Seperti yang telah disusun dalam rencana mereka kemarin, Kaiser bersiap untuk mengambil inisiatif dalam membalas perbuatan mereka terhadap Ness.
"Siapa selain Ron yang membullymu?" tanyanya kemarin lusa.
"Andra dan Joseph, mereka bertiga yang selalu membullyku," jawab Ness, dengan jelas dipahami oleh Kaiser.
Tiga sosok itu tidak lebih dari figur tanpa arti baginya; Kaiser dapat melihat itu sejak pertama kali berkenalan. Mereka hanyalah kroco-kroco pengecut yang berani menindas anak-anak lemah dan polos.
"Pagi, Alexis, Kaiser!" sapa Andra, si Rambut Hitam klamis, dengan senyuman dibuat-buat, mencoba memberikan kesan baik di mata Kaiser.
Kaiser merasa jijik melihat senyum palsu itu.
"Hai, Kai, kenapa kemarin lusa kau absen?" sahut Joseph, si Rambut Blonde ikal, merangkul bahunya dengan akrab. "Kita ingin mengajakmu ke pameran hari Minggu kemarin, sayangnya, di hari Sabtu kau tidak masuk."
Kaiser memutar bola matanya; dia bahkan tak sudi menerima ajakan mereka ke pameran atau di mana pun.
"Hei, bro, ayo beri kami nomormu, Alexis tidak mau memberikan nomormu. Katanya tidak punya, padahal kalian sangat dekat, dia itu pelit sekali," timpal Ron, si Rambut Coklat, sesekali melirik Ness yang tidak berani menatap mereka. Bibirnya menyunggingkan senyum licik.
"Astaga, Alexis! Apa yang terjadi dengan wajahmu?" serunya, menggiring dramatisasi sehingga beberapa murid yang mengenali Ness memperhatikan dengan tajam.
"Ah, pasti sangat menyakitkan," godanya, sengaja menyentuh bagian bengkak di wajahnya.
Tanpa di sadari oleh mereka, tangan Kaiser melayang dengan semangat, menyentuh wajah Ron hingga membuatnya terduduk di lantai, memegangi bibirnya. Semua mata tertuju pada Kaiser yang dengan tegas menghadapi Ron dan dua temannya.
"Anak s*alan! Kalian keledai pengecut berani membully temanku sampai babak belur? Hanya karena dia memiliki senyum aneh? Dasar gila." Dadanya naik-turun setelah berhasil menaklukkan ketiga bocah pembully demi membalaskan dendam untuk Ness.
"Kalian pengecut! Berani menyiksa anak orang di luar sekolah karena takut disidang.—Jangan merengek kesakitan hanya karena beberapa pukulan, s*alan!" serunya, sambil menendang tubuh Andra yang sesenggukan.
"Lihatlah, temanku ini!" ucapnya, menarik Ness ke sisinya dan menunjukkan wajah lebamnya kepada semua orang. "Tiga tahun ditindas sampai seperti ini, dia mampu menahannya. Dia bahkan pingsan tiga jam gara-gara kalian! Sementara kalian sendiri ..."
Kaiser kembali menendang tubuh mereka satu per satu, "ini baru pertama kalinya kalian menerima pukulan, kan? Baru sebegitu saja kalian sudah menangis seperti bayi. Memalukan!"
"Kai, sudah cukup," bisik Ness, tak suka menjadi pusat perhatian orang-orang.
Tidak lama setelah mendapat laporan dari beberapa siswa, wali kelas Ness datang untuk melerai dan membawa mereka ke kantor Kepala Sekolah.
°^°^^°^°
Sir Griffith memijat pangkal hidungnya melihat 5 murid datang ke kantornya dengan kondisi babak belur. Akar permasalahan mereka sama sekali tidak tercatat dalam laporan dari siapapun yang menjadi saksi. Setelah mendengar penjelasan dari Ness dan Kaiser, baru beliau memahami dan kemudian meminta maaf atas keterlambatan serta kelalaian pihak sekolah dalam menertibkan kedisiplinan murid-muridnya.
Dari kejadian ini, Sir Griffith mengadakan rapat dadakan dengan seluruh guru untuk memperketat keamanan dan kenyamanan para murid, sekaligus menambah jumlah CCTV di area luar sekolah, termasuk hutan belakang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TATTOO || KAISER NESS ✅
Fanfictionᴡʀɪᴛᴇ : sᴇᴘᴛᴇᴍʙᴇʀ 2023 ᴇɴᴅ : ғᴇʙʀᴜᴀʀɪ 2024 Garis takdir menyerupai tato mawar biru muncul dengan misterius membawa rasa sakit seperti disayat perlahan-lahan. Ness tidak tahu bagaimana tato ini bisa muncul di punggungnya tanpa sebab. Dia menjadi kere...