Bagian 1.10

4.6K 461 9
                                    

Galland menatap telepon yang menampilkan chatnya dengan Theo. Wajahnya sedikit menampakkan ketidakpercayaan dengan cepatnya keakraban antara mereka berdua. Meskipun hanya sebatas tanya jawab tentang materi.

Setidaknya, Galland merasa nyaman, karena Theo tidak menunjukkan keseganan. Mengingat, Yuki dikenal dengan kepintarannya. Tapi, Theo tanpa bertanya terus mengajari Galland bahkan memberikan beberapa tips untuk mengerjakan tugas, yang semua orang tidak akan percaya jika seorang Yuki tidak tahu.

Hari ini, Galland membawa sebotol jus apel. Tidak lupa juga membawa bekal buatan rumah. Galland meminta Gaby membuatkannya makanan empat sehat. Gaby memang sempat heran. Tapi, kondisi Galland yang memburuk beberapa hari itu membuat Gaby menuruti saja perkataan Galland.

Noah tiba. Hari ini dia datang sedikit terlambat dari biasanya. Wajah lebih segar dibandingkan hari-hari kemarin.

Setelah Noah duduk manis di bangku, keduanya saling bertatapan. Tidak ada satupun di antara mereka yang memiliki niat untuk menyapa. Hanya saling menatap saja.

"Lo sehat?" Noah bertanya akhirnya.

Galland berkedip. Menyadari kebodohannya memandangi wajah Noah dengan sangat lama. Segera dia memalingkan wajahnya dan meneguk ludah.

"Sakit gue kemarin," jawab Galland, jujur.

Noah berdecak, "Apa gue bilang," tukasnya. Seakan tahu apa yang akan terjadi pada Galland. "Sekarang?"

Galland memperbaiki posisi duduknya. "Udah enakan."

"Lo sih enggak nurut. Diajak makan enggak mau," omel Noah. Benar, saat pulang kemarin, Noah sempat membawa Galland untuk mengisi perut sejenak, tapi Galland menolak.

"Lo ngajak makan fast food, gue enggak suka," lawan Galland balik.

Noah terdiam. Kembali dia memandangi Galland, kali ini dengan tatapan bingung dan heran. Seakan tidak mengerti apa yang dikatakan Galland barusan.

"Kenapa?" Galland bertanya. Sedikit tidak nyaman ditatap dengan tatapan seperti itu oleh Noah. Mungkin jika dia dalam wujud aslinya, Galland tidak masalah. Tapi, entah kenapa melalui mata Yuki ini, Galland melihat Noah memandangnya dengan seduktif.

Noah berkedip berkali-kali, lalu berkata. "Lo enggak berpikir buat menjauh dari gue 'kan, Ki?"

Galland tidak mengerti maksud dari Noah. Untuk apa seorang Yuki menjauh dari laki-laki seperti Noah? Hm, karena tahu kalau Noah menyukai sahabatnya sendiri? Itu bukan alasan yang logis untuk seorang Yuki yang juga gay. Tapi, ya, jujur saja. Karena sekarang dalam diri Yuki adalah Galland, maka dia memang pernah berpikir untuk menjauh dari Noah.

Bukan karena apa, tapi dia takut pada perasaan yang bergelora pada diri Yuki ini berpengaruh padanya. Sampai kapanpun, dia tidak bisa melihat Noah lebih dari sahabat.

"Kenapa gue bakal jauhin lo coba?" tanya Galland, dengan nada sumbang.

"Ya, enggak apa-apa." Noah memperbaiki posisi duduknya yang terlihat tidak nyaman. "Gue cuma ngerasa lo agak beda semenjak balik dari rumah nenek lo."

Tubuh Galland seketika bergetar. Apa dia ketahuan? Apa perlakuan dia selama ini menimbulkan curiga? Jika Noah merasa seperti itu, apa orang lain juga? Tante Gina atau Gaby? Atau Theo? Tapi, Theo sejauh ini bersikap biasa saja. Mungkin, karena dirinya dan Yuki dulu tidak begitu akrab. Pikiran-pikiran berlebihanpun bermunculan di kepala Galland.

"Gue takutnya lo begitu karena lo berencana menjauh dari gue," sambung Noah lagi.

Galland benar-benar berusaha mencari apa yang membuat Noah merasa berbeda. Tapi, Galland tidak menemukan petunjuk sama sekali.

Uncovered Feeling [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang