10 : Escape

3.4K 686 98
                                    

"Siapa teman laki-laki yang selalu pergi bersamamu itu? Kalian sungguh-sungguh hanya berteman?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa teman laki-laki yang selalu pergi bersamamu itu? Kalian sungguh-sungguh hanya berteman?"

Leisha terkesiap saat tahu-tahu disuguhkan pertanyaan sejenis itu oleh Seth. Padahal ia baru saja masuk ke kamar, hendak meraih kabel pengisi daya ponselnya untuk di bawa ke studio lukis. Lihatlah, Leisha bahkan masih mengenakan apron lukis. Namun daripada terkejut oleh intonasi yang terlampau dingin, Leisha justru lebih terkejut mendengar isi pertanyaan yang dilemparkan Seth padanya.

"Teman laki-laki yang selalu pergi bersamaku?" ulang Leisha. Satu alisnya terangkat saat melanjutkan, "Kau menyuruh sekertarismu untuk menguntitku?"

Seth membuang wajah, dan Leisha langsung menangkap apa artinya. Sebetulnya inilah salah satu tujuan Leisha tetap bertahan bersama Seth untuk sementara waktu. Garis besarnya, ia ingin Seth merasakan kekesalan yang sama seperti yang ia rasakan. Walau Seth tidak terluka karena laki-laki itu tidak mencintainya, namun Leisha rasa harga diri Seth tetap saja tergores karena istrinya berinteraksi lebih dekat dengan laki-laki lain.

Seth marah bukan karena cemburu, tapi karena tidak suka bila wanita yang masih berstatus sebagai istrinya justru lebih sering terlihat bersama laki-laki lain. Setidaknya itulah yang Leisha pikirkan saat ini.

Perempuan tersebut lalu melangkah menuju nakas untuk meraih kabel pengisi daya. "Aku sudah mengatakannya padamu, Seth. Jeisson adalah temanku."

"Jadi hari ini kau lebih memilih pergi bersamanya daripada harus datang memenuhi undangan Nyonya Bentley?"

"Ya. Aku lebih suka pergi bersama Jeisson dibandingkan harus sering-sering memenuhi undangan sejenis itu. Jeisson bisa menjadi teman bicara yang baik dan menyenangkan. Ia bersedia meluangkan waktu untukku di tengah-tengah kesibukannya."

Seth mendengkus satir, menyentuh pipi bagian dalamnya menggunakan ujung lidah. Ia menghampiri Leisha, mencengkeram lengan atas perempuan itu walau dengan tenaga yang tak seberapa kuat. "Aku tidak bodoh, Leisha. Sebenarnya ada apa denganmu? Apa yang kau pikir sedang kau lakukan ini? Kau memiliki seorang suami. Tidak semestinya kau bepergian dengan laki-laki lain."

Leisha menatap tak percaya, yang kemudian menghadirkan kekeh getir pada lima detik berikutnya. Sungguh, ia sudah muak. Ia sudah benar-benar muak dengan tingkah laku pria di hadapannya ini. "Bukankah suamiku selalu sibuk sampai-sampai jarang pulang ke rumah? Coba hitung; ada berapa banyak waktu yang kau habiskan denganku selama kita menikah? Aku bahkan tidak diizinkan untuk sering-sering berkunjung ke kantormu karena kau tidak ingin kehilangan konsentrasi saat bekerja. Lantas apa salahnya jika aku pergi dengan temanku? Kau membuatku merasa kesepian, sementara Jeisson membuatku merasa lebih hidup."

Seth tersentak dengan ucapan Leisha. Entah bagaimana mungkin mendadak muncul perasaan tak nyaman ketika ia mengetahui bahwa Leisha mengandalkan pria lain selain dirinya. Seth sudah terbiasa pada momen di mana Leisha hanya terfokus padanya. Ia terbiasa merasakan betapa besar cinta yang Leisha limpahkan hanya untuknya. Lalu mengapa? Mengapa rasanya mendadak aneh seperti ini? Seth tidak nyaman. Seth tidak menyukai keadaan ini.

Feign✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang