A/n : Percakapan yang bercetak miring adalah percakapan yang menggunakan Bahasa Jepang
Happy Reading!
***
Bermimpi apa Yuki malam tadi sehingga dia berhalusinasi melihat Noah ada di depan pintunya saat ini? Bukan hanya itu saja. Lihatlah sebuah tas ransel besar yang ada di punggungnya!
"Lo kabur dari rumah?" tanya Yuki, tanpa pikir panjang.
Wajah Noah merengut. Kedua alis tebalnya itu nyaris saja bersatu dengan kerutan yang benar-benar nampak di dahinya.
"Kalau kelakuan lo gitu, mending lo cabut dari rumah gue," usir Yuki. Tangannya sudah bergerak untuk membanting pintu, tetapi tertahankan oleh tangan besar Noah.
Oh, baiklah! Kesabaran Yuki tidak pernah setebal buku tulis anak. Seharusnya sejak awal dia tidak perlu meladeni bocah yang sekarang berdiri di depan pintu rumahnya ini.
"Mau lo apa, sih?! Ini hari libur! Syukur-syukur gue bisa bangun jam tujuh!" omel Yuki seketika.
Noah mendengus. "Lo mesti sudah bangun dari jam empat terus belajar."
Skakmat. Noah sangat tepat. Tidak mungkin seorang Yuki Matsu baru membuka pukul tujuh pagi di saat ujian kenaikan kelas ada di depan mata.
"Oke, terserah. Terus lo mau apa?" Yuki bertanya dengan tidak sabar.
Pergerakan Noah terlihat seperti orang yang sangat ragu-ragu. Mata memandang Yuki dengan sangat tidak fokus dan jari-jarinya bergerak tidak karuan.
"Lo bisa bantu gue?" tanya Noah.
"Enggak."
Jawaban yang dilontar Yuki sangat lugas, tanpa pikir panjang keluar begitu saja. Bukan dari sebuah spontanitas. Yuki sangat bersungguh-sungguh.
Kedua laki-laki itu terdiam dengan cara masing-masing di depan pintu. Banyak waktu yang terbuang sia-sia. Yuki sudah berdiri sambil bersandar dengan tidak sabar, sedangkan Noah menatap Yuki dengan sangat tajam.
"Yuki," panggil Tante Gina dari dalam. "Siapa di luar? Kok lama banget?"
Langkah kaki yang begitu lembut terdengar mendekati arah pintu. Tante Gina muncul dengan sebuah celemek, seperti sosok ibu yang sesungguhnya.
"Oh, Noah!"
Perlukah Yuki mengapresiasi Tante Gina untuk mengingat Noah dengan jelas meskipun Noah hanya dua kali datang ke rumahnya? Tidak perlu. Teman sebaya yang pernah berkunjung ke rumah Yuki hanyalah Tiara, Sandi dan Noah. Akan lebih aneh jika Tante Gina tidak mengingat mereka.
"Kenapa Nak Noah? Ada perlu sama Yuki?" tanya Tante Gina, ramah.
Noah salah tingkah. "I-iya, Tante."
Tante Gina mengusap lengan Noah yang terbalutkan sebuah jaket. "Masuk dulu, yuk, kalau gitu. Makan bareng di dalam."
Yuki dan Noah seketika saling bertukar pandang. Yuki mengirimkan sinyal agar Noah menolak tawaran Tante Gina dan pergi sesegera mungkin. Noah menangkap maksud Yuki dengan sangat jelas. Dengan sambil menyunggingkan senyuman yang sangat manis, Noah menerima tawaran Tante Gina dan masuk ke dalam rumah Yuki, diiringi dengan senyuman penuh kemenangan.
Tidak dapat mengatakan satu patah kata pun, Yuki menggeram kesal. Oh, betapa memuakan melihat wajah Noah yang tersenyum begitu lebar ketika dia berhasil membuat Yuki kehabisan kata-kata. Yuki menutup pintu dengan keras.
"Yuki!" tegur Tante Gina, begitu mendengar suara menggelegar dari pintu yang tertutup.
Noah menahan tawa dan melontar tatapan penuh ejekan pada Yuki yang tengah memanyunkan bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Uncovered Feeling [BxB]
Fiksi Remaja"Sumpah, gue belum mau mati. Gue masih muda, belum pernah ciuman, belum nikahin cewe gue. Please, Tuhan. Jangan ambil nyawa gue sekarang!"