Forgotten 4

328 17 2
                                    

Noah membelalakkan mata. Setengah dari dirinya kaget, mendapati Yuki ada di sana. Setengahnya lagi tidak percaya dengan apa yang diucapkan Yuki. Keadaan tiba-tiba menjadi senyap. Sekumpulan laki-laki yang sebelumnya berganti menuduh Noah pun mengelak.

"Dia sama saya kemarin di sini, kami ada urusan sama Bapak Abraham," ucap Yuki lagi. Menatap pria bertubuh tegap di depannya dengan penuh keyakinan, yang Yuki yakini adalah 'Pak RT' itu.

Pak RT terkesiap. "Bapak Abraham?" gumamnya, sambil melihat ke arah rumah yang tidak terawat di depan mereka. Matanya Pak RT bertemu dengan ibu yang tadi ada bersama dengan Yuki, seperti menuntut kebenaran.

Wanita itu salah tingkah. "Bener, kok, Pak. Dia datangin Pak Abraham ke sini."

Setelah mendapat jawaban yang penuh dengan kebohongan itu, Yuki meraih pergelangan tangan Noah. "Sekarang saya juga ada urusan ke rumah Bapak Abraham sama dia."

"Eh, tapi, Bapak Abraham itu ..."

KRIET!

Tiba-tiba saja, pintu rumah yang sedari tadi tertutup rapat itu terbuka, menampakkan sosok yang kemarin sempat dilihat Yuki. Laki-laki itu mengangkat tangannya seolah, memanggil Yuki untuk mendekat.

"Sini, Nak," panggilnya.

Yuki tersenyum kecil. Sedikit menunduk pada Pak RT dan menarik Noah menjauh dari sana. "Permisi, ya, Pak."

Tanpa menunggu persetujuan dari Noah, langkah kaki Yuki menyeretnya untuk naik ke pelataran rumah Bapak Abraham.

"Tolong, jangan ribut-ribut di depan rumah saya, ya, Pak RT," pesan Pak Abraham sebelum membawa Yuki dan Noah masuk ke dalam rumahnya.

Suasana canggung dapat terasa menyelimuti orang-orang yang Yuki dan Noah tinggalkan dari balik jendela kaca rumah Pak Abraham yang mengarah langsung ke jalanan. Perlahan namun pasti, orang-orang meninggalkan tempat itu hingga tak ada dari mereka yang tersisa.

Noah berdehem kecil, seolah mencoba menyadarkan Yuki mengenai situasi yang mereka hadapi. Yuki terkesiap, memantau sekitarnya. Namun, sedetik kemudian dia baru tersadar jika pergelangan tangan Noah masih dia genggam.

Segera, Yuki menghentakkan tangan, melepaskan genggamannya dari Noah. "Sorry."

Yuki mengitari pandangannya. Menelaah ruangan tempat dia berada sekarang. Ruang tamu dengan furniture kayu bergayakan nuansa lama, seperti rumah yang sudah tidak dirawat bertahun-tahun. Yuki dapat merasakan jika banyak debu bertebaran di sekitarnya, hingga menggelitik hidung.

Ah. Berlama-lama di tempat itu, Yuki tidak akan tahan.

"Jadi, mau apa, Nak?"

Suara serak muncul dari balik sebuah tirai yang ada di bilik tengah rumah. Yuki dan Noah saling bertukar pandang, sebelum akhirnya Yuki melangkah maju dan menyibak tirai itu.

Lagi dan lagi, Yuki tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ruangan itu lebih berantakan dan lebih tidak terawat dibandingkan ruang tamu yang sebelumnya mereka lewati. Tanpa Yuki sadari, dia pun mendecak kesal.

"Saya kemarin yang membawa anjing Bapak pergi," ucap Yuki dengan suara rendah. Bapak Abraham memalingkan wajah, menatap keluar jendela. Tidak memberikan respon sama sekali.

"Ijinkan saya untuk merawat anjing Bapak." Yuki menunduk. Lagi-lagi Bapak Abraham tidak mengeluarkan suara.

Yuki menghela napas. Dia meletakkan bekal yang tadi dia bawa di lantai. "Tolong disantap. Besok saya akan datang lagi. Permisi."

Mendengar perkataan Yuki, mata Noah membuka lebar. Dia berbalik, mengikuti Yuki yang melangkah dengan cepat hingga keluar rumah Bapak Abraham.

"Ki?! Yang bener aja lo! Mau datang ke sini lagi?!"

Uncovered Feeling [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang