[M] Berawal dari dikenalkan oleh teman masing-masing, Leisha Carrington dan Seth Livingston akhirnya memutuskan untuk menikah pada tahun berikutnya.
Leisha merasa senang-senang saja walau mereka belum lama saling mengenal. Seth adalah tipikal laki-l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Leisha dan Jeisson baru saja tiba di rumah kabin usai berbelanja bahan makanan dan juga beberapa lembar pakaian. Mereka berencana untuk berada di tempat ini sampai satu minggu ke depan, sebelum akhirnya Leisha bersiap untuk menghadapi Seth.
"Okay, kali ini biarkan aku yang memasak," tutur Jeisson seraya membongkar barang belanjaan di atas meja makan.
Leisha mengangkat satu alis, memasang senyum mengejek di sana. "Serius?"
"Ya." Jeisson tertawa. Ia meletakkan atensi sepenuhnya pada Leisha, menangkup pipi sang gadis dan mengecup bibirnya beberapa kali dengan gemas. "Aku bisa memasak, tahu. Kau pikir, bagaimana caraku mengisi perut sebelum kita bertemu lagi, hm?"
Leisha mengedikkan bahu, melempar senyum jahil yang cukup menyebalkan. "Entah. Bisa saja kau membeli makanan di restoran setiap hari?"
Jeisson terkekeh. Ia melanjutkan aktifitasnya dengan membongkar isi plastik belanja. "Terkadang aku memang memesan makanan dari restoran. Tapi tak jarang pula aku memasak. Lihat saja nanti," ia menjeda sejenak, tersenyum sombong. "Masakanku tidak kalah enak dengan masakanmu."
Leisha tertawa pelan. Ia lalu berjinjit untuk mengecup pipi Jeisson. "Baiklah. Hari ini kau yang memasak makan malam. Kita lihat, apakah kelezatan masakanmu bisa melampaui kelezatan masakanku."
"Okay, siapa takut! Aku akan membuat sup kentang terbaik dari yang pernah kau buat."
Keduanya lantas tertawa. Mereka membereskan barang belanjaan bersama-sama; memasukkan beberapa bahan masakan ke dalam lemari pendingin dan juga lemari kabinet. Setelah selesai, Jeisson bersiap untuk memasak, sementara Leisha berinisiatif untuk mencuci semua pakaian baru yang mereka beli.
"Selamat memasak, Tuan Harold." Leisha menepuk pundak Jeisson, mengedipkan satu mata pada sang kekasih.
Jeisson baru saja akan mencondongkan diri untuk mencuri kecupan yang kesekian kali pada bibir Leisha, namun perempuan itu sudah keburu melarikan diri. Jeisson menggeleng pelan dengan sekelumit senyum yang tersemat, menyaksikan kekasihnya berlari kecil membawa keranjang pakaian sembari memekik riang. Ah, gemas sekali. Gadisnya memang betul-betul menggemaskan.
Leisha kemudian memasuki ruang mencuci yang tak begitu besar. Ruang-ruang di rumah kabin ini memang tidak luas, namun cukup hangat dan nyaman untuk ditinggali. Kendati terbiasa tinggal di rumah yang megah dan mewah, tapi Leisha merasa betah tinggal di sini. Salah satu hal yang melatarbelakangi mungkin karena ada Jeisson di sisinya.
Sembari menuangkan detergen dan pewangi pakaian ke dalam mesin cuci, senyum Leisha terukir bersama pipinya yang bersemu kemerahan. Sepertinya ia sudah mulai jatuh cinta pada Jeisson, dan perasaan tersebut lebih besar dari apa yang ia kira sebelumnya. Leisha sudah tak ragu lagi. Ia tidak merasa takut lagi membiarkan Jeisson berada di sisinya, sebab kini ia sudah yakin bahwa dirinya mulai jatuh cinta sungguhan pada laki-laki itu.
Pakaian sudah dimasukkan ke dalam mesin beserta perlengkapan mencuci lainnya. Leisha kemudian menutup pintu mesin, mengaktifkannya, berikut dengan pengatur waktunya. Jangan heran, semenjak tinggal bersama Jeisson; Leisha bisa melakukan lebih banyak hal yang sebelumnya tidak bisa ia lakukan, contohnya menggunakan mesin cuci dan mengaktifkan robot penyedot debu otomatis.