Yuki, Gaby dan anak-anak lain yang mewakili kota atau kabupaten masing-masing dikumpulkan di hotel yang berbeda-beda. Kebetulan untuk olimpiade cabang seni dan sains berada di hotel yang sama sehingga Yuki dan Tiara dapat bertemu. Saat ini mereka sedang menyantap sarapan, sebelum nanti mengikuti pembukaan olimpiade tingkat provinsi.
"Gimana roommatenya?" tanya Tiara. Dia tahu bahwa Yuki kesusahan untuk berbaur dengan orang lain, jadi dia sedikit khawatir.
"Hm ...." Yuki menerawang sebentar. Roommate-nya tidak begitu buruk. Laki-laki itu berasal dari kota lain dan mewakili cabang IPS. Enggan berbicara banyak dan juga dia sibuk berkeliaran mengelilingi hotel, sehingga mereka hanya bertemu dan bertukar sapa pagi tadi.
"So-so," sahut Yuki akhirnya.
Olimpiade tingkat provinsi ini diadakan di kota mereka, yang mana adalah ibukota provinsi. Yuki hanya berpisah sekitar tiga hari, tetapi entah mengapa Tante Gina sangat khawatir. Berkali-kali, Yuki mendapati pesan Tante Gina masuk ke handphonenya. Yah, sebenarnya Yuki mengerti alasan mengapa Tante Gina bisa sekhawatir itu. Tentu saja karena dia dan Gaby ditempatkan di hotel yang berbeda.
"Bilang sama tantemu kalau di sini juga ada Ara," ucap Tiara, dengan senyuman kecilnya. Entah bagaimana, Tiara dan Sandi mengetahui fakta bahwa Yuki tinggal bersama tantenya dan Gaby adalah adik sepupunya. Namun, Yuki yakin jika Tiara dan Sandi belum mengetahui apa yang terjadi pada keluarga Yuki sendiri.
"Harusnya tante bisa lebih panik kalau gue bilang gitu," ucap Yuki dengan nada rendah.
Tiara menatap Yuki kesal dan mengetuk piringnya dengan sendok. "Gue enggak bakal makan lo idup-idup."
Mendengar jawaban itu, Yuki hanya bisa terkekeh hampa. Ada alasan tersendiri mengapa Yuki bisa mengatakan hal seperti itu dengan begitu gamblang. Dibandingkan Gaby dan Sandi, sikap Tiara lebih easy going. Jika ada seseorang yang meminta tumpangan, Tiara akan dengan senang hati menerima tanpa mengetahui tujuan tersembunyi di balik permintaan itu.
Yuki dan Tiara, adalah dua kombinasi yang sangat buruk untuk bersama. Jika suatu masalah terjadi karena Yuki, maka Tiara bukanlah orang yang tepat untuk meredakan keadaan.
Dan jangan tanyakan mengapa Yuki dapat menyebabkan masalah. Tolong diingat bagaimana lidah mengerikan Yuki bekerja dan tatapan mata yang selalu mengajak orang lain untuk mengangkat tinju.
"Ke gedung utama sekarang?" tanya Tiara. Sebentar lagi upacara pembukaan akan dimulai.
Mengingat betapa jauh gedung utama dari lokasi mereka saat ini, Yuki membuang napasnya kasar. "Oke."
Jadilah, Yuki melangkah bersama Tiara dengan langkah santai namun panjang. Iringan perjalanan mereka dipenuhi oleh suara Tiara yang ditimpali Yuki sekenanya. Namun, dengan jawaban seadanya Yuki, tidak mengurangi runtutan cerita Tiara. Gadis itu terus berceloteh.
"Kalian agak lama, ya?"
Gaby berdiri di depan gedung utama dengan seragam khusus cabang olahraga dari panitia. Yuki dalam diam melihat bahwa mata Tiara berbinar, memancarkan cahaya. Segera, gadis itu mengambil handphone dan mengambil beberapa gambar dari Gaby yang hanya berdiri mematung.
"Ara?" Gaby memanggil Tiara kecil, untuk menyadarkan Tiara kembali.
"Wah!" Tiara memuja rentetan gambar yang dia ambil. "Siapapun yang desain seragam ini, kalian jenius! Gimana bisa secocok ini sama Gaby?!"
Yuki memutar bola matanya. Bukankah Tiara bersikap terlalu berlebihan untuk memuji seorang teman? Sekarang perhatian Gaby sepenuhnya hanya tertuju pada Tiara yang terus-terusan melontarkan kalimat pujian dengan begitu semangat. Yuki 'kan jadi sedikit ... cemburu? Hei!
![](https://img.wattpad.com/cover/316354747-288-k845174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncovered Feeling [BxB]
Ficção Adolescente"Sumpah, gue belum mau mati. Gue masih muda, belum pernah ciuman, belum nikahin cewe gue. Please, Tuhan. Jangan ambil nyawa gue sekarang!"