15 - Being posessive

506 31 5
                                    

Author mohon untuk memberi vote pada cerita ini, kan sudah gratis tinggal membaca jadi mohon dong dukungannya dengan memberi vote!







Stefan

Bagaimana bisa Damian tiba-tiba saja jadi anakku padahal aku sudah tidak berjumpa dengan Rossy bertahun-tahun lamanya. Semua berita ini sangat mengejutkan dan membuat otakku pusing bukan main. Dengan menghela nafas panjang aku mulai memijat kening dan meminta penjelasan lebih lanjut pada Rossy.

"Bagaimana bisa aku ayahnya Damian sedangkan kita udah lama gak ketemu?" Tanyaku pada Rossy sambil menatapnya tajam.

"Usia Damian sekarang 5 tahun dan kita pun putus 6 tahun lalu Stefan" jawab Rossy.

"Kalau begitu kenapa kamu gak ngasih tahu aku saat itu tengah hamil?" Tanyaku keheranan tidak percaya dengan keadaan ini.

"Kita udah lost contact... tentu aja aku gak bisa kasih tahu kamu..."

Rasanya jawaban Rossy tidak membantu sama sekali, malah membuat otakku semakin pusing. Terlebih yaang ada di otak ini hanyalah bagaimana cara mengatakan semuanya pada Sabrina mengenai Damian. Aku yakin dia akan sangat kecewa dan aku jelas tidak suka melihatnya bersedih. Apalagi Sabrina masih SMA dan belum bisa mengatasi masalah dengan dewasa, bisa-bisa dia malah membenciku.

"Aku gak bisa mengakui Damian sebagai anak tanpa mengatakan masalah besar ini sama istriku!!" balasku dengan mantap.. meski sulit tentu saja Sabrina harus tahu masalah ini bukan?

"Tentu saja, jangan lupa kamu juga harus mengenalkan siapa istri kamu"

"Dengan syarat kamu gak mengatakan pada siapapun tentang pernikahanku ini" jawabku frustasi, bisa gila aku jika Rossy membocorkan pernikahan dengan Sabrina pada orang banyak.

"Ada apa ini Stefan? Kamu gak mungkin nikah sama anak dibawah umur kan?" Tanya Rossy yang sangat tepat sasaran dan membuat wajahku pias.

"Jadi beneran kamu nikah sama anak kecil?" Rossy kembali bertanya sambil membulatkan matanya hingga membombardirku dengan pertanyaan ini dan aku hanya menghela nafas panjang tidak mengatakan apapun.

"Rahasiakan ini semua Rossy" ucapku memohon.

"Tentu saja dengan syarat Damian bisa punya ayah...."

Entahlah rasanya aku sedikit tidak mempercayai Rossy. Namun aku tahu jika Rosssy bukan orang yang suka membocorkan rahasia orang lain. Tapi sebelum mengakui Damian tentu aku harus melibatkan Sabrina karena kami merupakan pasangan suami istri, masalahnya aku tidak tahu bagaimana memberi tahu dia tanpa menyakiti hatinya.




.........................







Sorenya aku memutuskan membawa Rossy ke rumah untuk dikenalkan langsung pada Sabrina. Namun rencanaku gagal karena Rossy malah langsung memberitahu Sabrina soal Damian. Tentu saja Sabrina marah dan berakhir menjauhiku begitu saja padahal kami baru menikmati indahnya malam pertama setelah ribuan purnama.

Setelah masalah kemarin aku belum lagi bertemu Rossy dan semua panggilan serta pesannya tidak ku balas. Sebelum mengurusi masalah Damian tentu saja aku harus menyelesaikan masalah dengan istriku dulu. Namun runyamnya masalah ini malah membuatku terdiam melamun berlama-lama di kantor. Bahkan aku tidak maksimal dalam mengajar dan berkali-kali salah dalam menghitung di pelajaran matematika. Tidak bisa dibiarkan masalah ini terus berlarut-larut.

Tak terasa sudah pukul 3 sore dan aku harus mendatangi rapat guru di ruang multimedia. Dalam perjalanan ku lihat Sabrina kembali akrab dengan Jefan yang tentu saja membuatku marah dan emosi. Namun aku berusaha tenang dan fokus pada rapat saja karena aku tidak mau masalah pribadi membuat profesionalitasku sebagai guru jadi berkurang.

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang