°Ia lahir untuk sang Mawarnya. Memeluk dengan erat walau sakit di durinya menggores hati berliannya.°
*~*Aroma minyak aromaterapi menusuk indera penciuman Ness yang samar-samar. Mata sayu nan lelah terbuka perlahan memerhatikan sekitarnya. Ruangan serba putih dengan gorden yang menutupi tempat dia terbaring sekarang sedikit mengejutkannya.
Isi kepalanya bertanya-tanya, bagaimana bisa dia berada di UKS? Siapa yang membawanya kemari?
Pertanyaannya pun terjawab ketika Mrs. Carol datang untuk memeriksanya. "Kau sudah siuman, Alexis? Apa keluhan yang kau rasakan sekarang?"
"Sedikit pusing," jawab Ness sengau.
Mrs. Carol tersenyum, sedikit mengelus kepalanya. "Kau pasti bingung, bagaimana bisa ada di sini? —Teman sekelasmu yang membawamu kemari."
Selagi berbicara, Mrs. Carol tetap memeriksa suhu tubuh Ness yang sedikit menurun. "Aku belum pernah melihatnya, kurasa dia adalah anak baru di kelasmu."
Ness tertegun. Cukup tidak menyangka jika Kaiser yang membawanya ke UKS. "Dimana dia sekarang?"
Mrs. Carol memegang pipinya dengan telunjuk, mengingat-ingat kemana perginya Kaiser setelah membawa Ness. "Dia sempat menemanimu sebentar, lalu, wali kelasmu memanggilnya. Katanya, dia sudah ditunggu keluarganya."
Ness kecewa. Dia ingin berterimakasih pada Kaiser, tetapi semoga di lain kesempatan dia bisa berterimakasih padanya. Dadanya berdegup kencang, merasakan sesuatu yang sangat menggebu-gebu.
°^°^^°^°
Namun, sudah seminggu lamanya Ness menunggu Kaiser hanya untuk mengatakan terima kasih, tak kunjung bertemu dengannya. Di rumahnya pun dia tidak ada; lampu kamarnya selalu mati. Wali kelas juga tidak mengetahui alasan Kaiser absen selama seminggu ini.
Ness bimbang. Dia harus melakukan apa? Ingin berkunjung ke rumah Kaiser, dia merasa sungkan karena tak akrab.
Setelah menunggu 10 hari lamanya, yang ditunggu datang jua. Ness bertemu lagi dengan Kaiser yang kini sedang duduk menekuk lutut di bawah pohon Cemara. Tanpa pikir panjang kakinya segera melaju turun keluar rumah.
Langkah kakinya berhenti beberapa meter dari Kaiser. Memerhatikan baju yang dipakai Kaiser serba hitam.
Bibir Ness sedikit terbuka ingin menyapa. Lantas dengan suara gugupnya, dia memanggil, "h-hai ..."
Mendengar ada yang menyapa, kepala Kaiser mendongak, sedikit memicingkan matanya yang memerah supaya bisa melihat dengan jelas siapa bocah yang ada di hadapannya itu.
Ness seolah paham melalui mata merah Kaiser. Dia sedang bersedih. Tetapi tidak membuatnya berhenti untuk berucap.
"Aku ... Alexis Ness, terima kasih sudah membantuku yang sakit beberapa hari yang lalu."
Kaiser tak menjawab, dia kembali membenamkan kepalanya ke lutut. Ness sedikit mendekatkan langkahnya, hingga suara parau dari Kaiser membuatnya berhenti lagi.
"Jangan mendekat."
Tetapi Ness membantah, dia langsung mengambil posisi duduk di samping Kaiser dan bocah itu sedikit menggeser tubuhnya.
"Kenapa kau tidak mendengarkan ku?" Suara sengaunya sangat menyusahkan. Kedua matanya semakin sembab.
"Aku hanya ingin duduk. Karena aku juga sering berdiam diri di sini untuk menjernihkan pikiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
TATTOO || KAISER NESS ✅
Fanfictionᴡʀɪᴛᴇ : sᴇᴘᴛᴇᴍʙᴇʀ 2023 ᴇɴᴅ : ғᴇʙʀᴜᴀʀɪ 2024 Garis takdir menyerupai tato mawar biru muncul dengan misterius membawa rasa sakit seperti disayat perlahan-lahan. Ness tidak tahu bagaimana tato ini bisa muncul di punggungnya tanpa sebab. Dia menjadi kere...