Jangan malu malu nge vote!
Sabrina
Setelah kecewa karena Stefan tidak mengatakan bahwa dia mencintaiku tentu saja aku mulai menghindarinya. Sebenarnya aku begini karena tidak siap jika pada akhirnya kami tidak bersama lagi di kemudian hari. Kerisauan hati ini tentu sangat beralasan, Stefan banyak disukai kaum hawa karena ketampanannya. Bahkan satu SMA sudah mendambakannya terlebih pernikahan kami sifatnya rahasia sehingga banyak yang menganggap dia masih single. Memikirkannya saja sudah membuatku pusing oleh sebab itu aku lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-teman daripada harus bersama Stefan.
Ditengah kekalutan ini, Jefan salah satu teman cowok di sekolah meminta supaya aku mau mengajarinya bahasa inggris. Meski aku payah di bidang matematika namun jangan meremehkanku karena aku jago bahasa inggris dan beberapa kali pernah menang debat bahasa inggris di lomba-lomba yang diadakan di sekolah.
"Bri kalau kamu ngajarin aku tiap hari pasti aki bakal pinter nih bahasa inggris!!" sambil tertawa lebar nampaknya Jefan sangat senang karena aku mau mengajarinya.
"Kalo kamu belajar sama aku tiap hari yang ribet malah aku!!" Dengan gemas aku menjitak kepalanya pelan sambil bercanda.
Setelah kami selesai belajar di perpustakaan tentu kami harus kembali ke kelas karena ada jamnya bu Sonya. Namun di dalam perjalanan menuju kelas Jefan bilang ingin bicara suatu hal yang menurutnya serius. Dengan keheranan aku menuruti kemauannya dan kini kami berada di belakang kelas.
Kupikir Jefan mau membicarakan apa ternyata dia bilang suka padaku. Awalnya tentu saja aku kaget tapi aku kemudian menolaknya secara halus dan tidak mungkin aku menerimanya di kala aku sudah menikah.
Ngomong-ngomong setelah perseteruanku dengan Stefan kini kami berbaikan tentunya. Bahkan keinginan supaya Stefan bisa menciumku dia kabulkan. Ciuman pertamaku dengannya sangat mendebarkan dan Stefan menciumku sangat agresif. Ciumannya sendiri membuat tubuhku terasa panas apalagi dia memainkan lidahnya. Aku yang masih polos ini tidak tahu bagaimana cara merespon ciumannya. Ketika dia memainkan mulutku dengan lidahnya aku hanya diam saja.
Sensasi ciuman pertamaku sangat menyenangkan, aku bersorak dalam hati dan perasaanku mulai menghangat saat Stefan memelukku setelah kami berciuman di sekolah.
Saat sampai di rumah aku melihat banyak pakaian Stefan yang kusut dan belum ku setrika. Karena itu setelah mandi sore harinya aku berniat untuk menyetrika pakaian suamiku ini agar besok hari dia bisa bekerja dengan penampilan rapi. Tapi di tengah-tengah sedang bekerja, Stefan memelukku dari belakang, mencium leherku gemas dan menenggelamkan wajahnya di leherku. Deru nafasnya membuatku sangat merinding tentu saja dan saat mulai protes dengan apa yang dia lakukan dia malah membalikan tubuhku dan mulai menciumku lagi.
Ciumannya kali ini lembut dan pelan-pelan sehingga dengan malu-malu aku membalasnya. Namun lama-lama ciumannya menjadi semakin intens dan semakin kasar, tidak berhenti sampai sana Stefan mulai mencium pipi lalu telingaku. Dia menjilat telingaku dan terus turun menuju leher. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dan hanya diam mematung. Stefan mulai mencium leherku dan menggigitnya pelan. Bajuku yang memiliki kerah rendah tentu saja memudahkan segalanya, dia menurunkan bajuku sampai ke bahu. Lalu setelahnya ciuman Stefan sampai ke bahuku, karena tidak tahan dengan semua ini aku mulai mendesah.
Tiba-tiba Stefan menghentikan kegiatannya dan menjauhkan diri dariku. Ku lihat pipinya memerah dan dia mengusap wajahnya lalu dia meminta maaf. Saat aku hendak membalas ucapannya Stefan malah buru-buru pergi ke kamar dan menepis tanganku lalu meninggalkanku sendirian.
.................................
Keesokan harinya Stefan seperti biasa masak pagi-pagi sebelum berangkat sekolah dan dia menyambutku dengan senyuman. Karena kejadian semalam tampaknya kami sedikit canggung dan tidak membuka obrolan saat sarapan. Memang sih sentuhannya tadi malam terasa begitu intim dan mengingatnya saja aku merasa panas dingin.
