3 : Lipstick

3.4K 635 35
                                    

Leisha terlonjak kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leisha terlonjak kaget. Kesadarannya seolah ditarik paksa ketika alarm di ponselnya menjeritkan nada yang keras. Perempuan itu sontak saja langsung meraba-raba sekitar ranjang, lalu mematikan ponsel tersebut.

“Uh, sial …” Leisha memejamkan mata sejenak, memijit dahinya yang terasa agak nyeri. Semalam ia sengaja menyetel alarmnya untuk berbunyi pada pukul lima pagi. Ingat? Ia harus pulang sebelum Seth terbangun.

Namun sialnya, saat ini Leisha tidak bisa langsung beranjak. Ia masih membutuhkan sedikit waktu untuk meredakan pening. Ia tahu bahwa semalam ia telah menenggak minuman beralkohol. Hanya saja ia lupa, sudah berapa banyak yang ia konsumsi. Memori terakhirnya berhenti saat ia memasukkan red wine ke dalam kerongkongan pada denting gelas kelima, setelah itu—kosong. Leisha yakin semalam ia langsung tidur karena mabuk, dan yang memindahkannya ke ruang kamar ini tentu saja adalah Jeisson.

Setelah peningnya berkurang, Leisha mulai bangkit. Ia menyeret kaki pelan-pelan menuju toilet untuk membasuh wajah dan juga menggosok gigi. Leisha baru ingat bahwa semalam, ia lupa tidak mencuci pakaiannya yang basah. Perempuan itu lantas menyapukan pandang ke sekeliling toilet, mencari-cari letak pakaian yang sudah ia masukkan ke dalam ember. Di mana benda tersebut? Apa jangan-jangan Jeisson sudah mencucinya?

Leisha buru-buru menyelesaikan kegiatannya, mengeringkan wajahnya dengan handuk, lalu melangkah dan membuka pintu kamar dengan hati-hati. Ia khawatir Jeisson akan terbangun dari tidur jika ia membuat banyak suara. Walau Jeisson tidur di kamar sebelah, tetap saja Leisha cemas akan terdengar.

Leisha membuat satu buntalan cantik pada rambut panjangnya seraya mengayunkan tungkai di koridor penthouse. Namun mendadak, langkahnya terhenti melihat presensi seseorang yang tengah duduk di sofa; menghadap televisi, membelakanginya. Perempuan itu menautkan alis. “Je?”

“Oh?” yang dipanggil lantas menoleh. “Kau sudah bangun?”

Leisha melangkah ke arah Jeisson masih dengan kontur wajah bertanya-tanya. Ia melirik ke atas meja di hadapan sofa. Sudah tidak ada gelas-gelas dan botol kosong di sana. Hanya ada sebuah tas kertas dan juga pakaian kering yang sudah dilipat rapi. “Kau tidak tidur?”

“Aku tidur. Tapi sudah bangun.”

Leisha memiringkan kepala. “Semalam … aku tidur jam berapa, ya?”

“Kau tertidur pukul dua setelah cukup banyak minum, jadi aku langsung memindahkanmu ke kamar. Aku tidur di kamarku sendiri setelah memindahkanmu dan mencuci pakaianmu.”

“Ah …” Leisha tersenyum kaku, memegang tengkuknya dengan canggung. “Terima kasih. Maaf, aku banyak sekali merepotkanmu.”

Jeisson menyunggingkan senyum tipis, menarik lembut pergelangan tangan Leisha agar perempuan itu duduk di sisinya. “Kau ingin langsung pulang?”

Leisha meraih setumpuk pakaiannya untuk ditempatkan di atas pangkuan. “Ya. Aku harus pulang sebelum Seth terbangun. Aku harus menyiapkan pakaian kerja untuknya.”

Feign✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang