5 - I just love you

443 25 19
                                    

Mohon memberikan dukungannya......





Stefan

Setelah hampir kebablasan tempo hari suasana kami di rumah pun sedikit canggung. Aku merutuki diri sendiri karena bisa-bisanya hampir melakukan tindakan tak senonoh pada gadis berusia 17 tahun. Meski dia berstatus istriku tapi dilema ini tampaknya kian sulit untuk diatasi.

Tidak ingin terlalu banyak berpikir aku pun menyibukkan diri dengan memeriksa tugas para murid. Hingga tiba saatnya aku harus mengajar di kelas Sabrina, meski tadi pagi suasana diantara kami sedikit canggung aku tetap berusaha profesional saat mengajar. Memang sudah seharusnya urusan pribadi dan pekerjaan dipisah bukan?

Dengan imej serius aku mengajar sebaik mungkin dan aku sedikit menyinggung Sabrina sebenarnya karena dia sering tidur dan melamun di kelas tentunya harus aku tegur. Alhasil selama pembelajaran berlangsung Sabrina tampak berusaha keras tidak mengantuk dan aku tertawa dalam hati. Tampaknya sudah saatnya aku mengajari sabrina matematika kalau tidak dia akan kesulitan lulus SMA kelak.

Setelah bel berbunyi pembelajaran pun selesai dan aku pergi dari kelas sabrina menuju ruang guru. Namun aku lupa dan seharusnya pergi ke ruang multimedia untuk mengadakan rapat bersama kepala sekolah. Oleh sebab itu aku kembali dan dalam perjalanan aku malah melihat Sabrina dengan bocah laki-laki yang menyatakan suka padanya kemarin. Dia terlihat akrab dengan bocah itu dan sedikit membuatku tak nyaman.

Aku menatap mereka datar karena bisa-bisanya bermesraan di sekolah. Apa mungkin Sabrina lupa kalau dia sudah menikah denganku? Atau mungkin cecunguk sial ini yang terus-terusan mendekati Sabrina? Di tengah kemungkinan-kemungkinan itu aku lebih baik fokus dahulu pada rapat sekolah yang membicarakan soal pentas seni.

Setelah agenda rapat selesai dan sekolah mulai sepi aku memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang aku melihat dres cantik warna merah muda dan tampaknya dress tersebut sangat cocok untuk Sabrina. Akhirnya aku turun sejenak dari mobil dan membeli dress tersebut untuk istriku. Dalam hati aku berandai-andai kapan Sabrina tumbuh menjadi wanita dewasa yang menawan. Aku yakin dia akan menjadi seorang wanita cantik seperti ibunya saat dewasa kelak. Jelas aku hanya harus bersabar sampai momen itu terjadi bukan?

Setelah sampai rumah ternyata Sabrina menunggu di halaman rumah kami. Saat aku turun dari mobil dia langsung memeluk dan ku balas pelukannya dengan ciuman di puncak kepalanya dua kali berturut-turut. Aku sangat suka saat sabrina bermanja-manja denganku.

"Kamu gak marah lagi kan sama aku?" Setelah melepas pelukan dia bertanya dan mata bulatnya yang cantik terlihat lucu nan menggemaskan.

"Kenapa aku harus marah? Kamu gak berbuat salah..." sambil berpegangan tangan kami berdua masuk rumah.

"Hmm... itu soalnya kan tadi di sekolah aku sama Jefan..." dengan ragu-ragu Sabrina berbicara denganku. Ah, tampaknya karena masalah itu....

"Kamu cinta sama aku?" Aku bertanya padanya dan ingin melihat bagaimana responnya.

"Tentu aja aku cinta sama kamu Stefan, cinta banget malah... tapi kamu gak cinta sama aku..." dengan sedih Sabrina menjawab pertanyaanku.

"Maaf terlalu lama bikin kamu nunggu... aku harus mastiin dulu perasaan aku sama kamu apakah memang cinta atau bukan. Tapi sekarang aku yakin kalau aku juga cinta sama kamu" aku berkata dengan sungguh-sungguh meski jarak usia kami sangat jauh aku tidak peduli, toh suatu hari nanti Sabrina akan tumbuh dewasa dan aku sangat menantikannya.

Dengan berkaca-kaca sabrina mendekat padaku, dia duduk di pangkuanku dan memeluk sangat erat sampai air matanya jatuh. Sabrina menangis tersedu-sedu didalam pelukanku. Kenapa dia malah menangis saat aku mengatakan perasaan yang sebenarnya ya?

PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang