidak ada waktu untuk beristirahat. Sehingga saat Sabrina menyerahkan tubuhnya padaku beban yang ada di kepala ini berangsur-angsur hilang. Bohong kalau dalam rumah tangga tidak membutuhkan seks, sebagai pria dewasa normal jelas aku sangat menyukai hal ini. Apalagi memiliki istri yang muda dan cantik tentu saja aku tidak bisa menahan diri lagi. Semua yang ada pada diri Sabrina tentu aku sangat suka. Entah itu aroma tubuhnya, kulit lembutnya dan lekukan tubuhnya yang sangat menggoda iman.

Kami sangat cocok diranjang, terbukti baru ku sentuh sedikit saja Sabrina sudah terangsang. Malam ini aku berencana akan menyentuh tubuhnya dengan brutal dan tidak akan satupun bagian tubuhnya yang aku lewati.

Karena tidak sabar dengan semuanya tanpa sadar aku bersikap sedikit kasar. Tentu ada rasa penyesalan saat memperlakukan Sabrina dengan kasar namun Sabrina sendiri merasa tidak keberatan dan itu membuatku heran.

Posisi Sabrina luar biasa seksi, dia meremas rambutnya dan tubuhnya penuh keringat. Suasana yang panas ini tanpa sadar membuatku menggigit dadanya dan kami terengah-engah dengan wajah memerah.

"Stefan.... hhhhh"

Aku terus merangsang Sabrina dengan handal dan ku rasakan kepuasan dia akan segera datang. Lalu aku kembali mencium bibirnya kasar hingga kami orgasme bersama.

Aku mencium dahinya dengan lembut sambil memeluknya erat. Ku lihat Sabrina tampak berantakan, bibirnya bengkak dan terdapat beberapa kiss mark di tubuhnya yang membuatku tidak akan pernah puas satu kali bercinta. Sudah ku bilang kalau Sabrina akan mendapatkan masalah bila menggodaku karena aku bisa berubah menjadi binatang buas.

Aku menggendong tubuh Sabrina dan kami berdua sekarang berada di kolam. Tidak mau membuang waktu aku kembali bercinta dengannya, bahkan dengan tak sabar aku menggigit bahunya.

"Crazy.... ahhh....." racau Sabrina dengan rambut berantakan dan tubuh yang basah.

"Sabrina... my little girl...." aku menjawab perkataannya sambil mencium dadanya.

Aku sudah tak peduli lagi dengan titel guru teladan. Bahkan aku sudah tak peduli lagi apakah Sabrina adalah muridku atau tidak. Lagi pula kami suami istri yang sah dan kami juga memiliki buku nikah. Lantas apakah suatu kesalahan kalau aku menyentuhnya?

Dia menggigit bibirnya sendiri sambil menutup mata. Tapi aku tidak puas sehingga aku ingin dia memandangku saat kami tengah bercinta.

"Sabrina lihat aku... hmmm... kamu suka?" Tanyaku dengan suara serak.

"Aku..... ahhh...... aku sangat suka...." jawab Sabrina sambil terus mendesah dan pipinya memerah.

Ku lihat Sabrina begitu cantik saat tengah bergairah. Ini terlalu hebat dan tubuhnya semakin panas padahal kami berada di kolam. Akhirnya kepuasanku datang kembali dan Sabrina terkulai di bahuku.

Penyatuan kami malam ini sangat luar biasa... bahkan suhu udara yang dingin tidak mampu mendinginkan gairah kami. Dengan rasa puas nan lega aku membawa tubuh Sabrina ke kamar.




............................






Sekarang kami sedang berpelukan di bawah selimut tanpa satu helai benangpun. Aku cium pipinya dengan sayang dan aku merasa sangat bahagia. Aku peluk tubuh Sabrina dengan lembut sambil mengusap punggungnya dan Sabrina hanya tersenyum lemah. Perlahan rambutnya yang berantakan ku rapikan kembali dan berkali-kali juga ku kecup tangannya.

"Capek hmm?" Tanyaku dengan lembut.

"Iya..." jawab Sabrina lemas.

"Sabrina aku cinta kamu... tolong percaya sama aku.. Rossy cuma masa lalu lagi pula masa sekarang juga masa depanku itu kamu..." ucapku dengan lembut dan memohon.

"Aku juga minta maaf.. karena udah gak percaya sama kamu.. aku juga cinta kamu Stefan" setelahnya Sabrina mencium pipiku dan memeluk dadaku erat hingga akhirnya kami tertidur karena kelelahan. Semoga saja esok hari dan hari-hari yang akan datang rumah tangga kami semakin harmonis.




