9. Fakta Mencengangkan

16 8 0
                                    

Suara detak jarum jam terdengar jelas menemani kesunyian ruang Auri. Cangkir berisi cokelat yang sudah dingin, menandakan berapa lamanya gadis itu sama sekali belum menyentuhnya. Auri merasa ada yang janggal tentang video praktikumnya yang sama dengan kelompok lain. Andai Anggara telah berbuat curang, tetapi kenapa properti yang digunakan bisa sama persis dengan yang ia lihat saat di rumah cowok itu.

Auri bingung, Anggara yang memakai video dari internet, atau ia memberikan video praktikumnya kepada kelompok lain dengan imbalan, atau ... video milik mereka telah disabotase? Opsi terakhir kini menjadi perhatian Auri, karena opsi pertama dan kedua sepertinya tidak mungkin dilakukan dengan sifat Anggara yang apatis. Namun, apa motifnya? Seingatnya, Anggara tidak pernah bersinggungan dengan orang lain. Ia dan Melody pun demikian.

Notifikasi ponsel membuat lamunan Auri buyar. Gadis itu membuka obrolan pesan dengan Melody. Gadis itu mengirimkan usulan materi baru untuk praktikum, tetapi Auri tidak tertarik. Menurutnya, materi sebelumnya adalah murni hasil pemikiran dan kerja keras kelompoknya. Kalaupun benar video itu disabotase, bukankah itu akan membuat kelompoknya bekerja dua kali karena harus mengganti materi.

[Kita harus ganti materi, Ri. Kalau enggak, nanti kita dikira mencuri ide dan video kelompok lain.] Auri menghela napas, malas baginya untuk kembali mengulang dari nol, meskipun di praktikum sebelumnya ia hanya memiliki peran yang sedikit. Jika praktikum kedua dilakukan, Auri tidak yakin akan selesai satu dua hari, apalagi sepertinya Anggara tidak akan kembali ikut serta, mengingat keterlaluannya Auri kepada Anggara sore tadi.

Ingin meminta maaf kepada laki-laki itu, tetapi Auri gengsi. Takut Anggara menilainya pandai menghujat tanpa tahu kebenarannya. Seandainya sore tadi tidak lepas kendali, mungkin penyesalannya tidak sebesar ini.

Auri menonton dua video praktikum yang sama itu bergantian. Aneh, benar-benar tidak ada yang berbeda. Merasa janggal, Auri mencari video yang sama di internet. Berbagai macam situs ia cari, tidak ada! Itu artinya dua video itu bukan diambil dari website, melainkan buatan pribadi. Tapi bagaimana bisa dua kelompok memiliki video yang sama, padahal tidak bersinggungan.

Auri kembali mengamati video itu dengan cermat. Beberapa menit berlalu, senyuman puas tercetak di bibirnya. Benar dugaannya, ada yang memenyabotase video milik kelompoknya. Namun, apa motifnya?

Auri melirik ke arah jendela, di sana terlihat dengan jelas rumah Aunty Fara. Ia tidak pernah bersinggungan atau memiliki masalah dengan Farhan——anak satu-satunya Aunty Fara yang satu kelas dengannya.

Mengingat Anggara adalah keponakan Aunty Fara, membuatnya yakin bahwa Anggara lah yang menjadi motif utama kecurangan video itu. Setahunya,Anggara tidak pernah membuat masalah, bahkan mengobrol dengan Farhan, tetapi kenapa Farhan menyabotase video itu hanya untuk membuat nama Anggara buruk.

♛♛♛

Sang malam telah digantikan tugasnya oleh siang. Waktunya untuk kembali beraktivitas setelah beristirahat kurang lebih selama delapan jam. Auri datang ke sekolah pagi sekali. Gadis berkucir kuda itu dengan semangat berjalan ke ruang guru, untuk menemui Miss Cindai——wali kelas sekaligus guru sainsnya.

Sesampainya di depan ruangan, Auri merapikan penampilannya, lanjut mengetuk pintu dan masuk setelah dipersilakan.

"Ada apa Auri? Kenapa berkunjung pagi-pagi?" tanya Miss Cindai sambil membereskan buku-buku yang mungkin baru dikoreksinya.

"Soal praktikum, Bu."

"Iya, kenapa? Ada masalah? Atau Anggara susah diajak kerjasama?" tanganya membuat Auri bergeleng cepat.

Tanpa mengucap sepatah kata pun, Auri langsung menayangkan video praktikum di laptop yang sudah ia letakkan di atas meja. Awalnya raut wajah Miss Cindai biasa saja, tetapi setelah klise tayangan terakhir, wanita itu megernyitkan dahi.

"Loh, kenapa video ini mirip sama kelompoknya Farhan?" tanyanya saat melihat video itu tertera nama  Anggara, Auristella, dan Melody.

"Karena sebenarnya video ini milik kami. Auri bisa buktiin kalau video ini punya kami." Auri kembali memutar video itu kembali dan mem-pause di bagian-bagian tertentu, seperti saat pelarutan gula batu, di video itu terlihat sepatu milik Auri yang dibelikan ayahnya. Sepatu itu limited edition, karena hanya diproduksi beberapa pcs, dan di sekolah itu hanya Auri yang memilikinya.

Miss Cindai mengangguk saat melihat Auri juga sedang memakai sepatu itu. Wanita itu paham masalah sepatu karena ia senang mengoleksi sepatu, sehingga tahu mana yang asli dan tidak.

Lanjut, Auri memutar kembali videonya. Saat penayangan pelarutan garam tanpa pemanasan, terlihat gelang ukir milik Auri yang samar karena geseran yang dilakukan Auri waktu itu saat menggoda Anggara saat sedang fokus mengaduk larutan dengan kecepatan lambat. Meskipun samar, tetapi Auri yakin bahwa video itu buatan Anggara.

"Lalu, kenapa waktu presentase kelompok mereka kamu tidak menyanggah?"

"Karena Auri hanya melihat sekilas video milik kelompok kami. Jujur, yang melakukan praktikum itu Anggara, termasuk pengeditan videonya. Auri sengaja membiarkan Anggara sendiri yang bekerja, agar dia dapat mengekspresikan diri. Bukannya berterima kasih, Auri malah nuduh Anggara."

Miss Cindai menghela napas berat. Pasti akan susah lagi mengajak Anggara untuk kembali mengekspresikan diri. Wanita itu takut, Anggara akan kehilangan respect kepada Auri. Padahal, Auri adalah satu-satunya harapan Miss Cindai saat ini.

"Nggak papa, semangat ya. Semoga Anggara bisa seperti anak-anak lain," ucapnya legowo membuat Auri mengangguk. Gadis itu pamit untuk kembali ke kelasnya. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Miss Cindai.

"Miss kenal dekat dengan orang tua Anggara. Dulu kami sahabat. Ayah Anggara telah meninggal dunia, dan ibunya saat ini depresi di rumah sakit jiwa."

Auristella's Wish [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang