24. Memburuk

11 6 0
                                    

Terlalu mempercayai berita tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya selalu menjadi penyebab utama suatu permasalahan terjadi. Banyak pertikaian tak kunjung usai karena kedua belah pihak sama-sama keras, tidak ada yang mengalah. Jika faktanya terungkap, hanyalah penyesalan yang membekas dalam dada.

Seperti yang terjadi kepada Anggara, laki-laki itu menyuruh Farhan agar mendekatkan kursi rodanya ke kaca besar. Laki-laki itu menyentuh lembut kaca jendela dengan tangan bergetar. Layaknya pasangan anak dan ibu pada umumnya, ikatan batin keduanya sangat kuat. Anita yang tadinya sibuk berbicara dengan boneka di gendongannya terdiam menatap Anggara.

Wanita itu tersenyum kecil, senyum tulus yang penuh dengan kerinduan. Perlahan, wanita itu bangkit dari duduknya, meninggalkan boneka yang disebut-sebut sebagai anaknya dan mendekat ke arah Anggara. Ia menempelkan kedua telapak tangannya tepat di mana telapak tangan Anggara berada.

Anggara merasa ada yang menghimpit ulu hatinya. Perasaannya sesak, sehingga tanpa sadar air mata lolos dari sudut bibirnya. Untuk pertama kali dalam masa remajanya, laki-laki itu menangis menyesali perbuatannya.

"Anakku," lirihnya membuat kepala Anggara mengangguk. Keduanya hanyut dalam perasaan rindu yang sama-sama besar. Anggara yang tumbuh tanpa sosok seorang ibu, dan berkembang dengan perasaan benci kepada wanita yang telah melahirkannya itu kini meruntuhkan egonya. Berulang kata maaf Anggara gumamkan kepada ibunya, tetapi wanita itu hanya diam sambil tersenyum tipis.

Farhan yang melihatnya pun tidak dapat menahan rasa haru. Laki-laki itu bahkan beberapa kali mengusap kasar air matanya, tatkala kilas balik masa lalu mampir di ingatannya. Saat itu usia mereka masih lima tahun. Tidak ada hari yang terlewati oleh Anggara tanpa menanyakan kepada Fara di mana orang tuanya. Awalnya, Fara diam, tidak mengucap sepatah kata pun, tetapi saat Anggara nekat kabur dari rumah, wanita itu kelepasan mengatakan kalau ibu Anggara telah menelantarkannya. Sejak saat itu, Anggara tidak pernah lagi bertanya tentang ibunya.

Kamu itu pembawa sial! Makanya ibumu tidak mau mengurusmu!" Kalimat kasar yang keluar dari mulut wanita yang Farhan kenal sebagai sosok lemah lembut. Karena kalimat itu, Farhan membuat jarak cukup jauh dengan ibunya meskipun tinggal dalam satu atap.

Saking terbawa oleh suasana haru, Farhan lupa akan wejangan dokter. Laki-laki itu cukup lama membawa Anggara keluar dari kamar inapnya. Sebelum keluar tadi, Anggara telah disuntikkan cairan penambah imun dan hanya akan bertahan satu jam saja. Karena waktu telah habis, tubuh Anggara semakin melemah. Laki-laki itu merasakan sesak di dadanya, pandangannya mengabur, seiring dengan tubuhnya yang luruh ke lantai terjatuh dari kursi roda.

♛♛♛

"Sudah saya bilang, cairan penambah imun itu hanya bertahan selama satu jam. Jadi kamu harus membawanya kembali sebelum efek obat itu habis," ucap dokter menatap tajam Farhan yang sedang menunduk. Laki-laki itu menyesal tidak ingat waktu karena terlalu hanyut dalam perasaan haru.

"Memangnya kamu bawa dia ke mana, sih? Kondisi dia itu sedang tidak memungkinkan untuknya banyak beraktivitas," omel Fara membuat sang putra menghela napas.

"Farhan bawa Angga ke Aunty Anita, Mom."

Anita mendengkus kasar, "Ngapain kamu bawa Angga ke sana saat kondisi dia sedang drop."

Farhan menatap tajam ke arah sang ibu. Laki-laki itu berjalan mendekat dengan kepalan tangan yang erat. "Sudah saatnya Anggara tahu tentang Aunty Anita, Mom. Tentang cerita karangan Mommy yang membuat Anggara benci sama Aunty Anita, hanya untuk menutupi kebusukan Mommy. Kalaupun Anggara kenapa-napa, pihak yang paling disalahkan di sini adalah Mommy. Mommy yang udah buat Aunty Anita depresi!"

Farhan memukul tembok di sampingnya lalu pergi dari sana membawa amarah yang memuncak, meninggalkan Fara yang menangis terisak di pelukan mantan suaminya. Wanita itu tergugu mengatakan bahwa ia menyesali perbuatannya.

Sementara Farhan, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya kalut saat ini, mengingat efek cairan penambah imun itu kepada tubuh Anggara. "Cairan ini memang ampuh untuk menambah sistem kekebalan tubuh selama satu jam. Sebelum waktu habis, Anggara harus segera dibawa ke sini untuk menangkal virus itu semakin menggila. Jika terlambat, virus itu akan semakin brutal menyerang tubuh Anggara."

Ia tidak tahu jika keputusannya itu akan membuat segalanya semakin runyam. Kondisi Anggara semakin drop, dan Anita yang kembali mengamuk saat tidak diperbolehkan keluar dari ruang rehabilitasi, melihat Anggara pingsan tadi. Padahal, selama satu tahun ini, kondisi Anita mulai membaik dan stabil.

Farhan menepikan mobilnya di jalanan yang cukup sepi. Laki-laki itu menangis cukup lama di sana. Bagaimana pun, Farhan menyayangi Anggara. Dulu Anggara sering mengalah kepada Farhan yang egois. Bahkan tak jarang, Anggara tidak makan seharian kerena jatah makannya diambil olehnya. Sejak Anggara tinggal di rumahnya sendiri dengan pengasuh, Farhan kesepian. Ia ingin kembali satu atap dengan sang sepupu.

Berbagai macam cara Farhan lakukan untuk membujuk Anggara agar kembali tinggal di rumahnya, tetapi laki-laki itu enggan dan semakin menjauh darinya. Padahal, sejak bangku sekolah dasar Farhan selalu memaksa ayahnya untuk menyekolahkannya di kelas yang sama dengan Anggara. Laki-laki itu menjadi saksi hidup perubahan sifat Anggara yang awalnya hanya cuek kepadanya, menjadi apatis terhadap semua hal.

Saat di sekolah pun Farhan terkadang mengusik Anggara, sehingga Anggara bersikap cuek di sekolah karena tidak ingin bersinggungan dengan sepupunya itu. Padahal niat Farhan hanya ingin kembali dekat dengan Anggara.

Saat hendak kembali melajukan mobilnya, ponselnya bergetar tanda panggilan masuk dari seseorang, Auristella. Farhan mengambil benda itu dan menggeser ikon berwarna hijau ke atas.

[Farhan, kamu di mana? Aku mau balikin buku ulangan kamu.] Farhan tersenyum. Laki-laki itu tahu maksud dari Auri. Bukan ingin mengembalikan bukunya, tetapi menanyakan di mana keberadaan Anggara. Karena biasanya, gadis itu akan meletakkan bukunya di jendela kamar jika mendapati rumahnya kosong.

[Aku pulang sekarang.]

Auristella's Wish [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang