14 : The Morning-After Pill

4.6K 548 76
                                    

Leisha sudah lelah berpura-pura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leisha sudah lelah berpura-pura. Ia lelah berpura-pura baik-baik saja saat Seth memperlakukannya dengan sesuka hati. Ia lelah berpura-pura bahagia dengan kehidupan rumah tangganya. Ia benar-benar ingin berhenti menipu dirinya sendiri. Jadi, tak ada lagi kepura-puraan yang tersisa semenjak ia memutuskan untuk berhenti sejenak di persimpangan jalan, lalu mengambil langkah yang berbeda; kali ini ke arah di mana Jeisson berada.

Leisha sungguh tak berpura-pura ketika ia memilih untuk mulai memedulikan Jeisson daripada Seth. Jeisson sudah mengakui seluruh isi hatinya pada Leisha. Maka mulai sekarang, Leisha akan memfokuskan seluruh isi kepalanya pada Jeisson dan mengabaikan Seth.

Sudah beberapa malam belakangan Leisha memikirkan banyak hal yang terkadang membuatnya sampai menenggak alkohol supaya bisa jatuh terlelap dengan nyaman. Leisha belum tahu sampai kapan status pernikahannya dengan Seth dipertahankan. Leisha juga tidak tahu apakah Seth sudah menyadari kesalahan yang diperbuatnya sendiri atau belum. Yang jelas, tujuan Leisha belum menggugat cerai Seth bukan lagi untuk membuat laki-laki itu marah atau menyesal, melainkan karena Leisha sedang mempersiapkan diri.

Leisha masih perlu memastikan bahwa dirinya tidak akan pernah menyesali perceraiannya dengan Seth sebelum ia mengambil keputusan itu. Sebab seperti yang kita semua tahu, melepaskan seseorang yang dicintai setengah mati tidaklah semudah mengaduk air dalam gelas. Leisha benar-benar harus memantapkan diri, mulai terbiasa menyambut pria yang mencintainya, dan belajar mencintai pria itu; Jeisson Harold. Semuanya membutuhkan proses yang tidak sebentar. Leisha sungguh ingin berhati-hati dalam mengambil langkah.

Saat ini, Leisha sedang mengayunkan tungkai kaki memasuki penthouse milik Jeisson. Ia sengaja tidak mengabari, sebab ingin memberikan sedikit kejutan saja. Tangan kirinya menenteng sebuah kantung plastik berisikan sayur-mayur seperti selada, tomat, zucchini, paprika, dan bawang bombai. Ada pula selusin roti tawar dan dada ayam tanpa tulang. Namun sejauh Leisha melangkah, ia belum juga menemukan kehadiran pemilik unit ini.

Leisha berpetualang ke ruang tengah, area dapur, beberapa kamar, toilet, ruang mencuci, studio, gudang, dan—oh, ternyata laki-laki itu sedang berolahraga di ruang gym bersama sebuah headphone yang terpasang di telinga.

Leisha secara tak sadar mengukir senyum. Ia menyandarkan diri pada bingkai pintu, memandangi Jeisson yang sedang berlari di atas treadmill. Laki-laki itu fokus sekali. Sebagian kaus hitamnya basah oleh peluh. Beberapa bulirnya bahkan mengalir melintas sekitar wajah. Tapi tetap saja, Jeisson tampak begitu tampan hingga Leisha betah memandanginya.

Sekitar sepuluh menit Leisha berdiri di sana, barulah Jeisson menyadari kehadirannya. Jeisson terkesiap, segera melepaskan headphone dan menyudahi sesi berolahraga ini.

"Hei ..." Jeisson menghampiri. Biasanya langsung memeluk Leisha, namun kali ini ia sedikit menjaga jarak. Senyumnya terukir lebar, memberikan sambutan pada gadisnya walau terlambat. "Kapan kau sampai di sini?"

"Beberapa menit yang lalu." Leisha balas tersenyum seraya menegakkan diri, tak lagi bersandar. Ia lalu merentangkan kedua tangan. "Kenapa aku tidak dipeluk?"

Feign✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang