18. Aku Mencintaimu, Auri

14 7 0
                                    

Auri menatap tersenyum ke arah Anggara yang saat ini diam memandang langit malam di rooftop sekolah. Sebenarnya, malam ini ada pelatihan siswa pecinta alam dan akan diadakan touring seminggu lagi. Namun, Anggara mengajaknya membolos karena pelatihannya sangat membosankan. Semua siswa di kelasnya diwajibkan untuk ikut pelatihan, meskipun nantinya mereka tidak ikut touring.

Ingin pulang pun tak bisa, karena gerbang dijaga ketat oleh satpam, sehingga Anggara memutuskan untuk mengajak Auri menikmati keindahan malam. Malam ini, sepertinya Dewi Fortuna berpihak kepada mereka. Bintang-bintang bertaburan di langit, seolah menemani keheningan malam mereka.

"Tak apa jika aku mengajakmu bolos?" tanya Anggara menoleh menatap Auri yang entah mengapa terlihat lebih cantik dengan rambutnya yang diurai.

"Sekali-kali, nggak papa, lah," jawabnya sambil memakan snack yang sempat ia beli di kantin sebelum ke rooftop.

Tiba-tiba, angin berembus membuat bulu kuduk Auri berdiri. Gadis itu sedikit menggigil, sambil mengusap-usap kedua lengannya. Ia melirik ke arah Anggara, berharap laki-laki itu sedikit peka berbaik hati meminjamkan jaket tebalnya.

Seperti biasa, Auri berekspektasi terlalu tinggi kepada Anggara. Jangankan meminjamkan, laki-laki itu sama sekali tak bergeming dan tetap memejamkan mata sambil bersandar pada punggung kursi.

Auri mencebik kesal. Gadis itu manyun sambil memperhatikan pahatan sempurna Tuhan yang ada di sampingnya. Ia baru menyadari, kalau Anggara lebih dari indah untuk ia kagumi. Atensi Auri tertuju pada bibir seksi Anggara yang selalu menggodanya. Ia jadi penasaran bagaimana rasanya ... ah, tidak! Kenapa pikirannya jadi ke mana-mana?

Auri menggeleng kuat. Ia bahkan memukul kecil kepalanya, mencoba menghilangkan hal kotor itu di pikirannya. Hal itu membuat Anggara menahan tangan Auri agar berhenti menyakiti kepalanya.

"Kamu kenapa? Pusing?" tanya Anggara menatap dalam manik mata Auri. Gadis itu menggeleng, terkejut dengan aksi Anggara yang di luar dugaannya.

"Makanya, jangan mikir macem-macem. Kamu kira aku nggak tahu?" Anggara mengerling nakal sambil mengusap lembut kepalanya. Jantung Auri berdebar ketika Anggara mendekatkan wajah. Saat wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter saja, Auri memejamkan mata. Ia menunggu sesuatu yang lembut akan mendarat di salah satu bagian wajahnya. Namun, hal itu tak kunjung tiba, membuat Auri membuka mata. Anggara tersenyum nakal dan meniup wajah Auri dengan kencang.

"Tuh, 'kan mikir aneh-aneh pasti," godanya tertawa sambil mengacak rambutnya. Auri tercenung, terhipnotis oleh tawa Anggara yang terlihat tanpa beban. Sudut bibir gadis itu berkedut. Entah dorongan dari mana, Auri mendekatkan bibirnya, mencium pipi Anggara.

Tawa Anggara terhenti. Laki-laki itu tegang seketika. Ia menatap Auri dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Auri cemas. Ia takut Anggara marah, sehingga gadis itu hendak pergi dari sana.

"Maaf, aku nggak bermaksud--" Mata Auri melotot saat Anggara menarik pergelangan tangannya dan mencium tepat di sudut bibirnya.

"Aku mencintaimu, Auri."

♛♛♛

Starla dan Ariel saling pandang saat melihat tingkah putri mereka malam ini. Pasalnya, gadis yang biasanya cerewet menceritakan hari-harinya di sekolah itu kini mendadak diam dan senyam-senyum sendiri sedari tadi. Ditanya pun, gadis itu hanya menggeleng atau mengangguk, dengan senyum yang merekah sempurna.

Ariel biasa-biasa saja karena dengan diamnya Auri, lelaki paruh baya itu bisa makan dengan tenang, tanpa suara sumbang Auri yang selalu menggelegar. Berbeda dengan Starla, wanita itu menaruh curiga kepada Auri yang tadi pulang sekolah menaiki taksi. Sekilas, ia melihat Anggara di dalam taksi yang sama.

"Auri udah kenyang, Ke kamar dulu, ya. Good night, Mom, Dad." Auri mencium pipi keduanya, lalu berlari menaiki tangga. Sesampainya di kamar, gadis itu mengunci pintu lalu berteriak kegirangan sambil meloncat-loncat.

"AAA! DEMI APA?! SEKARANG ANGGARA JADI PACAR AKU!" Tidak hanya melompat-lompat, gadis bertubuh pendek itu bahkan sampai guling-guling di kasur. Ia mengingat betapa manisnya ciuman Anggara tadi, meskipun tidak tepat di bibirnya. Mungkin, besok Auri akan memintanya, atau ia yang nyosor duluan.

Sementara di lain tempat, Anggara tersenyum memikirkan Auri yang kini telah resmi menjadi kekasihnya, meskipun tidak membalas perasaan cintanya. Laki-laki itu merasa lega, seolah beban berat di pundaknya terangkat semua. Bertahun-tahun perasaan itu terpendam, kian lama semakin membesar dan malam itu Anggara berhasil menuntaskan perasaannya. Meskipun tidak romantis seperti adegan drama Korea yang Auri suka, yang penting saat ini gadis itu telah menjadi miliknya.

Anggara berjalan pelan mendekati laci nakas. Ia mengambil sesuatu dari sana dan menatapnya dalam. Itu adalah obat-obatan yang selama ini tidak pernah ia konsumsi. Anggara memejamkan mata dan menggenggam erat obat-obat itu.

Tuhan, aku tahu penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tapi izinkan aku untuk hidup sedikit lebih lama. Aku ingin bahagia dan membahagiakan Auri, batinnya lalu menelan beberapa obat, saat suhu tubuhnya sedikit naik. Jika biasanya Anggara akan menikmati virus yang semakin lama menggerogoti sistem kekebalan tubuhnya, mulai malam ini ia tidak akan membiarkan penyakitnya menghalanginya untuk bahagia.

Auristella's Wish [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang