20. New Year, New Wishlist

10 6 0
                                    

Satu bulan berlalu, tak terasa waktu liburan hampir habis. Seratus wishlist tahun ini telah terpenuhi, termasuk memiliki seorang kekasih. Hanya satu yang tidak bisa ia wujudkan, menjadi sedikit lebih tinggi. Berbagai macam olahraga yang sekiranya bisa menambah tinggi badan telah rutin ia lakukan, tetapi tidak sesenti pun tinggi badannya naik.

Auri tidak terlalu ambil pusing untuk sekarang. Toh, ciptaan Tuhan tidak dapat dirubah. Biarlah seperti ini. Anggara juga pernah bilang, bahwa ia terlihat imut dengan tubuh yang pendek. Entah fakta atau dusta, yang penting Anggara terang-terangan memujinya sebagai gadis yang imut.

Terakhir bertemu dengan Anggara, saat mereka pergi ke pantai hari itu. Beberapa hari yang lalu, hari pertama masuk sekolah pun laki-laki itu tidak masuk, sedang mengunjungi Uncle Zac katanya. Tiga minggu penuh, Auri bertegur sapa memecah rindu hanya melalui perantara ponsel, karena ia dan orang tuanya pergi holiday ke Kepulauan Raja Ampat untuk snorkeling dan mengunjungi rumah paman dan bibinya.

Malam ini adalah malam pergantian tahun. Biasanya, Auri akan datang sendiri ke alun-alun kota untuk melihat festival kembang api tepat tengah malam dan menikmati hiburan yang telah dipersiapkan untuk menanti jam dua belas malam. Malam ini, ia dan Anggara akan melewati malam pergantian tahun bersama, dan akan bertemu langsung di alun-alun.

Auri terkejut ketika melihat perubahan tubuh Anggara yang signifikan. Laki-laki itu terlihat lebih kurus dari terakhir mereka bertemu, wajahnya pun nampak semakin pucat. Berbagai spekulasi bercokol di kepalanya. Apakah Anggara sakit? Tapi mengapa kekasihnya itu tidak pernah cerita. Bahkan, ketika bertelepon suaranya pun nampak riang, tidak seperti orang yang sedang sakit.

"Kok kamu kurusan, sih?" tanya Auri sesaat setelah mereka melakukan pelukan singkat. Laki-laki itu hanya tersenyum, membelai rambut Auri yang halus. Ia tidak menjawab, tetapi mengeluarkan sebatang cokelat dari dalam saku hoodie-nya membuat sang gadis memekik senang.

"Aku tahu, nih, kamu kurusan gara-gara kangen mikirin aku, ya? Baru tahu ternyata efek rindu bisa sedahsyat ini. Jelas, sih, soalnya yang dikangenin modelan cantik bin imut begini." Auri menertawakan ucapannya sendiri. Ia sadar terlalu percaya diri, tetapi hal itu malah membuat Anggara gemas. Laki-laki itu mencubit pelan pipi Auri yang berisi.

Auri mengajak Anggara duduk berdampingan di atas rumput yang telah diberi alas tikar mini. Mereka menikmati lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi papan atas, dengan kepalanya bersandar di bahu kurus Anggara.

Tangan Anggara terulur untuk mengambil notebook yang selalu dibawa oleh gadis itu. Ia membuka halaman demi halaman buku sambil membaca wishlist apa saja yang pernah gadis itu lakukan. Sudut bibirnya tersungging ketika membaca wish yang menurutnya lucu dan konyol. Di halaman terakhir, senyum Anggara pudar. Ia menatap Auri yang juga tengah menatapnya dalam.

"Kita buat wishlist bareng-bareng, yuk!" ajak Anggara mencoret satu kalimat wish yang tempo hari gadis itu tulis saat menemukan lukisan arsir di buku sains Anggara. Laki-laki itu menyerahkan notebook kepada Auri, mempersilakan gadis itu untuk menulis apa pun yang diinginkannya, dan nantinya Anggara yang akan mempertimbangkan.

Tiga puluh menit, Auri hanya menulis sepuluh wishlist, atas permintaan Anggara. Berkali-kali gadis itu menghapus lalu menulis kembali wishlist-nya, mempertimbangkan mana hal yang paling ingin ia lakukan bersama sang kekasih.

New Wishlist AnggAuri

1. Menikmati festival kembang api
2. Disuapi makan Anggara
3. Nonton bareng
4. Karaokean
5. Liburan ke negara-negara Eropa
6. Membuat video 'a day in my life'
7. Camping
8. Belajar bersama Anggara
9. Menua bersama
10. Menikah

Anggara tersenyum setelah Auri menuangkan sepuluh wishlist-nya. Laki-laki itu tersenyum, mulai mencoret dan mengganti wishlist yang kurang berkenan di hatinya, seperti wishlist nomor 5—liburan ke negara-negara Eropa, ia ganti dengan 'menikmati sunset'. Auri tidak protes, karena bagaimana pun, keduanya belum bekerja dan memiliki penghasilan. Kalaupun nanti ada uangnya, pasti juga akan digunakan untuk hal yang lebih penting.

Tidak hanya itu, Anggara juga mengganti wishlist nomor 9——menua bersama, menjadi 'tertidur di pangkuan Auri'. Auri yang memang selalu sensi pun menatap tak terima kepada Anggara sambil memanyunkan bibir.

"Kenapa diganti? Kamu nggak mau menua sama aku?"

"Bukan begitu. Hidup bersama, menua bersama untuk apa jika tidak ada cinta dan kehangatan. Aku takut jika nantinya kita menua bersama, rasa cinta di antara kita akan hilang. Bukankah tertidur di pangkuan kamu cukup menjadi bukti kalau nantinya kita akan selalu hidup penuh dengan cinta dan keromantisan."

Auri terdiam mencoba mencerna ucapan Anggara. Gadis itu menghela napas, tidak ada yang salah, tetapi hati kecilnya menangkap maksud lain dari perkataan Anggara barusan.

Interaksi mereka terhenti di sana ketika ribuan kembang api dinyalakan, pertanda tahun baru telah dimulai. Langit malam yang gelap kontras dengan cahaya warna-warni dan bunyi khas yang dikeluarkan oleh kembang api. Keduanya saling mengucapkan selamat tahun baru dengan harapan baru di hati masing-masing.

Anggara menatap dalam Auri yang tengah takjub menikmati kembang api itu dengan senyuman lebar. Laki-laki itu mengusap lembut rambut panjang Auri, membuatnya menoleh. Mereka saling melempar tatapan dan senyuman, sebelum akhirnya kembali fokus pada langit.

Auristella, semoga masih ada waktu untuk kita mewujudkan wishlist bersama, ya, batin Anggara tersenyum miris.

Auristella's Wish [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang