السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•
•
•🌻🌻
Seorang pria tampan tengah meletakkan peci di atas meja. Sorot matanya menunjukkan kebingungan saat ia memandang seorang wanita bercadar yang sedang menenangkan seorang bocah kecil yang terisak dalam gendongannya.
Pria itu adalah Gus Habibie Keenan Al Baihaqi, putra dari Kiyai Thariq Mu'tashim Al Baihaqi.
Gus Habibie berjalan mendekati wanita bercadar itu, semakin bingung ketika ibunya tiba-tiba muncul dari dapur, membawa dot susu. Wajah kedua wanita yang paling ia sayangi tampak kebingungan, berusaha menenangkan bocah kecil yang menangis di pelukan.
"Sstt, sayang... Ini Ummah, nak... Ummah di sini," ucap Arina, wanita bercadar tersebut, sambil menepuk-nepuk punggung bocah kecil itu.
"Assalamualaikum... Arina? Ummah?" Gus Habibie memanggil dengan suara lembut.
Arina dan Ummah menoleh, memandang Habibie.
"Wa'alaikumsalamm, Bang," jawab Arina.
"Wa'alaikumsalamm, nak," sahut Ummah.
"Adam kenapa?" tanya Gus Habibie, matanya penuh perhatian menatap Adam yang masih terisak di pelukan Arina.
"Arina nggak tahu, Bang... Tiba-tiba Adam bangun dan menangis. Arina kira ada yang salah, tapi setelah dicek, Adam nggak kenapa-kenapa kok," jawab Arina.
"Dia manggil nama tantenya juga dari tadi. Ummah juga bingung," tambah Ummah.
"Tante? Tante yang mana, Mah?" tanya Gus Habibie, bingung.
"Itu... Manna, calon istrimu," jawab Ummah.
Deg! Jantung Gus Habibie serasa berhenti sejenak.
"Tadi, waktu di rumah calon istrimu, Adam tidur. Terus pas pulang juga masih tidur, jadi dia nggak sempat pamitan sama tantenya. Sampai di rumah, dia bangun dan menangis nyari tantenya yang sudah nggak ada," lanjut Ummah.
Gus Habibie terdiam, jantungnya berdegup lebih kencang.
"Ummah... Arina takut Adam demam lagi, hiks... Kalau dia udah nangis kayak gini, biasanya nggak berhenti, pasti nanti malam demam tinggi," ucap Arina, menangis sambil menenangkan putranya.
"Sstt, jangan menangis, putriku... Ummah bantu kamu, nak," kata Ummah, dengan lembut mengambil Adam dari pelukan Arina, lalu memeluk bocah kecil itu.
"Tata nna... tata nna..." kata Adam dengan tangisan yang masih terdengar.
Habibie masih terdiam. Ia merasa bingung, tak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan ponakannya.
"Kita telepon tata nna ya, nak. Adam jangan nangis lagi ya," kata Arina, sambil mengusap pipi Adam yang basah dengan air mata.
"Adam au tata nna Ummah. Pon tata nna Ummah, ponn," ujar Adam, memohon agar Ummah menghubungi Manna.
"Tapi janji nggak boleh nangis lagi, ya nak?" Ummah menegaskan.
Adam mengangguk dengan pelan, meskipun tangisnya masih tersisa.
Arina pun segera mengambil ponsel milik suaminya, lalu menghubungi Manna lewat video call.
Gus Habibie, pria tampan itu, duduk di samping Ummah, agak menjauh supaya calon istrinya itu tidak melihat kehadirannya. Ia mengambil buku yang ada di meja dan berpura-pura tenggelam dalam membaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Surga Allah Yang Ke-3
Romans[ISLAMI]-[ROMANCE]⚠️ Habibie Keenan Al-Baihaqi, atau yang akrab disapa Gus Habibie di lingkungan pesantren, adalah sosok yang dihormati karena ilmunya. Di kota besar seperti Jakarta, ia dikenal dengan sebutan Kiyai Keenan, bukan hanya karena kebijak...