......................







Hari ini rasanya suasana hatiku sangat baik setelah kami berbaikan dan kembali bercinta. Rasanya aku sudah memiliki dunia dan seisinya bahkan suasana hati yang memburuk pun sirna begitu saja. Ternyata bercinta sangat dahsyat untuk kondisi mentalku. Tentu saja aku juga mengajar dengan perasaan bahagia hingga para murid terheran-heran karena aku yang selalu tampak dingin dan judes terlihat banyak tersenyum pada hari ini. Mungkin mereka menganggapku gila tapi tentu saja aku tidak peduli.

"Oke murid-murid jadi untuk deret Fibonacci tinggal ditambahkan angka di sebelahnya seperti 1 tambah 1 jadi 2, lalu 2 tambah 1 3, lalu 3 ditambah 2 jadi 5 begitu seterusnya sehingga deretnya menjadi 1,2,3,5,8,13,21.... mudah kan?" Ucapku sambil menulis di papan tulis.

Semua murid murid tampak serius karena sebentar lagi ujian akan dimulai. Untungnya SMA Pelita Dunia memang hanya menerima murid yang cerdas saja sehingga sangat minim murid yang nakal. Bahkan bisa dihitung jari siapa saja murid yang nakal, itu pun dengan pengawalan yang ketat.

Setelah selesai mengajar matematika, ku lihat rossy kembali menelpon dan mengatakan Damian sakit lagi. Tanpa membuang banyak waktu aku datang ke rumahnya dan Damian sedang tertidur lemas. Bocah ini demam dan Rossy tentu saja tampak panik, karena bingung akhirnya aku segera membawa Damian ke rumah sakit. Semoga saja Damian tidak sakit parah karena aku ingin dia ceria kembali.

Setelah di periksa ternyata Damian hanya demam biasa dan aku pun merasa lega. Mungkin aku saja yang terlalu khawatir dan overthinking...

"Stefan mari kita bawa Damian ke rumahmu dan kami menginap disana" ucap Rossy tiba-tiba dan membuatku kaget.

"Tapi kenapa harus di rumahku?" Sungguh tak ku mengerti.

"Damian sakit dan dia harus dekat ayahnya.. jangan lupa kamu itu ayahnya!!" paksa Rossy yang membuatku lelah.

"Baiklah tapi aku tidak bisa mengizinkan kalian menginap lebih dari satu hari" balasku mengalah dan akhirnya aku mengemudikan mobil untuk pulang ke rumah.

Saat sampai di rumah ternyata Sabrina sudah pulang. Dia melihatku bersama Damian dan Rossy.. raut cemburunya tidak bisa disembunyikan tapi aku juga bingung harus bagaimana... sungguh bukan keinginanku juga membawa Rosy dan Damian ke rumah.

"Sayang... Damian sakit dan akan menginap di rumah kita hanya untuk malam ini" ucapku menjelaskan semuanya pada Sabrina.

"Tapi kenapa harus di rumah kita??" Jawab Sabrina keberatan.

"Damian itu anak Stefan dan kamu sebagai istrinya tidak boleh menghalangi hubungan ayah dan anak!!" tiba-tiba Rossy ikut bicara pada Sabrina dan suasana mulai ricuh.

"Kalau memang anak itu anak Stefan bukannya harusnya dia aja yang menginap kenapa kamu juga harus ikutan? Kamu masih suka kan sama Stefan???" Balas Sabrina mulai emosi dan aku mengusap tangannya berharap dia tenang namun dia malah menepis sentuhanku.

"Gadis kecil seperti kamu tau apa soal cinta??" jawab Rossy sengit dan mereka mulai bertengkar.

"Hentikan!! Rossy bawa Damian ke kamar tamu dan jangan ikut campur urusan rumah tanggaku!!" geram sekali rasanya mendengar Rossy malah mempersulit semuanya.

"Bisa bisanya Stefan kamu jatuh cinta dengan gadis yang belum dewasa dan labil!"

Rossy segera membawa Damian pergi ke kamar tamu dan aku segera membawa Sabrina ke kamar kami. Sangat tidak etis urusan rumah tangga diketahui oleh orang lain bukan? Semoga saja Sabrina bisa mengerti karena ini adalah situasi yang sulit juga bagiku....



Bersambung...........

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang