•19•

18 11 0
                                    

Kenan dan Gabby baru saja pulang dari mall, sebenarnya bukan kemauan Kenan sendiri, tetapi permintaan gadis ajaib itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenan dan Gabby baru saja pulang dari mall, sebenarnya bukan kemauan Kenan sendiri, tetapi permintaan gadis ajaib itu.

Dari pada mendengar tangisan Gabby lebih baik dia menuruti permintaan gadis itu— Gabby rewel karena kuteknya sudah habis— mengingat bahwa dia sering bergonta-ganti warna kutek. Kenan tidak habis pikir lagi dengan Gabby.

Menurutnya Gabby adalah gadis ter-ribet yang pernah dia temui sebelumnya. Bahkan dia masih tidak habis pikir kenapa takdir bisa mempertemukan mereka berdua.

Begitu sampai di rumah, Gabby langsung masuk tanpa menunggu Kenan yang masih berada di luar rumah. Gabby langsung berlari kecil untuk memasuki kamarnya yang tepat di samping Kenan—meninggalkan Kenan yang masih menyorotnya.

Wajah Gabby tampak begitu sumringah— sejujurnya dia sudah tidak sabar memakai kutek barunya yang baru saja dia beli.

Langkah Kenan seketika terhenti. Dia terdiam sejenak ketika sorot matanya tertuju pada dompet berwarna pink yang kini tergeletak di depan pintu utama rumahnya— tampaknya dompet itu milik orang lain dan terjatuh begitu saja. Kenan refleks jongkok untuk mengambil dompet tersebut.

Kenan terpaksa membuka dompet tersebut untuk mengetahui siapa pemiliknya, siapa tahu di dalamnya ada kartu identitas sang pemilik bukan? Kenan berharap iya.

Kenan menyipitkan matanya ketika melihat foto polaroid kecil yang mencuri perhatiannya. Karena tidak puas, Kenan segera menarik foto itu keatas untuk melihatnya lebih jelas lagi.

Terlihat didalam foto tersebut ada anak laki-laki yang masih berusia kurang lebih sepuluh tahunan tengah merangkul anak perempuan yang tampaknya terlihat seumuran dengan anak laki-laki itu— keduanya tampak sangat menggemaskan.

Tetapi tunggu! Kenan merasa ada yang janggal difoto itu. Anak laki-laki kecil yang berada difoto itu tidak terasa asing baginya.

Dia baru sadar bahwa anak laki-laki kecil itu sangat mirip dengannya kala masih kecil— dia menyimpan foto masa kecilnya di laci meja belajarnya.

"Kenapa anak laki-laki didalam foto ini mirip gue pas masih kecil?" Kenan bertanya dengan wajah yang terlihat sangat bertanya-tanya.

Pasalnya didalam foto tersebut anak laki-lakinya persis kala dia waktu kecil. Dia membalikkan foto polaroid tersebut, hingga tulisan tangan yang bertuliskan Kenan dan Gabby tertera. Seketika dia membulatkan matanya.

Siapa?

Gabby?

Sejak kapan dia kenal sama gadis itu?

Bukankah pertemuan keduanya kala dia sudah beranjak dewasa. Lantas kenapa foto tersebut tertera namanya dan gadis itu? Seketika pikiran Kenan kembali berkecamuk tak karuan.

Kenan kembali menutup dompet pink yang diketahui milik Gabby, dia memasukkannya kedalam kantung celananya namun tidak dengan foto polaroid yang masih dia pegang, berikutnya dia memasukkannya kedalam kantung celana yang satunya.

"Nggak bisa dibiarin, gue harus cari tahu soal foto ini," ucapnya sebelum masuk ke dalam rumahnya.

Begitu sampai dikamar, Gabby langsung membongkar belanjaannya tadi— dia mengambil kutek berwarna oren yang menarik perhatiannya.

Gabby duduk menyilangkan kaki diatas karpet tebal— dengan telaten dia menghapus kuteknya terlebih dahulu menggunakan kapas juga alkohol sebelum menggunakan kutek baru.

Tanpa Gabby sadari jika Kenan sedari tadi mengamatinya diambang pintu kamarnya. Pikiran Kenan kembali campur aduk— Seketika kepala Kenan kembali pusing dan berdenyut.

Sepercik memori memenuhi kepalanya. Bayang-bayang gadis kecil yang dulu selalu bermain dengannya, hingga gadis kecil yang diketahui bernama Gabby pergi ke Amerika untuk sekolah disana. Hal tersebut membuatnya kembali terpukul.

Dengan perlahan Kenan berjalan lebar menuju Gabby yang masih sibuk sendiri. "By," panggilnya lirih, namun mampu membuat Gabby mengalihkan atensi lebih kepadanya.

Raut kesal tercipta diwajah cantik Gabby ketika Kenan semakin mendekat ke arahnya. "Kenan nggak usah deket-deket Gabby lagi, katanya Kenan benci sama Gabby," Gabby mengomel— namun omelannya tidak membuat Kenan takut melainkan membuat Kenan menjadi gemas sendiri.

Ketika perkataannya tidak direspon, barulah Gabby berdiri kesal seraya menarik napasnya dalam-dalam. "Minggir Kenan!" pintanya dengan sedikit meninggikan suaranya.

Kenan masih membungkam mulutnya, merengkuh tubuh mungil Gabby dan memeluknya. Refleks Gabby memberontak dipelukan Kenan, namun hal tersebut tidak membuat Kenan melepaskan pelukannya namun semakin mempereratnya.

Akhirnya Gabby luluh juga dengan Kenan— dia menangis sesegukan. Bukan karena sedih melainkan karena bahagia— dia suka pelukan hangat dari sahabat kecilnya.

"By, Lo beneran temen kecil gue?" tanyanya dan berhasil membuat Gabby berhenti memberontak.

Kenan menghela napas ketika sudah beberapa detik lamanya namun Gabby tak juga memberikan respon kepadanya. Terlebih Kenan merasakan cairan bening yang kini sudah membasahi kaosnya.

Kenan menyimpulkan bahwa gadis itu sudah kembali menangis— mengingat bahwa Gabby adalah gadis paling cengeng yang pernah dia temui. Bahkan Kenan tidak pernah berpikir jika dia akan tinggal serumah dengan gadis cengeng itu.

Kenan mengeluarkan foto polaroid yang tadi dia simpan di saku celananya, sementara tangan kirinya masih merengkuh Gabby. Entah kenapa dia tidak tega untuk melepaskan pelukannya terlebih dahulu.

"By, anak laki-laki ini siapa? Kok mirip gue pas masih kecil?" Kenan melontarkan pertanyaannya dengan nada suara yang terdengar rendah.

Gabby melepaskan pelukannya, mengusap air matanya yang membasahi pipi dengan kasar. Seketika matanya langsung menyorot ke arah foto polaroid miliknya yang tersimpan di dalam dompetnya.

Kenapa foto tersebut bisa sampai ditangan Kenan?

Ngomong-ngomong soal dompet, Gabby otomatis membulatkan matanya, meraba-raba sakunya dan tidak terasa dompetnya tidak ada lagi pada dirinya. Lantas dompetnya sekarang berada dimana, huh?

Wajah Gabby memucat, dia merasa panik tentu saja— mengingat bahwa banyak kartu penting didalamnya. Jika uangnya hilang tidak masalah, toh dia tinggal bilang sama Daffa— papinya.

"Dompet Gabby hilang huaaa—" Gabby menjerit tak tertahan, ketika dia ingin mencari dompetnya, sayangnya ketika baru satu langkah— Kenan dengan sigap menarik lengan Gabby.

"Dompet Lo tadi jatuh di depan rumah, tapi sekarang udah sama gue,"

Gabby bernapas lega akhirnya. Namun dia merutuki dirinya sendiri karena kelewat ceroboh. Beruntung karena dompet tersebut tidak hilang. Untuk yang kedepannya Gabby berjanji untuk tidak ceroboh lagi.

"Kenan balikin dompet Gabby sekarang juga," Gabby merengek dan berhasil membuat Kenan terkekeh karena kelakuan gadis itu.

"Gue nggak mau balikin sebelum Lo jelasin foto ini pada gue,"

Gabby mengerucutkan bibirnya kesal. Padahal sudah jelas-jelas dibelakang foto polaroid itu bertuliskan Kenan dan Gabby— harusnya tanpa dia menjelaskan foto itu Kenan sudah terlebih dahulu paham.

"Kenan sahabat Kecil Gabby," cicit Gabby.

Kenan menggeleng pelan. "Nggak. Lo pasti bohong kan, By? Kita kenal juga belum lama, mana mungkin lo sahabat kecil gue?"

"Ya udah kalau Kenan nggak percaya, sini balikin foto milik Gabby," Gabby menyahut sembari berusaha mengambil alih foto yang berada ditangan Kenan.

"Ayo, ambil aja kalau bisa!" Kenan tersenyum miring sembari mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Gabby sudah berjinjit untuk menggapai foto itu namun jelas tangannya tidak sampai— mengingat bahwa tubuh Kenan lebih tinggi darinya.

o0o

TBC!

Live TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang