Pertengkaran kecil antara aku dan Kaiser dimulai lagi, dan sensasi panas di punggungku kembali menjalar. Dua helai daunnya telah hilang. Aku mulai sedikit terbiasa dengan rasa sakit ini dan tidak sampai kehilangan kesadaran.
Entah aku harus bangga karena berjaya menahannya, ataukah ini hanya sebuah keberuntungan nasib. Setelah rasa sakit yang mendera ini usai, diam-diam aku perhatikan Kaiser yang sudah terlelap lebih dulu.
Lalu pergi keluar asrama menemui Peramal itu untuk menuntaskan rasa penasaran yang tak tertahankan ini, aku harus segera menyelesaikan masalah ini agar besok saat latihan aku tidak menyusahkan Kaiser dan Timku lagi.
Beruntung satpam Akademi mengizinkanku untuk keluar dengan syarat harus kembali sebelum jam 9 malam. Masih ada sisa waktu 1 setengah jam sejak aku keluar, aku melihat peramal bernama Snuffy itu masih berada di tempat yang sama.
Pria itu mendongak melihatku yang ngos-ngosan demi menemuinya lagi. Selarik senyum tipis terukir dari sudut bibirnya seakan dia sudah tahu kedatanganku kemari.
"Apa yang bisa aku bantu, Tuan Muda Alexis~"
Aku mengernyit heran, bagaimana orang ini tahu namaku? Aku belum pernah berkenalan dengannya."Apa maksud anda? Aku belum sempat berkenalan." Lagi-lagi dia tertawa seakan pertanyaanku adalah sebuah lelucon.
"Kau sangat terkenal di Langit," katanya, membuatku langsung duduk di kursi kecil dan mendengarkannya dengan seksama. "Seorang pemuda kecil sebatang kara yang merupakan seorang Healer terbaik di wilayahnya—"
Rasanya degup jantungku berdebar lebih kencang dari biasanya, Peramal ini mengatakan sesuatu yang mirip dengan kejadian di mimpiku. Dari awal hingga akhir, dia menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat. Bagaimana orang ini bisa tahu semua itu?
Setiap bagian dari ceritanya menampilkan kembali mimpi itu ke dalam ingatanku. Menusuk secara perlahan-lahan memaksaku mengingatnya lagi."Jadi, apa kau sekarang sudah mengingatnya? Janjimu itu dan penyebab munculnya tatomu itu."
Dalam keheningan sesaat aku menetralkan kecemasanku, menghubungkan segala ingatan mimpiku menjadi satu hingga gambaran yang aku dapatkan terpampang jelas. "Jadi, suara yang mengabulkan sumpahku itu memberikan tato ini sebagai waktu kelanggengan persahabatan antara aku dan Kaiser?"
Dia mengangguk. "Lalu, apa hubungannya dengan menyuruhku untuk selalu bahagia? Selama ini aku sudah sangat bahagia dengan Kaiser."
"Nak, apa kau tidak menyadari setiap dia marah padamu dan kau merasa sakit hati, tato itu selalu memberikan reaksi, betul 'kan?" Kali ini aku benar-benar tersentak. Jika aku kembali mengingatnya lagi, bahkan pertengkaran yang baru saja terjadi, aku memang merasakan reaksi tato ini saat setelah bertengkar dengan Kaiser.
"Karena itu, nak, bahagia yang dimaksud adalah jangan sampai kau sakit hati karena sahabatmu. Juga, sahabatmu itu harus menjaga sikapnya untuk tidak berlebihan menyakitimu. Semakin kau tersakiti, usiamu akan semakin terkuras karenanya."
Suara gemuruh di langit mengisi keterkejutan diriku yang mematung. Semilir udara dingin menelusup masuk ke leherku menimbulkan sensasi geli di tengkuk memaksaku untuk mengusapnya. Tidak pernah aku berpikir jika tato ini akan memberikan dampak begitu besar untuk usiaku.
"Itu ... itu konyol." Benar-benar konyol. Mengapa aku harus diberi takdir kematian yang disebabkan oleh Kaiser? Bukankah itu jahat?
"Kenapa harus begitu?" tanyaku memelas padanya.
"Di kehidupan pertama Kaiser adalah orang yang baik, sahabat terbaikku dimasa lalu maupun sekarang." Ini adalah nyatanya.
Namun, Peramal Snuffy malah memandangiku dengan tatapan simpatiknya. Apa yang salah dengan perkataan ku?
KAMU SEDANG MEMBACA
TATTOO || KAISER NESS ✅
Fiksi Penggemarᴡʀɪᴛᴇ : sᴇᴘᴛᴇᴍʙᴇʀ 2023 ᴇɴᴅ : ғᴇʙʀᴜᴀʀɪ 2024 Garis takdir menyerupai tato mawar biru muncul dengan misterius membawa rasa sakit seperti disayat perlahan-lahan. Ness tidak tahu bagaimana tato ini bisa muncul di punggungnya tanpa sebab. Dia menjadi kere...