Bagian 1.27b

2K 163 8
                                    

Theo memutar setir untuk masuk ke perumahan Yuki. Di sampingnya duduk seorang laki-laki yang sedari tadi yang bahkan deru napasnya pun tidak terdengar.

Segala hal masih berkecamuk di kepala Theo.

'Gue bukan Yuki.'

'Gue Galland.'

Setelah mengucapkan itu, laki-laki ini tidak memberikan penjelasan apapun, yang membuat kepala Theo dipenuhi dengan tanda tanya. Siapa Galland? Saudara kembar Yuki? Apa mereka sedang bertukar posisi seperti series yang ditonton oleh Theo?

Mobil yang dikendarai Theo memasuki pekarangan rumah Yuki. Laki-laki yang ada di sampingnya itu langsung membuka pintu dan meninggalkan Theo dalam diam. Perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak benar. Merasa khawatir, Theo pun mengikuti Galland masuk ke dalam rumah.

"Yuki?"

Tepat sekali Tante Gina sedang menyiapkan makan siang. Theo mendapati gerakan laki-laki yang berdiri di depannya itu menjadi kaku. Berusaha untuk tidak membuat ketegangan, Theo tersenyum, menyapa Tante Gina.

Galland tidak bergeming saat Tante Gina memanggilnya. Wajah wanita paruh baya itu berubah, menyadari mata Galland yang merah dan membengkak. Tanpa pikir panjang, Tante Gina langsung menangkup wajah Galland.

"Ya, Tuhan! Yuki, kamu kenapa? Ada yang sakit? Kenapa matanya bengkak gini? Kamu habis nangis?" tanya Tante Gina bertubi-tubi.

Tidak ada jawaban dari Galland, mata Tante Gina melirik kepada Theo yang berdiri tepat di belakangnya.

Oh, baiklah. Sejak tadi Theo sudah dikelilingi banyak jawaban yang tidak pasti. Kini, dia dituding oleh tatapan mematikan Tante Gina. Apa yang harus dia lakukan?

"Tante, saya ...,"

Mendengar suara yang keluar dari bibir kecil Galland, mata Tante Gina dan Theo bersamaan tertuju pada laki-laki itu.

"Hm? Apa, sayang?" Tante Gina bertanya dengan suara yang lembut.

Sial. Galland menggigit bibirnya. Apa yang selama ini dia lakukan? Wanita paruh baya di depannya ini sangat mencintai Yuki, layaknya anak sendiri. Namun, yang Galland lakukan seolah mempermainkan mereka. Bukan hanya Tante Gina, dia juga mempermainkan Gaby dan bahkan Theo. Mereka semua tulus menyayangi Yuki. Namun, Galland ....

Bibir bagian bawah Galland dia gigit dengan kuat. Berusaha menahan isakan yang nyaris terkeluar. Sayangnya, airmata dari pelupuk mata Galland tidak dapat tertahankan. Mereka jatuh begitu saja.

Tante Gina tertegun. Dengan cepat, dia menangkup Galland ke dalam pelukannya. Mengelus pucuk kepala Galland.

"Hush, hush, sayang .... Kenapa?"

"Ma-maaf, Tante. Saya minta maaf ...," isak Galland dalam tangisnya.

Galland terus mengulang kata maaf, hingga suaranya nyaris tidak terdengar. Sedangkan, Tante Gina terus mengusap pucuk kepala laki-laki itu.

Setelah isakan Galland perlahan mereda dan situasi sedikit tenang, Tante Gina melepaskan pelukannya dan kembali menangkup wajah Galland. "Kamu kenapa?"

Tidak ada jawaban, Galland masih terlihat menahan jawabannya. Kedua jempol Tante Gina mengusap lembut kedua belah pipi gembul Galland. "Bilang aja sama Tante, Ki. Jangan takut, hm?"

Mata Galland berbinar. Ucapan dan pandangan dari Tante Gina memberikan kekuatan bagi Galland. Entah apa yang terjadi jika dia mengatakan semuanya. Namun, Galland tidak ingin menjadi penipu lagi. Tidak mungkin bagi Galland untuk menyembunyikan hal ini seumur hidupnya,

"Tante, saya ..., bukan Yuki," ucap Galland dengan suara kecil, tetapi Theo dan Tante Gina dapat mendengarnya dengan jelas.

"Apa?"

Uncovered Feeling [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang