CHAPTER 11 : Sand Hourglass

313 44 13
                                    

°Segelintir batang berduri itu memudar. Memberikan rasa sakit yang tajam nan panas.°

*~*

Dada Ness berdetak tak karuan, sejak dia masuk ke dalam kamar. Pikirannya tak berhenti memikirkan Kaiser, apalagi setelah mendengar ceritanya kemarin malam malah membuat hatinya semakin dilanda ketakutan.

Bagaimana seorang Ayah melakukan itu pada putranya sendiri? Pikirnya waktu itu, tak habis pikir membayangkan sosok tangguh yang seharusnya menjadi pelindung keluarga malah menitipkan trauma kepada anaknya.

Meski Kaiser telah meyakinkan dirinya akan baik-baik saja, dia tetap resah memikirkannya. Berkali-kali dia menunggu pesan dari temannya, tidak ada kabar sama sekali.

"Apa dia langsung tidur?" gumamnya walau tidak yakin Kaiser akan langsung tidur setelah pulang sekolah.

Tanpa buang waktu lagi, Ness segera pergi ke rumah Kaiser bersamaan dengan kedatangan Kakak ke-2 Kaiser yang baru pulang dari Study Tour nya.

"Oh, Ness, ada apa? Kau terlihat terburu-buru," tanyanya penasaran.

Ness memiringkan kepalanya, "bukankah Kakak baru akan pulang besok?"

"Ah, benar, ada perubahan jadwal mendadak." Kaizen merangkul bahunya dan membawanya masuk ke rumah.

"Kau senang berteman dengan Kaiser?" Dia bertanya sebelum membuka pintu. Ness mengangguk kuat, tanda dia sangat senang berteman dengan Kaiser.

"Syukurlah, aku berharap kalian akan terus bersama. Dia itu belum pernah berteman dekat dengan siapapun selain dirimu, kau tahu sendiri 'kan sikapnya yang ketus apabila bertemu orang asing? Cuma kau yang bisa sedekat ini dengannya, thank you, Ness," ucapnya semakin mengeratkan pelukannya.

Wajah Ness memerah seperti kepiting rebus, tidak pernah dia mengharapkan ucapan serta pujian dari orang lain.

"Hm, tumben sekali sepi?" Kaizen memanggil Kaiser, tetapi tidak ada jawaban dari adiknya. Itu aneh untuknya, jarang sekali Kaiser tidak menjawab panggilannya.

Ness juga ikut memanggil Kaiser, lalu pintu kamar dari lantai atas terbuka sangat keras; menampilkan Kaiser yang berpakaian rusak seperti habis dirobek paksa. Dia berlari menuruni tangga dengan tergopoh-gopoh, segera bersembunyi dibalik punggung Ness.

Kaizen kebingungan melihat pakaian adiknya acak-acakan, melihat adanya tanda kemerahan di leher bocah itu-mata Kaizen langsung memerah.

"Siapa yang melakukan ini?" tanya Kaizen tegas.
Sementara Kaiser masih dirundung ketakutan.

"Kai, katakan padaku!" sergahnya segera dilerai oleh Ness. Emosi hanya akan mempersulit keadaan, Ness meminta Kaiser duduk di sofa dan menyelimuti tubuh itu dengan jaketnya dan dia berusaha menjelaskan kepada Kaizen; apa yang sudah terjadi pada temannya ini?

Kaizen pasti tidak akan percaya dengan ungkapan Ness, tetapi melihat kondisi adiknya sekarang telah membuktikan ucapannya adalah kenyataan.

Langkah kakinya bergerak tegas menaiki anak tangga menuju kamar adiknya. Pintu yang sempat tertutup, kembali terbuka kencang tatkala kaki jenjangnya menendang hingga figura dinding jatuh dari tempatnya.

Razen tahu apa yang akan dia terima melihat putra tengahnya sudah datang dengan urat-urat yang menonjol di kepalan tangan. Satu umpatan menggema disertai suara pukulan yang beradu.

Dari lantai bawah, Ness hanya bisa menenangkan Kaiser yang menatap kosong keramik rumahnya.

"Kai, are you alright?" tanyanya, "mau ke rumahku?"

TATTOO || KAISER NESS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang